"Sebutin satu alesan kenapa aku harus ngabulin permintaan kamu?!" tanya Ana dengan wajah yang serius.
Sementara Alister malah menaikkan Alis kanannya, dan menatap Ana dengan senyuman pertanda bahaya, wajahnya begitu mengintimidasi. Seringaian kecil mulai muncul lalu ia mendekat pada Ana sambil berbisik.
"Kalo lo gak ngabulin permintaan gue. Siap-siap aja, satu sekolah tahu tentang skandal yang udah kita lakuin."
Ana memasang wajah seakan ingin menikam cowok itu sekarang juga, marah, malu semuanya bersatu di dalam tubuhnya. Benar, cowok itu sangat menyebalkan dan memiliki aura negatif disetiap keberadaannya.
Wajahnya kini memerah, bingung apa yang harus ia lakukan, antara mengabulkan permintaan Alister atau satu sekolah tahu tentang....
Nooo!!!
"Deal?" ucap Alister seraya menatap Ana dengan senyuman serta alis yang diangkat penuh semangat.
"Kamu pikir-"
Alister kembali membuat Ana terkejut, dia menutup bibir Ana dengan telunjuknya. Seketika Ana berhenti, bukan hanya berhenti berbicara tapi berhenti bernapas juga.
"LO pikir, bukan KAMU pikir!" ucap Alister penuh kemenangan.
"Kalo gue denger lo ngomong 'aku-kmu' lagi di sekolah, liat apa yang bakal gue lakuin!"
Ana mendengus, dia memutar bola matanya lalu memeluk tasnya yang basah. Sesekali dia menatap tangannya yang menkerut, dingin rasanya menelusup kesetiap inchi tubuhnya.
"Mau pulang," ucap Ana pelan.
Alister menatap ke arah manatanya tertuju, dan saat ini dia tahu Ana sedang kedingininan.
"Nih pake." Alister memberikan sebuah syal kepada Ana dengan senyuman, Ana merasakan itu, bagaimana tatapan matanya yang tulus membuatnya tidak pikir panjang lagi untuk mengambilnya.
"Makasih," ucap Ana membalas senyuman Alister.
"Pake aja, itu syal awalnya buat nyokap gue. Tapi gue nggak berani ngasih, jadi syal itu bulukan deh di mobil."
Ana memakai syal merah yang tebal itu, begitu hangat. Dia tersenyum kecil, syal yang diberikan Alister mirip sekali dengan syal pengantin Goblin yang cantik.
"Kenapa?" tanya Alister sambil menjalankan mobilnya.
"Syalnya enak, anget."
Alister kembali tersenyum, dia menatap jalan yaang basah, hujan sudah mulai surut. Tak terasa, hanya dengan menjemput Ana ke makam Ayahnya lalu bercanda di dalam mobil bisa menghabiskan waktu tiga jam, waktu memang cepat beralalu.
Setelah 10 menit kemudian, mereka bisa melihat sebuah rumah putih tua dengan halaman hijau yang membentang.
Rumah siapa lagi kalau bukan rumah Ana. Alister berhenti tidak di depan rumahnya, melainkan tempat yang tertutup oleh pohon sebelum rumahnya.
"Makasih udah nganterin sampe rumah."
Alister mengangguk, lalu menunjuk rumah Ana dengan dagunya.
"Masuk cepet, nanti nyokap lo khawatir. Nanti malem gue ke rumah lo."
"Ke tempat rahasia ya?" tanya Ana dengan sedikit tawa, begitupun Alister.
"Oke."
Ana langsung keluar dari mobil, untunglah hujan sudah reda, ia berlari kecil memasuki rumahnya.
***
Seaampainya di rumah, Alister langsung membasahi tubuhnya dengan shower hangat, membuat tubuhnya sedikit rileks. Mungkin ini bisa menghentikannya untuk memikirkan cewek polos yang mudah ditipu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUK ALASKA [SELESAI] ✅
Teen Fiction#1 in Teen Fiction [PROSES PENERBITAN] Alister Reygan, ia adalah cowok yang selalu menjadi idaman para wanita. Bukan hanya sekedar tampan, ia juga memiliki sebuah genk yang sering di sebut sebagai 'penguasa sekolah'. Nasib sial menimpa cewek teman s...