26. Understand Your Own Feeling

576 154 8
                                    

Plakk!

Jovita memegang pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh papanya. Ia mengeluarkan senyum miringnya dan pergi meninggalkan papa dan mamanya yang sedang menahan malu.

Di luar lobi, seorang pria sudah menunggu kehadiran Jovita dengan motor gedenya. Ia yang sedari tadi sudah mengenakan helm, menyodorkan helm juga kepada Jovita sebelum mereka melaju meninggalkan tempat tersebut.

Tidak ada obrolan diantara mereka. Hanya suara motor dan kendaraan lainnya yang menghiasi indra pendengaran mereka.

Mereka tiba di sebuah taman dan melepas helm mereka masing-masing.

"Lo nggak nyesal dengan keputusan lo?" Pria tersebut bertanya.

"I'm one hundred percent satisfied with my decision, Jun." Tawa renyah menghiasi suara Jovita saat menjawab pertanyaan Arjuna. "Nikah sama bocah tengil kayak dia? Nggak ada dalam kamus gue!" Lanjutnya.

Arjuna mengusap pipi kiri Jovita, "Pipi lo sampai merah gini..."

"It's okay. Rasa senang gue jauh lebih besar dibanding rasa sakit bekas tamparan ini." Jovita menjauhkan diri dari tangan Arjuna yang masih mengusap pipinya, ia memilih untuk duduk di bangku dekat pohon. Ia memejamkan kedua matanya dan merasakan semilir angin yang membuat rambutnya berkibar dengan sempurna. "Makasih ya, Jun. Udah mau bantuin gue." Jovita membuka kedua matanya menatap Arjuna yang masih berdiri dihadapannya dan memberikan senyum bahagianya.

"Sekarang gue bisa bantu lo. Tapi nanti di rumah, apa lo bisa ngehadapin kedua orang tua lo? Mereka pasti marah besar setelah lo pergi gitu aja dari acara perkenalan lo dengan calon suami lo."

Jovita langsung berekspresi jijik mendengar kalimat terakhir Arjuna, "Idihhh, maaf ya, gue nggak sudi jadi calon istrinya dia." Jovita kemudian berpikir sejenak tentang kemungkinan apa yang akan terjadi nanti saat ia tiba di rumah, "Paling gantian pipi kanan gue yang bakal kena tampar." Candanya.

Arjuna mengacak-acak rambut Jovita, "Nggak usah sok tegar lo, gue tau lo udah mau nangis kan sebenernya?" Arjuna sudah terlalu lama mengenal Jovita, ia tahu persis kalau senyum dan tawa Jovita hanyalah topeng yang ia pasang.

"Shut up! Let me save my tears for something more worthed." Jovita kembali tertawa seolah dirinya tidak memiliki beban apapun.

Sesaat kemudian, ia mendengar bunyi yang keluar dari clutch-nya.

Ketika ia mengeluarkan ponsel yang menjadi sumber bunyi, ia menatap layar ponsel tersebut dan mendapatkan tulisan 'Daniel'.

"Kok nggak diangkat?" Arjuna menyenggol Jovita yang hanya memandang layar ponselnya tanpa berniat untuk mengangkat panggilan tersebut.

Dari minggu lalu, Jovita tidak pernah membalas ataupun mengangkat panggilan Daniel.

Kejadian di rumah Daniel minggu lalu, membuat Jovita takut untuk berinteraksi lagi dengan Daniel. Ia memilih untuk kembali menjaga jarak dengan Daniel.

Arjuna yang tidak mendapatkan jawaban dari Jovita akhirnya mengambil ponsel Jovita dan menekan tombol hijau yang lalu ia tempelkan ponsel tersebut di telinga Jovita.

Jovita hanya bisa protes dengan gerak mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

"Jo, are you okay? Where are you now? Tolong jangan putus telepon ini..." Lama kelamaan nada bicara Daniel melemah, membuat Jovita sedih mendengarnya, "Aku minta maaf soal minggu lalu, tolong jangan hindari aku lagi..."

Tidak hanya pesan atau panggilan saja yang Jovita abaikan, tapi saat Daniel ke rumah ataupun berkunjung ke kantor Jovita, Jovita selalu menghindarinya.

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now