Chap 2. Marah

1.1M 77.6K 8.1K
                                    

Plisssss kalo ada typo benerin, Catet ya benerin hehe

Happy reading...

Setelah upacara, seluruh siswa berhamburan ke segala arah. Ada yang menuju blok IPA, blok IPS, ataupun ke kantin untuk sekedar membeli minuman.

Ana pergi menuju kelasnya bersama Bulan, entah bagaimana Bulan mau menjadi temannya. Seperti hujan yang membasahi gurun, sangat tidak mungkin.

"Bulan..." panggil Ana pelan.

"Hmmm?"

"Ko kamu ga ngomong gue elo sih sama aku?" tanya Ana polos membuat Bulan tertawa kecil.

"Aku sih kadang pake gue elo ke siapa aja, tapi... ke kamu ko beda ya, aku juga gak tau kenapa."

Ana mengangguk tanda mengerti, kemudian saat mereka sudah sampai di pintu kelasnya, ia mengernyitkan keningnya pada bangkunya yang berada di paling depan.

Banyak sekali tipe-x yang ada di mejanya, padahal sudah jelas kalau peraturan di sekolah melarang semua murid untuk tidak mencorat-coret fasilitas sekolah.

Mereka menatap meja tersebut, di sana bertulis.

Ana ❤ Alister

Aku cinta mati sama Alister.

Alister segalanya buat aku tapi Alister nolak aku beberapa kali.

Bangsat!!!

Ana melotot melihat tulisan itu, cewek itu berani bersumpah kalau ia tidak pernah menulis hal tersebut.

Apalagi menulis kalau ia mencintai Alister dan berkata kasar seperti itu. Dan ia berani bertaruh kalau mejanya tadi pagi masih bersih tak bernoda sama sekali.

Ada apa ini?

Biasanya ia bisa bersabar dan sedikit melawan pada Genk Alister. Tapi kali ini, ia sudah tidak bisa menahan gejolak amarah yang ada di hatinya.

"Wow, liat tuh. Ternyata Ana suka sama Alister!" teriak Tasya di balik pintu dengan tawa yang dahsyat.

"Diem-diem suka juga dia, dasar cewek genit!" Balas Alana.

Mereka berdua terus tertawa dengan lantang membuat semua orang menoleh ke arah Ana.

"Huuuuuu, kacian yang ditolak mulu sama Alister. Lagian lo harus tahu ya, tipe cewek Alister tuh bukan kaya Lo!" ucap Tasya.

"Ga nyadar diri lo, gak punya kaca ya?!"

Semburat senyuman terpancar dari bibirnya, ia ingin marah tapi mungkin hanya membuang-buang waktu saja. Dan pada akhirnya selalu seperti ini.

Ia terus tersenyum dan tersenyum lagi.

Ia selalu ingat apa yang dikatakan oleh Mamanya.

Jangan membalas api dengan api, kamu harus membalasnya dengan air, agar api itu kalah. Karena kalau kamu membalasnya dengan api lagi, maka api itu akan semakin besar.

Hembusan napas keluar dari bibirnya, menahan setiap emosi yang bergejolak dan menutupinya dengan senyuman.

"Ana, jangan diem aja dong!" ucap Bulan tidak mau kalah.

"Santai aja ko, lagian kalo Bu guru nanyain juga gak mungkin percaya."

"Maksudnya?"

"Kalo aku ditolak sama Alister, ga mungkin juga kan ngaku apalagi sampe nulis di meja. Malu-maluin aja," balas Ana dengan santai membuat Bulan tersenyum puas.

"Bagus! Untung aja aku sebangku sama kamu. Kita liat siapa yang menang oke?"

Bulan mengedipkan satu matanya ke arah Ana, membuat Ana tertawa kecil. Benarkah Ana tertawa? Biasanya ia hanya tersenyum tanpa memperlihatkan gigi putihnya tapi kali ini ia tertawa.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang