Chap 19. Cinta Pertama

885K 60.6K 4K
                                    

Yang follow ig aku pasti tau aku lagi sibuk apa wkwk, oke oke maaf ga update, maaf telat jangan marah marah dong😏

Kalo ada typo kasih tau, biar langsung dibenerin. Kita sama sama belajar nulis ko di sini😘

Jangan lupa vote sama komentar💕

Happy reading...

"Iqbal?" ucap Ana tegang.

Alister rasanya tidak suka melihat ada seseorang yang terang-terangan memegang bahu Ana di depannya.

Tidak bisa menahan lagi, Alister langsung menarik tangan Ana agar lepas dari cengkraman Iqbal dan beralih di sisinya.

"Jangan pegang-pegang. Dia punya gue!" ucap Alister pada Iqbal dengan tatapan penuh kebencian.

Ana menatap mereka berdua penuh keheranan, ada apa ini? Apa mereka bedua bolos begitu saja dan meninggalkan pelajaran demi ke mall?

Tapi ada hal lain yang membuat jantungnya lebih berdegup kencang. Ya, ketika Alister mengatakan kalau Ana adalah miliknya.

Tidak, sekali lagi dia yakinkan dalam hatinya sendiri kalau dia tidak boleh terlalu berharap.

"Ana, pulang. Lo lagi sakit." Iqbal seolah tidak peduli lagi dengan Alister, dia hanya menatap Ana dengan sendu.

"Aku cuma ke mall, aku nggak papa ko."

Alister yang mendengar ucapan Iqbal pun berdecak kesal, menandakan kalau dirinya memang tidak suka jika ada seseorang yang mengatur Ana.

"Gue juga tau kalo dia sakit, nggak usah so care!" Alister sedikitpun tidak melepaskan Ana dari cengkramannya, entah apa yang terjadi pada dirinya, dia tidak peduli lagi tanggapan Iqbal padanya.

Sementara Iqbal hanya bisa mengembuskan napas, tatapannya masih sendu, tidak seperti biasanya. Kedua tangannya tersisip dalam saku celananya.

"Kalo ada apa-apa bilang gue, kalo dia macem-macem bilang gue," ucap Iqbal sambil tersenyum kecil pada Ana.

"Maaf," ucap Ana sambil merunduk.

"Nggak apa, lo bilang pergi ke mall sama Alister aja udah cukup," ucap Iqbal sambil berlalu begitu saja.

Ana langsung menggigit bibirnya bawahnya, menyebalkan, kenapa Iqbal harus memberitahu Alister?

Di sisi lain, Alister memicingkan matanya pada Ana sekaligus memasang wajah curiga. Bibirnya cemberut, seperti anak-anak yang sedang kesal.

"Jadi...lo yang bilang sama Iqbal?" tanya Alister dengan tatapan menyelidik.

Sementara Ana hanya merunduk kaku. Oke, kali ini dia salah, kepalanya semakin merunduk dan tak berani melihat Alister.

"Lo masih takut sama gue?"

Ana langsung menggelengkan kepalanya, sungguh, dia tidak takut pada Alister, yang mengganggu pikirannya hanyalah buku peraturan itu.

"Buku peraturannya," ucap Ana pelan seperti orang sedang berbisik, tapi apapun itu Alister dapat mendengarnya dengan jelas.

Dia hanya mengembuskan napasnya, tentu saja dia takut padanya, pada buku peraturan itu, Alister tentu saja sudah ambil adil dalam ketakutan Ana.

Jadi korban bullying, tidak ditemani, bukan hanya itu, Ana bahkan selalu menjadi korban dalam segalanya.

Rasa bersalahnya semakin besar, selama tiga tahun dia sudah membuat Ana ketakutan seperti ini.

Alister membuka ponselnya lalu menmbuka line, dia langsung mengirim pesan pada Iqbal.

Alister:
Bal, gue janji nggak bakal macem-macem. Jadi pergi dari sini, jangan awasin gue terus.

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang