Chap 17. Buku Peraturan

927K 61.2K 4.5K
                                    

Ada yang nungguin? Jangan lupa vote sama komentarnya ya💕

Happy reading...

"Berisikkk!! Iya. Iya. Tadi malem aku cuma pura-pura tidur, puas?"

Jika saja dia bukan cewek mungkin Alister sudah menghabisinya sampai semua giginya rontok. Tapi... Entah kenapa dengan melihat wajahnya yang semu merah karena malu itu membuat Alister campur aduk.

Ada rasa ingin marah karena Ana mengabaikannya tadi malam, ada rasa senang karena Ana berani terus terang.

"Kenapa pura-pura?" tanya Alister bingung.

"Jangan bahas lagi."

"Jujur aja, gue nggak bakal ngigit ko."

Ana masih terdiam sementara Alister sambil menunggu jawaban Ana langsung menjalankan mobilnya menuju tempat rahasianya.

Tempat di mana hanya dia yang tahu seorang.

"Lo nggak mau jujur?"

"Aku cuma-" ucap Ana langsung dipotong oleh Alister dengan cepat dengan nada tegas.

"Gue. Bukan aku!"

Ana sedikit menatap Alister, karena merasa bersalah sedikit, ia langsung menuruti perintahnya.

"Gu-gue..."

Seketika Alister tertawa terbahak-bahak mendengar Ana yang gugup mengucapkan kata 'gue' di depan Alister.

"Lo kenapa sih gugup banget?"

Ana merundukkan kepalanya. Bukannya gugup atau apa, tapi mengucapkan kata 'gue' sudah sangat asing ditelinganya.

"Dulu, kata sahabat aku. Aku nggak pantes ngomong gue-elo."

Alister mengerutkan keningnya. Sahabat? Pertanyaan itu muncul dari benaknya.

"Coba gue pengen denger sekali lagi."

Ana mengok dengan memberikan wajah tanda tanya.

"Ngomong gue lagi."

Ana menghirup napas dalam-dalam, menyebutkan kata 'gue' itu seperti kata yang haram baginya.

"Gue... Gue... Gue..."

Alister berdecak kesal. "Udah. Udah. Jangan maksain kasian nak orang."

Ana cemberut, sementara Alister tersenyum kecil sambil memutar kemudinya menuju perkotaan. Di sana berjejer mall besar dan tempat-tempat makan lainnya.

"Mau ke mana?" tanya Ana sambil memandangi sepatunya.

"Makan dulu."

Sambil mengemudikan mobil sesekali matanya melirik Ana yang tengah memandangi sepatunya.

"Makan di mana?"

"Emm...lo mau makan apa?" tanya Alister kemudian kembali melirik Ana yang matanya masih merunduk.

Sepertinya dapat terhitung dengan jari saat Ana menatapnya. Ketika tatapan seriusnya muncul, ketika cewek itu sedang terkejut, kesal, dan marah.

Tapi sayangnya jika sedang senang dan mengobrol santai seperti ini, Ana hanya merunduk, menatap sepatunya dan sesekali memainkan jarinya?

Gugup? Bukan. Alister yakin ini bukan gugup. Dia sadar bahwa mereka baru pertama kali berbicara seperti ini setelah sekian lama Alister membully-nya. Tapi yang lebih aneh, Ana merunduk ketika ditanya atau sedang mengobrol dengan seorang pria.

Baik itu teman sekelas lain bahkan si ketua osis sekalipun. Apa ada yang salah?

"Emang aku pantes ya ngomong kalo aku mau makan apa?" jawaban itu keluar dari bibir Ana begitu saja.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang