Chap 34. Apapun itu

746K 57.6K 8.3K
                                    

Demi apa hari ini triple up? Apa aku kasih targetnya terlalu kecil? Wkwk sumpah ini aku seneng banget, banget banget banget😍

Oke, 800 komentar buat next chapter😋

Kalo ada typo kasih tau ya✌

Happy reading...

Dalam keheningan yang melanda, Ana kembali memikirkan kejadian barusan. Kenapa harus buku diary nya? Lebih baik di bully sampai sesakit apapun tidak apa-apa, asalkan rashasinya tidak terungkap.

Tapi apa boleh buat, rahasianya sudah terungkap, tidak perlu ada yang harus disembunyikan lagi. Jadi...untuk apa Ana memendam pertanyaan ini lagi?

Ana langsung membuka mutunya, dengan tangan yang bergetar dan mulut yang gelagapan.

"Se-sejak kapan kamu tahu kalau aku suka sama kamu? Sejak kapan kamu tahu kalau aku Hanas?" tanya Ana dengan mantap dan itu membuat Alister tersenyum kecil.

Tapi saat itu juga Alister mengalihkan pembicaraannya, dan itu membuat Ana mengerucutkan bibirnya kesal.

"Lo mau pulang ke rumah apa main dulu?"

"Mengalihkan pembicaraan!"

"Jawab dulu pertanyaan gue."

"Baju aku kan basah!"

"Oke, otw beli baju."

Ana melotot mendengar ucapan Alister, apalagi saat ia memutar arah motornya. Kini jalan yang dituju bukan lagi jalan menuju rumah Ana, melainkan jalan menuju mall.

"Hobi banget beliin aku baju."

"Please deh ngomongnya gue-elo aja biar lebih santai. Gue udah tahu lo Hanas, berenti pura-pura seolah lo nggak kenal gue, oke?"

Ana menghela napas sambil tersenyum malu, tangisannya langsung reda jika bersama Alister. Saat ini rasanya seperti mimpi ketika mereka bisa bersama dan saling tersenyum hangat kembali.

Jika diingat-ingat dulu Alister sangat takut padanya, bahkan jika Hanas berkata apapun selalu diturutinya.

Oke, kali ini dia ingin mengeluarkan kata-kata pamungkasnya. Ya, seperti dulu lagi.

"Lo udah berani ngelawan Hanas, huh?" tanya Ana sambil tersenyum.

Mendengar kata-kata itu Alister langsung tertawa kencang, itu adalah Hanas yang ia kenal, sangat pemberani dan penghibur sejati.

"Iya. Iya. Alister nggak ngelawan lagi deh, janji," ucap Alister dengan menirukan nada anak kecil.

Mereka pun tertawa kencang, sungguh, sakit yang Ana rasakan barusan hilang seketika saat mereka tertawa bersama.

Ana sangat ingin terus berada dalam posisi seperti ini, tapi sepertinya tidak bisa, karena Alister sudah memarkirkan motornya di sebuah mall.

Mereka turun lalu masuk ke sebuah mall lagi. Dengan baju Ana yang basah Alister sama sekali tidak malu. Mau bagaimanapun Ana tetap cantik meski memakai baju basah sekalipun.

Wajah Alister sumringah melihat Ana yang bisa tertawa. Akhirnya dia bisa menghibur Ana saat ia terluka.

Tapi senyuman itu hilang saat Ana tiba-tiba berbisik padanya.

"Lo nggak liat daleman aku kan?"

What the hell!

Pertanyaan macam apa itu? Alister langsung menatap Ana bingung. Pertama, Ana mencampur adukan kata 'lo' dengan 'aku'. Kedua, dia malah bertanya soal pakaian dalamnya.

"Gue barusan fokus buat lindungin lo, nggak fokus sama sekali sama daleman lo!"

"Bohong. Lo ngasih jaket ke aku biar daleman aku nggak keliatan kan?"

Ana tersenyum, rasanya Ana dejavu pada film DOTS yang selalu membuatnya tersenyum. Sementara Alister langsung mengacak-ngacak rambut Ana yang basah.

"Bahasa tuh yang bener, lo-gue aja jangan campur-campur."

"Belajar pake kata 'lo' dulu, baru abis itu pake kata 'gue'."

"Iya. Iya. yang penting ada usaha." Alister tidak ingin berurusan panjang lebar lagi, karena pada hakikatnya cewek selalu benar, tidak pernah salah.

Oke siap. Dia menerima takdir itu dengan lapang dada dan hati yang terbuka. Meskipun itu agak menyebalkan.

"Masih ada yang sakit nggak? Tangan? Kaki? Beli obat dulu ya."

Ana sama sekali tidak merasa sakit lagi, yang membuatnya semakin bingung. Kenapa Alister selalu tidak menjawabnya dan malah mengalihkan pembicaraan terus menerus?

"Nanti dulu deh, ada baju bagus."

Alister langsung berjalan ke sebuah counter baju dan membelikannya jaket kulit berwarna hitam, juga dengan kaos putih, lengkap dengan celana jeans berawarna biru.

"Udah nggak papa, aku bayar sendiri aja," ucap Ana sambil membuka tas nya ingin mencari dompetnya.

"Kaya yang punya duit aja."

Jlebb...

Kata-kata itu begitu menusuk tapi memang begitu kenyataannya. Melihat harga yang fantastis di kaos tipisnya saja sudah membuatnya sesak napas.

"Hanas pasti tahu lah kalo Alister Reygan itu banyak duit. Lo mau beli apapun juga gue beliin."

Menyebalkan, kenapa Alister terus mengungkit-ungkit Hanas padanya? Lagipula, sejak kapan sifat sombongnya muncul kembali? Rasanya sudah lama sekali tidak mendengar kalimat sombongnya ini.

Alister membayarnya, tapi saat Alister meminta Ana untuk memakainya saat ini juga Ana malah terdiam bahkan tak menanggapi ucapan Alister.

"Ayo ganti bajunya, nggak dingin emang?"

"Itu..."

"Itu apa?"

Alister mulai bingung melihat tingkah Ana seperti menyembunyikan sesuatu.

"Nggak usah malu-malu, ini gratis. Anggap aja ini permintaan maaf gue karena telat nolongin lo barusan."

Ana menggelengkan kepalanya, Alister hanya bisa menghela napas panjang. Tadi... Bibirnya seperti burung beo, sekarang malah diam seperti patung. Menyebalkan.

"Gue nggak bakal minta ganti, janji?"

Ana masih menggelengkan kepalanya.

"Sumpah?"

Ana kembali menggelengkan kepalanya.

"Lo mau gue sumpah demi apa, huh? Gue serius nggak bakal minta ganti."

Ana yang kesal langsung menarik tangan Alister sampai telinga Alister tepat berada di dekat bibirnya.

"Daleman aku basah."

Alister ingin berteriak sekencang-kencangnya karena frustasi dengan cewek yang ada di sampingnya.

"Terus harus gue yang beli?" tanya Alister berusaha memastikan.

"Hanas tahu kok, Alister banyak uangnya. Makanya kalo Hanas mau apa-apa pasti dibeliin."

Love you readers...

Ini udah lebih dari seribu kata manteman, kalo ga percaya itung aja wkwk😋

Boom di ig kaya biasa ya kalo udah 800 komentar belum up wkwk soalnya di ig langsung ngegeter😂

Oke, ada yang mau ditanyain?

Ig: ekaaryani01

Makasih💕

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang