10. What She Wants

606 160 13
                                    

"Mas, mama sama papa ngajakin dinner." Jovita menyingkirkan pandangan yang sebelumnya mengarah pada layar ponselnya dan kini memandang Daniel sebagai lawan bicaranya.

"Dimana? Boleh aja sih." Daniel juga yang sedaritadi melihat layar laptop, kini balas memandang Jovita.

"Henshin."

Daniel mengangguk mengerti dan kembali fokus pada layar laptopnya.

Jovita masih menatap Daniel, seperti masih ada yang ingin ia bicarakan, "Emm... Mas... abis itu boleh nggak kita nginep dirumahku?" Jovita buru-buru meralat perkataannya ketika memberi opsi kedua, "Atau nggak aku aja yang nginep dua malam di rumah." Jovita tersenyum manis menanti balasan Daniel.

"Dua malem?"

Jovita dengan secepat kilat mengangguk. "Iya, soalnya lusa tuh bi Oni ulang tahun."

Daniel terdiam sejenak, "Ulang... tahun...?" Tanpa Jovita sadari, tatapan Daniel perlahan menjadi kosong.

Jovita mengangguk, "Aku biasanya selalu bikin kejutan untuk ngerayain ulang tahun beliau. Lucu deh, padahal tiap tahun aku ngisengin bi Oni, tapi tiap tahun juga bi Oni selalu kena keisengan aku. Pertamanya pasti ngedumel 'Ih si non mah jahat banget sama bibi!' tapi abis itu juga langsung nangis terharu. Terus—" Jovita tidak henti-hentinya berbicara sangking bernostalgia dengan momen-momen indah bersama Oni, asisten rumah tangganya.

"Jo!" Daniel memotong pembicaraan Jovita dengan nada setengah membentak.

Jovita cukup terkejut dengan ekspresi Daniel yang ternyata sudah berubah.

"You're really noisy." Daniel berbicara dengan volume amat pelan tapi dapat terdengar oleh Jovita dan membuatnya tertegun. Daniel langsung pergi meninggalkan Jovita sendirian yang masih kebingungan dengan tingkah laku Daniel yang berubah 180 derajat dari sebelumnya.

Setelah diam beberapa saat dan menahan air matanya untuk tidak jatuh mengalir, Jovita tidak sengaja melihat layar laptop Daniel yang masih terbuka. Kebetulan kursornya mengarah pada toolbars Photo Viewer sehingga memperlihatkan foto kecil yang sedang Daniel buka.

Jovita penasaran untuk memperbesar foto tersebut karena ia cukup yakin foto yang ditampilkan adalah foto wanita. Tepat seperti dugaannya, foto Sania-lah yang sedang Daniel lihat. Apakah ada omongan Jovita yang mengingatkan Daniel pada Sania? Tapi bagian mana? Jovita-kan hanya bercerita tentang pengalamannya bersama bi Oni.

Jovita buru-buru mengembalikan tampilan layar laptop Daniel seperti semula dan kembali menuju kamarnya, entah kenapa air matanya tidak bisa lagi ia tahan.

"Jo, please berhenti nangis, dia mungkin lagi teringat sama Sania. Dia nggak bener-bener marah sama lo." Ucapnya pelan untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Tapi kenapa gue harus jadi pelampiasan kemarahan dia!? Gue kan cuman nyeritain pengalaman gue sama bi Oni!" Kali ini ia berbicara dengan nada kesal. Bagaimanapun ia ingin mengerti posisi Daniel, tapi ia tetap bisa terima dengan kelakuan Daniel yang seenaknya melampiaskan amarahnya pada Jovita.

Ketika sedang menenangkan diri, Jovita kembali dikejutkan dengan suara bantingan pintu yang berasal tidak jauh dari tempatnya sekarang.

Ia buru-buru keluar kamar dan mendapati Daniel sedang berjalan menuruni tangga.

Jovita hanya bisa menghela napasnya dengan kasar setelah melihat Daniel keluar dari rumah, "I guess he won't come tonight." Ia pun kembali ke kamar tanpa mau memikirkan Daniel lagi dan lebih memilih untuk tidur.

Ia berbaring dan mencoba memejamkan matanya. Tapi pada kenyataannya ia tidak bisa tidur karena Daniel selalu menghantui pikirannya.

"Apa gue tetep ke rumah aja ya? Pasti dia juga bakal seneng kalau nggak ada gue disini." Jovita kembali berbicara pada dirinya sendiri.

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now