Chap 40. Hukuman 1

700K 50.3K 3.2K
                                    

Target buat chapter ini masih sama kaya yang kemarin, 1,5k komentar ya buat next chapter

Ditunggu😋

Makasih banyak udah nungguin ceritanya, semoga yang komentar makin banyak ya, biar update tiap hari kaya dulu😍

Kalo ada typo kasih tau yaaa

Happy reading...

"Gue bukan bocah, gue tahu rasa khawatir ini, gue tahu perasaan apa yang gue punya saat ini. Dan gue yakin, gue sayang sama lo makanya gue bisa sekhawatir ini meskipun masalahnya kecil sekalipun."

Ingin rasanya Alister berkata seperti itu, dan memeluknya agar dia mau berkata yang sejujurnya.

Tapi apa daya, Alister tidak berani mengatakan itu semua. Yang dia tidak bisa pungkiri adalah kalau Ana masih mencintainya.

Ya, perasannya tidak pernah berubah, bukan begitu?

Alister melepaskan tangan Ana lalu kedua tangannya beralih memegang kedua pipi Ana, tatapannya begitu serius, jantungnya berdebar kencang, sekuat tenaga dia memberanikan diri untuk berkata.

"Kalo lo beneran sayang sama gue, jawab pertanyaan gue kali ini. Siapa yang ngelakuin ini sama lo?"

Ana mengernyit bingung saat melihat wajah Alister yang begitu khawatir dengan wajah yang memerah. Ada rasa senang, tapi juga rasa takut.

Tidak mungkin Ana mengatakan yang sebenarnya. Ya, tidak mungkin.

Satu-satunya cara untuk menghindari Alister dengan mengalihkan pembicaraan.

"Meskipun aku sayang sama kamu, emang kamu peduli?" tanya Ana sambil menepis tangan Alister yang menempel di kedua pipinya.

Alister melotot kaget mendengar ucapan Ana tersebut. Tentu saja peduli!

"Bodoh, kalo gue nggak peduli gue nggak bakal sekhawatir ini!" ucap Aliser dalam hati.

Tapi apa daya, dia tak mau mengucapkan kata-kata mematikan itu sekarang. Mana mungkin dia mengungkapkan perasaannya di depan sekolah tempat biasa menunggu bis.

Mau disimpan di mana mukanya jika seperti itu? Seorang Alister menembak cewek yang disukainya dipinggir jalan. No way!

"Denger, Alister. Aku udah siapin hukuman buat kamu."

Deg!

Saat-saat ia membayangkan cara termanis untuk mengungkapkan perasaannya, tiba-tiba lamunannya buyar begitu saja.

Tapi Alister malah tersenyum manis, tidak ada semburat kekecewaan sedikitpun. Wajahnya masih tetap santai dan tampan, membuat Ana semakin tidak yakin.

"Tapi nanti malem aku kasih tahunya."

Alister mengangguk semangat, dia sama sekali tidak takut. Demi menebus dosanya dulu dia sangat semangat menerima hukuman dari Ana.

Dan setelah ia menerima hukuman itu, dia bisa bebas, melepaskan seluruh rasa bersalah yang menggebu dalam hatinya.

"Nanti malem aku mau ngajak kamu ke suatu tempat juga," ucap Alister sambil tersenyum manis.

Ana tidak mau melihat wajahnya, sungguh. Itu sangat menyakitkan ketika Alister menerima hukuman darinya dengan senyuman seperti itu.

"Kamu nggak takut?"

"Gue sering nyakitin lo, dan gue nggak takut nerima hukuman seberat apapun dari lo, asalkan gue bisa bebas dari rasa bersalah ini."

Ana menarik napas dalam-dalam, sementara Alister masih tetap dengan bayang-bayangnya.

"Oke, stop bahas ini. Pokoknya nanti malem lo harus ikut sama gue."

TELUK ALASKA [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang