"Anastasia Mysha," ucap Bu Siti.
"Sakit, Bu."
Suara itu, suara yang tak asing di telinga Alister. Ya, itu suara Iqbal, Alister langsung membulatkan matanya, bagaimana mungkin Iqbal tahu keadaan Ana sementara dia tidak? Apa Ana mengabarinya?
Bukan hanya Alister yang kaget, satu kelas dibuat kaget karena Iqbal, yang termasuk genk Alister mengetahui kalau Ana sakit.
"Ada suratnya?" tanya Bu Siti.
"Ada, Bu."
Tiba-tiba saja hal yang tak terduga terjadi Iqbal maju dan memberikan suratnya kepada Bu Siti.
Ada apa ini? Kenapa Iqbal mendadak jadi pahlawan, dan kenapa hati Alister berkecamuk seolah dia tidak terima atas apa yang sudah terjadi.
Ana, lo kenapa? Ada hubungan apa antara lo sama Iqbal? Ucap Alister dalam hati.
Mata tajamnya kini beralih menatap Iqbal, tangannya mengepal menahan emosi. Apa lagi saat melihat Iqbal sedang membisikan sesuatu kepada Bu Siti, mereka berdua seperti sedang membicarakan hal penting yang tidak boleh diketahui oleh siapapun, menyebalkan.
Sial, dua jam pelajaran terlewatkan begitu saja dengan memikirkan Iqbal dan Ana, Alister seolah terguncang dengan semua itu.
Yang sedang ia lakukan saat ini hanya memutar-mutar pulpen yang yang ada ditangannya dengan mata kosong yang hampa.
"Woy, lu kenapa diem kek gitu? Galau nggak ada yang bisa di bully?" tanya Andra sambil menaikan alis kananya dan sebelah tangannya merangkul bahu Alister.
"Lo nggak ngerasa aneh apa sama Iqbal yang tiba-tiba bilang cewek sialan itu sakit?" tanya Alister penuh penasaran atas reaksi temannya.
"Nggak."
"Kenapa?" tanya Alister.
"Udahlah ngapain juga ngurusin si Iqbal, mending kita makan ke kantin." ucap Tasya sambil menarik tangan Alister.
"Berhubung tadi malem lo nggak datang, hari ini lo wajib traktir kita-kita, iya nggak?" tanya Alana pada Alister berusaha meyakinkan.
Alister mengangguk, dan dia keluar kelas bersama teman-temannya. Tapi saat di kantin hal mengejutkan kembali terjadi, matanya langsung tertuju pada Iqbal yang tengah duduk bersama Bulan.
"Itu Bulan temennya si Ana, kan?"tanya Tasya pada Alana.
"Nggak ngerti gue, si Iqbal mah semua cewek jadi inceran!" jawab Alana seolah tidak peduli.
"Kalo menurut gue sih, si Iqbal lagi ngomongin cewek itu, soalnya kalian tahu kan si Iqbal itu..." jawab Andra tiba-tiba terpotong.
"Kenapa lo yakin Iqbal ngomongin Ana? Ada hubungan apa dia? So care banget, najis!" tanya Alister ingin tahu, sontak Tasya menatap Alister .
Tentu saja pertanyaan itu keluar dari mulut Alister tanpa sadar, beberapa detik kemudian Alister langsung menutup mulutnya, sadar bahwa mereka semua menatapnya dengan tatapan aneh.
Gue ngomong apa sih? Bego! Bego! Batin Alister.
"Apaan sih lebay banget cuma sehari nggak masuk doang langsung heboh!"
"Udah. Udah. Ayo duduk," ucap Andra.
Tasya memutar bola matanya lalu menatap mata Alister, cowok yang dia sukai sejak dua tahun lalu. Begitulah, dia tidak mau menghancurkan ikatan persahabatannya. Oleh karena itu, sekuat tenaga dia berusaha menahan rasa itu. Debaran rasa yang selalu hadir saat Tasya menatap wajahnya yang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUK ALASKA [SELESAI] ✅
Teen Fiction#1 in Teen Fiction [PROSES PENERBITAN] Alister Reygan, ia adalah cowok yang selalu menjadi idaman para wanita. Bukan hanya sekedar tampan, ia juga memiliki sebuah genk yang sering di sebut sebagai 'penguasa sekolah'. Nasib sial menimpa cewek teman s...