5. Something That Make Her Smile

709 176 11
                                    

Hari pertama Jovita tidur di tempat baru, Jovita termasuk golongan yang sudah nyaman karena...

"Mampus! Perasaan semalem gue udah nyetel alarm!?" Omelnya pada diri sendiri yang baru saja melihat jam di ponselnya.

Jovita buru-buru beranjak dari kasurnya dan menyisir rambutnya yang cukup berantakan dengan kedua tangannya.

"Semoga Daniel belum bangun." Jovita meletakkan kedua tangannya di atas dada, berdoa supaya Daniel tidak bangun lebih cepat darinya sambil memejamkan matanya. Setelahnya, ia baru membuka pintu sedikit untuk mengintip apakah ada tanda-tanda kehidupan di luar sana.

Saat dirasa aman, ia baru membuka pintu lebar dan langsung melesat ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu.

Setelah cuci muka, dengan langkah mengendap-endap ia turun ke bawah sambil memastikan kalau di bawah juga tidak ada sosok Daniel. Tapi sayangnya...

"Udah bangun?" Tanya Daniel yang masih berkutat dengan laptopnya.

Jovita heran darimana Daniel tahu keberadaannya ketika Daniel sama sekali tidak menoleh ke arahnya dan Jovita juga yakin kalau ia sama sekali tidak mengeluarkan suara saat melangkah.

Tapi itu tidak penting, mungkin memang insting Daniel yang kuat.

Yang penting sekarang adalah menjawab pertanyaan Daniel. Tapi sangking malunya, Jovita hanya bisa menggigit bibir bagian bawah dan juga menggaruk pelipisnya.

Ia berjalan menghampiri Daniel untuk meminta maaf karena telah bangun kesiangan.

"Maaf..." Sebenarnya Jovita ingin menjelaskan bahwa ia bangun kesiangan karena tidur kemalaman, tapi karena takut dibilang 'alasan' jadilah Jovita mengurungkan niatnya dan hanya terucap kata 'maaf'.

Ia tidur kemalaman bukan karena belum terbiasa tidur di tempat baru, tapi karena keasyikan telepon dengan Wanda.

Untuk pertama kalinya Daniel menatap Jovita setelah semenjak tadi hanya menatap layar laptop, "Maaf kenapa?" Tanyanya tidak mengerti.

"Karena bangun kesiangan?" Jovita malah balik bertanya karena jadi meragukan alasannya minta maaf itu memang tepat atau tidak.

Daniel malah tertawa mendengar pertanyaan Jovita tadi, "Ya ampun, ini kan hari Minggu, wajar aja kalau kamu bangun siang."

Jovita mengambil duduk sebelah Daniel setelah mengetahui reaksi Daniel yang tidak marah kepadanya, "Tapi kan jadinya kamu bangun lebih duluan daripada aku?"

"Terus kenapa? Emang ada hukumnya kalau perempuan harus bangun lebih pagi dari laki-laki?"

Pertanyaan yang Daniel lontarkan memang benar sih, tapi kan sebagai calon istri yang baik seharusnya ia belajar bangun duluan untuk menyiapkan keperluan calon suaminya, seperti membuatkan sarapan.

Karena tidak bisa menjawab pertanyaan Daniel, yang Jovita lakukan hanyalah menggaruk-garuk puncak kepalanya.

"Kalau kamu berpikir nantinya kamu harus buatin aku sarapan, itu nggak perlu. Kan udah ada bi Nah. Kamu juga nggak perlu ngelayanin aku karena aku udah bisa mengerjakan semuanya sendiri." Daniel terdengar tulus, bahkan ia memberikan senyuman di akhir kalimatnya.

Tapi Jovita justru merasa sedih mendengar perkataan Daniel. Jovita merasa Daniel tidak membutuhkan bantuannya sama sekali baik sekarang ataupun nanti.

Bagaimanapun, kelak mereka akan menikah dan menjadi pasangan suami-istri. Dan seingatnya, kodrat seorang istri adalah melayani suaminya.

Memang ada Nah yang setiap harinya akan senantiasa membuatkan sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Tapi wajar kan kalau sesekali Jovita ingin membuatkan sarapan untuk suaminya kelak?

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now