Selamat sahur, puasa pertama jangan lemes ya😘
Aku cuma mau bilang bulan puasa tetep up ya hehe ga ada yang aneh aneh ko✌
Happy reading...
"Itu bekas gue," jawab Alister dengan santai sambil mengendarai mobilnya.
Ana membulatkan matanya. Tadi dia baru saja meminum air tersebut dan Alister sudah meminum air tersebut, bibir Ana juga menyentuh botol itu.
Apakah bibir Alister juga menyentuh botol itu?
Jantung Ana berdebar-debar. Dia langsung memegang bibirnya dengan wajah yang amat sangat tegang.
"Lo kenapa?" tanya Alister.
"Kamu jahat! Kamu udah ambil ciuman pertama aku!"
Alister terdiam sambil mengerjapkan matanya tidak percaya, mulutnya menganga lebar dengan alis yang saling bertautan.
Apakah dia tidak sedang duduk dengan cewek sinting?
Yang benar saja, Ana malah menangis sambil menutup mulutnya membuat Alister menatapnya tajam sambil memundurkan badannya berusaha untuk menjauh.
"Lo ga sakit kan?" tanya Alister.
Sementara Ana yang tadinya menangis beralih menatap Alister dengan tajam, dia melempar botol air tersebut tepat di wajah Alister.
"Dasar cari-cari kesempatan!"
Alister mengelus-ngelus dadanya berusaha bersabar menghadapi gadis sinting yang ada di sampingnya.
"Dasar sinting!"
Ana membelalakkan matanya saat mendengar perkataan itu. Dia sudah menangis dan berusaha menahan setengah mati setiap amarahnya. Bukannya minta maaf, Alister malah mengatainya?
"Dasar cowok murahan!"
Ana cemberut, dia tidak mau menatap Alister yang kini tengah tersenyum geli atas tingkahnya.
Entahlah, Alister sedikit demi sedikit mengerti kenapa Ana marah padanya, membuatnya tersenyum geli sambil melajukan mobilnya menembus hujan lebat.
"Kita ciuman enggak langsung kan?" tanya Alister sengaja memancing Ana agar lebih marah lagi padanya.
Baginya, saat cewek itu marah padanya terkesan lucu. Ada sisi yang berbeda yang belum pernah Alister lihat sebelumnya. Ana yang biasa terlihat diam bisa juga memperlihatkan sisi lainnya.
"APAAN SIH! GAK LUCU!"
Ana memalingkan wajahnya menatap jalan untuk menybunyikan semburat merah yang menghiasi pipinya.
"Botol itu jadi saksi kita berdua, simpen baik-baik ya."
Tanpa basa-basi Ana langsung membuka jendela dan membuang botol air itu sekuat tenaga sampai terpental jauh, menunjukkan emosinya yang kian meledak.
"Senggol bacok juga ni cewek," balas Alister sambil menutup mulutnya menahan tawa.
"BERISIK!"
"Aduh, gimana dong saksi kita berdua ilang."
"Gak denger!" balas Ana membuat Alister semakin meledak, ia tertawa lepas.
"Lo cantik kalo lagi marah."
"Gak deng..." Ana berhenti sejenak lalu persekian detik dia kembali bertanya.
"APA?" Ana berusaha meyakinkan atas apa yang diucapkan Alister barusan.
"What?" tanya Alister.
"Gimana-gimana?"
"How?"
"Ih bete!" Ana kembali cemberut, baru saja dia ingin tersenyum tapi Alister berhasil menggagalkannya.
Ana memutar bola mata, dalam hatinya dia ingin berkata kasar lalu menggerutuki dirinya sendiri.
Kenapa dia bisa jadi agresif seperti ini? Emosinya naik turun, meskipun di mobil menggunakan AC tapi suasananya tetap terasa panas. Jatungnya juga berdetak tak karuan.
Apa aku sakit jantung?
"Woy sampe!" bentak Alister memecah lamunanya.
Ana menarik napas dengan tenang, lalu berkata.
"Iya udah tahu!"
Sebelum Ana turun dari mobilnya Alister mencekal Ana, dan memegang tangannya. Tatapannya beralih menjadi serius berbeda dengan sebelumnya.
"Gue punya tiga permintaan buat hari ini," ucap Alister.
Ana menatap tangannya yang gemetar saat Alister menyentuhnya. Jantungnya kembali berdegup kencang seperti ingin meledak.
Sejak kapan aku punya penyakit jantung?
"Plis, kabulin permintaan gue." Alister memohon seperti anak kecil.
"Ehem...ehem.."
Cewek itu berusaha menghilangkan rasa gugup dengan menelan ludahnya lalu memasang muka seperti aktris yang sedang ber-akting bahwa dia tidak apa-apa, bahwa dia tidak sedang sakit jantung.
"Kamu pikir aku jin sampe harus ngabulin permintaan kamu?!"
"Oke makasih kalo gitu. Pertama. Gue pengen lo kayak gini di sekolah, gue pengen lo gak diem lagi di sekolah, sama kayak gini, sama kayak pas kita lagi ketawa-ketawa barusan."
"Maksud kamu aku..."
"That's right, itu permintaan kedua gue. Gue mau lo biasain ngomong kaya gue, pake 'gue-elo' bukan 'aku-kamu' gimana, gampang kan?"
Ana mengerutkan keningnya merasa bingung atas permintaan Alister yang tiba-tiba. Cewek itu lantas memicingkan matanya lalu berkata.
"Emang wajib banget aku ngabulin permintaan kamu? Udah aku bilang aku bukan-"
"Permintaan ketiga gue. Gue minta permintaan gue ditambah tiga lagi."
"Dasar gila!" Ana menganga lebar sambil menggelengkan kepalanya.
Untuk apa dia mengabulkan permintaan Alister yang tidak ada gunanya sama sekali.
Semenjak pulang sekolah Alister memang berubah, apalagi setelah di makam Ayahnya, seperti...ada sesuatu yang mengganjal.
Apa dia tidak enak pada Ayahku? Tidak enak karena aku tidak punya Ayah? Ucap Ana dalam hatinya.
"Sebutin satu alesan kenapa aku harus ngabulin permintaan kamu?!" tanya Ana dengan wajah yang serius.
Sementara Alister malah menaikkan Alis kanannya, dan menatap Ana dengan senyuman pertanda bahaya, wajahnya begitu mengintimidasi. Seringaian kecil mulai muncul lalu ia mendekat pada Ana sambil berbisik.
"Kalo lo gak ngabulin permintaan gue. Siap-siap aja, satu sekolah tahu tentang skandal yang udah kita lakuin."
Love you readers...
Pendeknyaaaaaa wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUK ALASKA [SELESAI] ✅
Teen Fiction#1 in Teen Fiction [PROSES PENERBITAN] Alister Reygan, ia adalah cowok yang selalu menjadi idaman para wanita. Bukan hanya sekedar tampan, ia juga memiliki sebuah genk yang sering di sebut sebagai 'penguasa sekolah'. Nasib sial menimpa cewek teman s...