xxviii| twenty-eighth

1.2K 278 34
                                    

➻ "Mengapa?" adalah kata yang meluncur dari bibir Namjoon setelah tersadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mengapa?" adalah kata yang meluncur dari bibir Namjoon setelah tersadar. Diucapkan dengan gumaman, terseret berat dari tenggorokan. 

Meninggalkan Yoongi? Setelah dia dipercaya untuk menangani sebagian dari kerja kerasnya? 

"Kau tidak akan mengerti," Songgu membalas. Menghempaskan tubuh di punggung kursi dan melipat tangan di depan dada. "Atau mungkin belum. Mungkin juga tidak akan pernah."

Itu jawaban yang sedikit ambigu. Namjoon menghirup kopi untuk mendinginkan kepalanya. Hening yang mencekam. 

"Apa hyungnim keberatan untuk menceritakannya kepadaku?"

Songgu sadar penekanan pada kata 'hyung' mengingatkan bahwa dirinya masih menjadi kakak bagi Yoongi.

Itulah mengapa senyum terbit di mulutnya. 

"Ayah kami," jelasnya, "adalah orang yang keras. Setelah tahu Yoongi bercita-cita menjadi rapper atau apalah itu--dia menamparnya. Telak di wajah. Aku tidak bisa melupakan hari dimana Yoongi menggigit mulutnya sampai berdarah menahan umpatan. Mereka bagai pinang dibelah dua, sama kerasnya, sama egoisnya. 

Hari itu, Yoongi membuat ultimatum. Jika dia memenangkan kontes ini, dia tidak akan berhenti. Walaupun harus meninggalkan keluarga, walaupun harus mengorbankan segalanya. 

Lalu ada aku, yang tercabik antara kasih sayangku pada Yoongi atau hormatku pada ayah," Songgu menarik nafas.

"Aku merusak laptopnya. Memasukkan virus saat dirinya tertidur."

Namjoon menggeram.

"Dia menangis saat itu," Songgu meremas helai kelamnya frustasi. "Aku tidak menyangka dia akan menangis seperti itu. Itu adalah kesalahan yang akan kusesali seumur hidupku

Lalu, kau datang, memberinya harapan. Aku berpikir,  'oh anak ini akan mengobati rasa sakitnya' jadi aku membiarkan kalian. Aku tidak menduga kalian akan melanjutkan proyek bodoh ini. Aku juga tidak menyangka Yoongi mempercayaimu, Namjoon. Dia percaya padamu lebih dari dia percaya keluarganya. Dari ayahnya, atau kakaknya.

Yoongi bukanlah orang yang berasal dari keluarga pemusik. Dia tidak memiliki bakat dalam hal itu, itu hanya keinginan. Sekedar ambisi masa muda. Ayah ingin dirinya menjadi pegawai, aku pikir itu masuk akal. Yoongi hanya mementingkan nafsu remajanya, dia tidak dewasa. Tidak dengan pemikiran yang seperti itu.

Lagipula, apa yang terjadi ketika Yoongi gagal? Seberapa hancur dirinya saat itu? Aku melindunginya. Aku menjegalnya sebelum dirinya jatuh ke jurang. Ini demi Yoongi, Namjoon. Ini demi adikku tersayang."

Songgu berhenti sampai disini. Tatapannya masih terpancang pada Namjoon yang duduk di hadapannya; berdentum dan merasa marah.

"Yoongi sunbae punya bakat," geram Namjoon pada akhirnya.

"Kau tidak mengenalnya, kau orang asi--"

"Itulah mengapa aku bilang dia punya bakat," Namjoon berdiri, berucap tegas sehingga semua orang menatap padanya. "Aku orang asing. Aku bisa menilai secara adil. Dan yang kulihat disini hanyalah seorang Ayah yang tidak percaya dengan putranya dan seorang kakak yang menyabotase adiknya dalam kedok kasih sayang."

"Hyungnim, aku tahu bagaimana perasaanmu. Namun kau juga harus melihatnya dari sisi Yoongi sunbae. Dirinya hanya butuh dukungan, bukannya rantai yang menjaganya tetap di dalam sangkar. Kau seharusnya mengerti itu sejak lama.

Lagipula, laptop itu rusak di tanganku, jadi aku bertanggung jawab atas semua air mata yang dia keluarkan. Aku akan memastikan dia memenangkan kontes, walaupun itu hal terakhir yang kulakukan. Hyungnim hanya perlu percaya padaku. Pada Yoongi sunbae. Dan semua akan selesai dengan cepat."

Namjoon meraih cangkir kosong di atas meja lalu membawanya ke belakang. Meninggalkan Songgu yang terperanjat di atas kursinya.[]

⏤ heartbeat // namgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang