lxiii| sixty-third

1.8K 180 41
                                    

➻ "Seharusnya kamu beristirahat saja, Yoongi-ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Seharusnya kamu beristirahat saja, Yoongi-ya."

"Jangan begitu eommonim," Yoongi tersenyum kalem--mengisi mangkuk dengan sup dan nasi sebelum kemudian ditata dengan baik di meja makan. "Saya sudah merepotkan kalian. Akan sangat kurangajar sekali kalau saya hanya berbaring di rumah orang lain tanpa membantu sama sekali. Lagipula, saya juga sudah sembuh."

Kim Taera menepuk kepala Yoongi dengan lembut. "Anak baik," katanya. Mengibaskan rambutnya yang indah ke belakang punggung. "Minji pasti beruntung sekali, ya. Memiliki anak sepertimu."

Yoongi mengangguk. Menghapus bayangan sang ibu di kepalanya.

Kim Taera adalah ibunda Seokjin. Di usianya yang menginjak 46 tahun; dirinya masih sangat cantik. Taera memiliki tubuh langsing semampai dan terlihat sangat sehat. Tak heran ketiga anaknya memiliki kadar ketampanan yang diluar batas manusia.

Seokjin turun dari lantai atas. "Wah, yeokshi Yoongichi," katanya bangga. "Membantu menyiapkan makan malam?"

Yoongi mendengus, "seharusnya ini tugasmu, kan?"

"Tugasku banyak sekali. Aku ketua OSIS, ingat? Kamu kan enak, sering lempar tangan."

"Kau--" Yoongi hampir saja melempar mangkuk mahal itu. Namun teguran halus Taera membuatnya malu.

"Jangan begitu, Seokjin," kata sang ibu memberi peringatan. Seokjin merengut dibuat-buat.

"Eomma lebih sayang Yoongi daripada aku~"

"Ingat umurmu," Taera tertawa geli ketika Seokjin menghambur ke pelukannya. "Memalukan sekali. Suatu hari nanti akan kusuruh Yoongi memfotomu dalam keadaan begini. Agar disebar ke seluruh sekolah."

"Kupasang di mading saja eommonim," Yoongi setuju. Seokjin menjulurkan lidah padanya.

"Oh?" Yang bungsu baru saja keluar dari perpustakaan. Di kepalanya bertengger Gukmul--sugar glider albino peliharaan keluarga. "Sundubu jjigae ya?"

"Kesukaanmu," Taera tersenyum sambil meletakkan panci yang mengepul. "Ini karena kamu mendapatkan nilai tertinggi lagi."

"Whoa, serius?" Yoongi melotot tak percaya. "Selamat Kim Mingyu! Kukira kamu cuma tukang tidur doang."

Mingyu mengendikkan bahu. Tak menampilkan ekspresi apapun. Seperti biasa.

"Ayah kalian akan pulang terlambat. Jadi tidak usah menunggu dia ya," senyum Taera menghangatkan ruang makan. Matanya yang cerah menelisik putranya satu persatu. Memberikan kasih sayang dalam tatapannya.

"Dimana Taehyung?" Kata Taera heran.

Seokjin mengangkat alis. "Di kamarnya mungkin."

"Aish, kakak macam apa kamu ini," tegur Taera. "Seharusnya kamu tidak turun sendiri kan. Kamar kalian bersebelahan lho."

"Dia terlihat sudah kenyang," gumam yang paling tua.

"Bagaimana kamu bisa bilang dia sudah kenyang? Memangnya dia lapor padamu setiap dia makan, heh?"

Mingyu mendengus. "Sudahlah Eomma," katanya tajam. "Makanan Tae-hyung akan diantar pelayan nanti kalau dia ingin. Ini perayaan untukku, kan? Eomma makan saja bersamaku."

"Bicara apa kamu sama kakakmu!" Taera meninggikan suaranya. "Taehyung anakku juga, mengapa kalian tidak mau makan dengannya?"

Seokjin membuang muka.

"Aku akan memanggilnya," tegas Taera; buru-buru naik ke lantai tiga. "Kalian makan saja tanpa ibu kalau sudah lapar. Yoongi, kamu juga sayang."

Yoongi mengangguk lalu duduk. Suasana menjadi lebih dingin selama mereka makan.[]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

⏤ heartbeat // namgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang