Chap 31. Terungkap 1

827K 54.4K 9.1K
                                    

Minta 600 komentar baru update lagi ya, biar tambah semangat😁

Kalo ada typo benerin ya

Happy reading...

Pagi hari yang sangat cerah, meskipun mentari masih malu-malu menampakan wajahnya, tapi pagi ini begitu cerah, seperti wajah Ana yang sangat sumbringah.

"Ma, Ana berangkat sekolah, ya."

Diana masih terdiam, memerhatikan anaknya yang begitu semangat menjalani hari.

Ana mencium tangan Diana lalu pergi ke keluar rumah. Meskipun dia tidak tidur semalam tapi sedikitpun dia tidak mengantuk, apa lagi jika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat Alister memeluknya.

"Lo pasti belum pernah liat ini kan?" ucap Alister, tangannya masih merangkul Ana di atas genting dengan wajah yang masih kusam.

"Hmm..."

Ana tersenyum saat melihat detik-detik matahari terbit, meskipun itu sangat menyilaukan matanya, tapi itu sangat indah.

"Matahari itu kuat, meskipun dia sendirian di atas sana, tapi dia nggak pernah sedih. Dia terus nerangin seluruh dunia tanpa menangis."

Ana menatap Alister yang tengah terdiam sambil merundukan kepalanya. Meskipun saat ini dia tidak menangis, tapi Ana yakin hatinya sangat hancur.

"Tapi di sini kamu nggak sendirian, kamu masih punya banyak orang di sekeliling kamu. Kamu nggak boleh sedih lagi!"

Alister menatap Ana lalu tiba-tiba dia tertawa. Ana sedikit bingung melihat Alister.

"Iyalah matahari kuat nggak pernah sedih, orang tiap gue nonton teletubis dia ketawa terus, padahal nggak ada yang lucu."

Ana memukul Alister, menyebalkan. Dia sedang berusaha serius untuk menyemangatinya, tapi Alister malah tidak menganggapnya.

Yang mereka lihat kali ini adalah matahari sungguhan, bukan matahari  berkepala bayi yang selalu tertawa.

Dan...ini sangat silau dan indah. Terutama Alister yang senang melihat wajah Ana tersorot sinar mentari, sangat cerah dan indah.

"Ana, maaf kalo gue meluk lo terus. Maaf kalo gue ngerepotin lo sampe nggak tidur kaya gini. Tapi...makasih buat hari ini."

Ana tersenyum jika terus tersenyum jika mengingat kejadian itu, Ana seperti orang gila yang sedang senyum-senyum sendiri di pinggir jalan.

"Ayo, berangkat." Alister membuyarkan lamunannya, dia tidak memakai mobil lagi, tapi memakai motor ninja besar yang membuat mata Ana berbinar.

"Aku yang bawa motornya ya."

"Nggak! Nanti kaya film horor kalo lo yang bawa."

"Sekali...aja."

"Nggak, buruan naik."

Ana menghela napas pasrah, hanya itu yang bisa ia lakukan. Padahal ini adalah keinginannya sejak kecil untuk membawa motor besar seperti cowok tapi tidak pernah terkabul.

Ana memakai helmnya dan langsung berangkat menuju sekolah, di sisi lain, Diana berhasil melihat mereka bersama, lagi.

Hanya saja, Diana tidak bisa menghentikan mereka.

Dia tidak tahu alasannya apa.

***

"Mendingan aku turun duluan deh jangan bareng-bareng."

Ana tidak mau menjadi pusat perhatian semua orang, pasti saat ini Tasya dan Alana sangat membencinya.

"Lo lupa ya, kita kan pura-pura pacaran."

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang