Chap. 16 Pura-pura

920K 63.8K 7.2K
                                    

Aku nulis cerita diketawain mulu, dulu mpb diketawain, sekarang teluk alaska diketawain, nasib nasib:(

Happy reading...

Matahari mulai menyapa dengan malu-malu, menyilaukan mata Alister yang tengah terpejam lelap. Alarm di ponselnya pun sudah lama berbunyi, membuat telinganya berdengung.

Tangannya mencari ponsel lalu mematikan alarm tersebut, tapi matanya langsung melotot saat melihat notifikasi di layar ponselnya.

Anastasia menambahkan anda sebagai teman dengan id line.

Alister langsung membuka line, berharap Ana memberikan kabar tentang dirinya, atau bertanya tentang skandal mereka, tapi setelah dia cari-cari hasilnya nihil.

Menyebalkan!

Alister langsung men-chat Ana.

Alister:
Gini doang, nggak ada niat ngechat apa gitu?

Tak lama kemudian Ana membalas.

Ana:
Dikertas cuma disuruh add line aja kok.

Alister mengembuskan napas kesal, dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Tapi tiba-tiba semburat senyuman terpancar dari wajahnya.

Alister:
Mau sekolah? Bareng aja.

Ana:
Nggak.

Jawaban paling singkat padat dan jelas yang pernah Alister dapatkan dari seorang cewek.

Itu semakin membuatnya frustasi.

Disisi lain, Ana sedang menunggu ponselnya berharap Alister membalasnya, tapi ternyata Alister tidak membalas pesannya.

Jangan terlalu berharap, Ana. Ucapnya dalam hati.

Setelah beberapa menit berlalu Ana mendapati Ibunya tengah berdiri di depan pintu memperhatikan putrinya yang tengah gelisah dengan ponselnya.

"Kenapa sayang? Ada masalah?" tanya Diana penasaran

"Apa Ana sekolah aja ya hari ini?"

"Istirahat dulu, biar cepet sembuh."

Ana mengelak, dia menggelengkan kepala dengan yakin lalu menarik tangan ibunya agar menyentuh pipinya.

"Nggak anget kan? Ana udah sehat, Ma."

"Kalo sekarang kamu sekolah, nggak boleh ikut camping, oke?" Diana berusaha memberikan tawaran terbaik untuk anaknya, dan hal itu membuat Ana cemberut seketika.

Karena tidak ada pilihan lain selain mengikuti keinginan ibunya tercinta.

"Iya. Iya."

Diana tersenyum seraya memegang tangan anaknya, mengelusnya lembut penuh kasih sayang.

"Istirahat ya, biar nanti kamu siap. Jangan kecapean ya, Mama kerja dulu. Sarapan udah Mama siapin."

"Oke."

Setelah Diana pergi, Ana langsung mandi dengan air hangat. Walaupun tidak sekolah, tidak enak juga jika badannya bau busuk sepeti bunga bangkai.

Dari kemarin dia belum mandi, pagi ini dia harus istirahat dengan nyenyak agar bisa tidur dengan pulas.

Air hangatpun mengalir dari shower, kamar mandinya cukup luas, bahkan ada bathub di dalamnya.

Rumah ini, memang peninggalan Ayahnya yang sangat berharga. Setelah Ayah pergi semua orang menjauhinya. Dari situlah ia tahu, mana teman yang tulus mana teman yang menghapirinya di saat ada butuhnya saja.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang