xlvi| forty-six

1K 225 22
                                    

➻ Pada akhirnya, mereka pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada akhirnya, mereka pulang.

Yoongi berkata lirik Namjoon itu bagus. Menyembunyikan fakta bahwa itu 'sangat' bagus. Anak itu terlalu berbahaya. Bagaimana caranya ia bisa membuat Yoongi memerah setiap ada kesempatan?

Keheningan terjadi di bus. Tak ada percakapan, malah tak ada kontak mata. Yoongi membuang pandang ke luar jendela sedang Namjoon menatap datar pada entah apa. Walaupun begitu, bahu mereka bersisian. Dan rasanya begitu aman mendapati eksistensi Namjoon yang berada dekat dari dirinya. Begitu hangat, nyaman, sampai-sampai Yoongi merasa bahwa waktu berhenti sesaat.

"Sunbae..."

"Sunbae..."

"Yoongi Sunbae??"

"Uh, ya?!" Yoongi terlonjak, kembali ke realita. "Ada apa?"

"Ayo turun. Kita sudah sampai."

Bus berhenti. Pemandangan berganti dengan bangunan bertingkat dan lampu jalan menyakiti mata. Bagaimana Yoongi bisa tidak menyadari ini?

Yoongi melompat turun dan selanjutnya Kim Namjoon. Yang lebih muda segera pamit pulang, mengingat hari sudah terlalu larut untuk pelajar seperti mereka. Yoongi bilang, "kau bisa pulang bersamaku," dan Namjoon berkata dengan menyesal bahwa ia meninggalkan sepedanya di parkiran sekolah dan harus mengambilnya.

Jadi Yoongi berjalan pulang. Sendirian. Seharusnya ini berlangsung seperti biasa tetapi ketiadaan Namjoon mendadak membawa perubahan besar baginya. Ini aneh dan tidak biasa. Begitu tidak-Yoongi sama sekali.

Lalu apa-apaan kata "kau bisa pulang bersamaku," tadi? Terlihat begitu murah sekali. Memalukan.

Yoongi menghela nafas dan mengambil langkah ke kiri di perempatan. Melintasi kawasan perumahan yang sudah sepi karena larut malam. Lampu papan nama Min's Dine masih menyala ketika Yoongi melihatnya dari kejauhan. Namun restorannya sudah tutup sejak lama. Yoongi pulang terlalu larut.

Kakinya melangkah memasuki halaman rumah, membuka pintu besi di sisi kanan dan melewati restoran sunyi yang gelap dengan bangku-bangku dinaikkan ke atas meja. Yoongi melepas sepatunya, meletakkannya rapih-rapih pada rak sepatu sebelum membuka pintu depan. Menggumamkan 'aku pulang' pada dirinya sendiri sambil berjingkat-jingkat menuju kamarnya di lantai dua.

"Kemana saja kamu?"

Suaranya berat, dalam dan serak. Terucap tegas pada kedua belah bibir tipis yang absen senyuman. Yoongi menerima serangan kejut yang luar biasa. Mematai pria paruh baya yang mematikan televisi dan menatapnya dari seberang ruangan.

"Tidak bisa lihat ini jam berapa? Tahu kan di rumah ini memiliki aturan? Masih berani pulang tanpa mengabari apapun pada orang tua?"

Yoongi mendecak kasar. Menulikan telinga, ia sengaja menghentakkan kakinya menaiki tangga. Total dalam mengabaikan sindiran sang Ayah.

"Ya. Bagus. Diam saja terus seperti itu. Anak tak tahu diri. Dibesarkan susah payah malah jadi bisu dan tuli."

"Peduli apa Appa padaku?!" Yoongi tidak tahan, teriakan bergema dari bordes tangga. "Selama ini kau peduli setan aku pulang atau tidak. Hyung dan Eomma tidak pernah ada masalah! Aku laki-laki, tahu? Aku bebas pulang jam berapa saja!"

"Peraturan rumah mana yang kau sebutkan itu? Tidak ada yang begitu di rumahku!"

"Mungkin aku memang tidak usah pulang saja!" jerit Yoongi, gigi berderit karena amarah. "Begitu maumu kan? Baiklah. Tidak akan kuulangi. Besok aku akan pergi, tenang saja. Silakan teguk peraturan rumahmu sepuasnya tanpa aku di dalamnya. Selamat malam!"

Yoongi bergegas naik dan membanting pintu kamar. Tak menghiraukan bentakan namanya pada menit-menit setelahnya.[]

⏤ heartbeat // namgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang