7. Why?

658 164 12
                                    

"Nanti aku kabarin lagi ya, bisa atau nggaknya aku jemput kamu." Daniel bicara sambil mengusap kepala Jovita.

Jovita hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Ia tahu kok, sebenarnya Daniel hanya berbasa-basi bicara seperti itu. Jovita paham kalau Daniel itu super sibuk, selain urusan pekerjaan, ia juga memiliki tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa S2, jadi kemungkinan dirinya memiliki waktu untuk mengantar pulang Jovita itu amat kecil. Tapi setidaknya Jovita senang dengan niat baik Daniel yang tidak langsung bilang, "Kamu pulang sendiri ya, aku banyak urusan." Atau perkataan sejenis lainnya.

Jovita pun turun dari mobil dan berjalan menuju gedung setelah mobil Daniel sudah tidak terlihat lagi.

"Good morning, Mrs. Raditya." Jovita bisa merasakan tangan seseorang sudah melingkar dipundaknya, ia juga sangat mengenal suara yang baru saja menyapanya. Siapa lagi kalau bukan teman kantornya, Rahayu.

Jovita menyentil kening Rahayu yang sudah seenaknya memanggilnya dengan sebutan Mrs. Raditya, "Yupi rese deh!" Sungut Jovita kepada Rahayu, yang memang mendapat panggilan 'Yupi' karena nama panjangnya Rahayu Phillicia.

Jika teman dekat Jovita di luar kantor adalah Gisella dan Wanda, maka Rahayu merupakan teman terdekatnya di kantor.

Di kantor, Jovita tidak memiliki banyak teman, rata-rata segan untuk mendekati Jovita karena statusnya yang merupakan anak dari seorang direktur. Padahal Jovita anaknya cukup supel dan low-profile, tapi ya tetap saja mereka semua menjaga jarak daripada terjadi hal yang tidak mengenakkan.

Nah, berbeda dengan teman kantornya yang lain, Rahayu termasuk orang yang ceplas-ceplos. Baginya, jabatan bukan penghalang untuk membatasi diri dari pertemanan. Ketika orang tersebut asyik untuk diajak ngobrol, Rahayu juga akan welcome kepada orang tersebut, tidak peduli dengan jabatan yang setinggi apapun. Maka dari itu, Jovita amat senang memiliki teman seperti Rahayu.

"Jo, kenalin gue cowok kayak Daniel dong!" Rengeknya kepada Jovita sambil mengeluarkan duck face.

Jovita mengernyit, "Cowok kayak Daniel? Emang Daniel kayak gimana?" Jovita saja masih belum mengetahui betul tentang Daniel.

"Tinggi, cakep, pinter lagi! Susah kan nemu cowok begitu, dan plus-nya lagi, anak dirut! Cacatnya dimana coba!?" Ujar Rahayu antusias.

Jovita tertawa melihat Rahayu yang amat polos, yang hanya menilai orang dari luarnya saja, "Kantor kita gede kali, coba aja lo jelajah dari lantai satu sampai lima belas, kali aja ada yang nyantol." Ucap Jovita memberi saran.

"Disini? Ada sih, tapi ngelirik gue aja nggak..." Rahayu kembali mengeluarkan duck face-nya.

"Hah siapa siapa?" Jovita mendekatkan kupingnya ke wajah Rahayu agar ia bisa mendengar bisikan Rahayu.

Saat Rahayu akan berbisik ke telinga Jovita, pintu lift yang sedari tadi tidak ada yang terbuka, kini terbuka dan didalamnya terdapat banyak orang yang akan keluar.

Rahayu menusuk-nusuk perut Jovita untuk memberikan kode ketika terdapat satu kepala yang keluar dari lift.

Kedua bola mata Jovita membulat setelah mengetahui siapa pria yang dimaksud oleh Rahayu, "Lo gila!" Jovita berbicara tegas namun dengan volume yang rendah karena sekarang mereka sedang berada di dalam lift yang penuh orang.

Mereka melanjutkan obrolan ketika telah tiba di lantai kerjanya, "Ya jelas aja dia nggak ngelirik lo, orang dia udah punya istri!"

Rahayu hanya nyengir-nyengir polos, "Makanya gue minta tolong lo buat ngenalin gue sama cowok cakep."

Jovita mengalungkan tangannya ke pundak Rahayu, "Yupi, let me tell you something. Cowok cakep bukan segalanya. You should also see his inner beauty. Mau lo ketemu cowok cakep tapi br*ngsek!?"

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now