11. 'Her'

663 157 20
                                    

Jovita dan Daniel sudah tiba kembali di rumah.

Tepat seperti dugaan Jovita, kedua orang tuanya mengajak makan bukan untuk silahturahmi atau acara kangen-kangenan dengan anak semata wayangnya, melainkan untuk membicarakan bisnis dengan Daniel.

Jovita cukup bersyukur karena Daniel hadir dalam pertemuan makan malam tadi, jika tidak, ia bisa memastikan bahwa kedua orang tuanya akan makan sejenak dan pergi begitu saja dari hadapannya.

Sekarang, Jovita dan Daniel sudah duduk di dalam ruang kerja Daniel. Seperti janji Daniel di mobil, ia akan menceritakan alasan kenapa ia membentak Jovita siang tadi.

"Next week is her birthday." Daniel yang sebelumnya menundukkan wajahnya, kini menatap Jovita sebagai lawan bicaranya, "Sania." Tambahnya lagi untuk menjelaskan, siapa 'her' yang dimaksud.

Jovita tidak begitu terkejut dengan ucapan Daniel. Ia memang baru mengetahui tanggal ulang tahun Sania, tapi ia tahu alasan Daniel membentaknya adalah karena Sania. "Lalu?"

"Aku masih nggak bisa menghilangkan bayang-bayang dia, Jo. And then, the way you talk, your expression, your eye-smile, it always reminds me of her."

Jovita tersenyum pahit, "So for you, I'm just her shadow, right?"

Daniel langsung menggeleng tidak setuju, ia meraih tangan Jovita, "Nggak Jo, nggak. Tolong kamu jangan berpikir kayak gitu. I just..." Disaat Daniel bilang tidak, tapi disaat itu pula ia tidak bisa menjelaskan peran Jovita dalam dirinya.

Jovita perlahan melepas genggaman tangan Daniel, "Iya aku ngerti kok, mas. Dari awal, hubungan kita ini hanya sebagai status. Mungkin, akunya aja yang terlalu kebawa perasaan." Jovita tersenyum, senyum yang agak dipaksakan.

"Jo..."

"Udah malem, aku ngantuk." Jovita beranjak dari duduknya dan akan segera keluar ruangan, namun Daniel meraih tangannya untuk menahan kepergian Jovita.

Jovita menghembuskan napasnya secara perlahan, memasang senyum palsunya dan berbalik menoleh ke arah Daniel, "Iya, aku udah nggak marah kok." Setelahnya ia melepaskan pegangan tangan Daniel dan kembali ke kamarnya... untuk menangis.

Ia pikir ia akan sanggup untuk menyelesaikan semua permasalahan ini hari ini, tapi ternyata ia tidak sanggup. Entah kenapa, perasaannya sakit ketika mendengar Daniel menyebut nama Sania. Nama yang biasanya hanya Daniel deskripsikan dengan 'she' di depan Jovita.

Saat Jovita masih belum bisa menghentikan air matanya, terdengar suara ketukan pintu. "Jo, aku tahu kamu masih belum bisa memaafkan aku. Tapi aku tetap berterima kasih karena kamu sudah berusaha memaafkan aku."

Jovita mendengar ucapan Daniel, tapi ia tidak berencana untuk membuka pintu ataupun membalas ucapan Daniel. Ia hanya mendengarkan apa yang Daniel sampaikan kepadanya.

"Jo, aku tahu aku salah, dan aku benar-benar minta maaf tentang kejadian hari ini, kejadian sebelum-sebelumnya. Nggak ada niatan sedikitpun untuk aku menyama-nyamakan kamu dengan Sania..." Tambahnya lagi.

...

"Selamat istirahat ya, Jovita."

Setelah itu Jovita tidak lagi mendengar suara Daniel dan hanya mendengar suara pintu kamar sebelah yang terbuka. Daniel sudah kembali ke kamarnya.

"You too, Daniel Raditya." Terukir senyum di wajah Jovita setelah mengucapkan nama panjang Daniel.

***

"Loh, mas mau kemana?" Tanya Jovita kaget melihat Daniel yang sedang menggeret koper kecilnya keluar kamar.

"Kemarin kamu bilang mau nginep di rumah kamu kan?" Jawab Daniel yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now