Kalian tahu buket boneka wisuda yang sering diberikan seseorang ketika teman atau kekasihnya lulus kuliah?
Daniel mendapatkan buket tersebut dari Jovita di hari sidangnya. Tentu bukan Jovita yang memberikannya langsung melainkan salah satu kurir g*send yang tiba-tiba datang di depan tempat sidangnya.
Buket boneka wisudanya tentu berbeda dari yang lain. Bukan boneka beruang yang biasa disuguhkan, tetapi boneka Apeach yang merupakan kembaran Daniel.
Buket tersebut sampai saat ini selalu menghiasi kamar Daniel. Ia meletakkan buket tersebut tepat di meja seberang kasurnya agar saat bangun tidur hal pertama yang ia lihat adalah buket tersebut.
Hari ini adalah hari wisuda Daniel. Kesenangan Daniel datang berkali-kali lipat, bukan hanya karena acara ini menandakan kalau ia sudah resmi lepas dari tugas-tugas yang tidak pernah ada habisnya, tapi juga karena orang yang paling ia sayangi dapat menghadiri acara penting ini.
Tidak, Daniel dan Jovita tidak kembali menjadi pasangan. Atau lebih tepatnya belum. Karena hari ini, Daniel baru akan meminta Jovita untuk menjadi pendamping hidupnya.
...
"Selamat ya sayang." Renata memeluk Daniel erat setelah acara wisuda usai.
Daniel yang masih mengenakan toganya membalas pelukan Renata.
Irvan juga ikut memeluk Daniel setelah ia melepaskan pelukan Renata, "Selamat ya. Akhirnya papa bisa melihat kamu wisuda setelah melewatkan kesempatan pas kamu wisuda S1." Irvan juga tersenyum bangga melihat anaknya yang telah menjadi lulusan S2.
Setelah melepaskan pelukan Irvan, Daniel melebarkan tangannya, berharap akan mendapat pelukan juga dari Jovita yang sedari tadi berdiri di samping Renata.
Jovita menaikkan satu alisnya, namun pada akhirnya ia menuruti kemauan Daniel dan memeluknya yang telah meraih prestasi gemilang, "Congrats ya, Niel." Jovita menepuk-nepuk punggung Daniel kemudian melepaskan pelukan tersebut dan menyodorkan sebuah paper bag.
Daniel menerima paper bag tersebut, "Makasih ya udah mau nyempetin dating kesini."
"Sekarang, ayo kita rayain kecil-kecilan di rumah." Ujar Renata.
Jovita mengangguk namun ternyata Daniel meraih tangan Jovita, "Ma, itu... aku..." Daniel menggaruk-garuk kepalanya karena ia ingin bicara empat mata dengan Jovita.
Untungnya Renata peka dengan kelakuan anaknya, "Ya udah, pa, kita pulang duluan yuk!" Renata meraih tangan Irvan dan tanpa Irvan mengerti, ia sudah menghilang dari hadapan Daniel dan Jovita.
"Hati-hati, ma, pa." Ucap Daniel dan Jovita secara bersamaan.
"Emangnya kita mau kemana, Niel?" Jovita penasaran kemana Daniel akan membawanya pergi.
Saat tiba di parkiran, Daniel melepas toganya terlebih dahulu sebelum menyetir ke tempat tujuannya, "Makan dong, laper."
...
Daniel memarkirkan mobilnya di salah satu hotel daerah Menteng. Ia memilih rooftop bar sebagai tempat makan siangnya bersama dengan Jovita.
"Rooftop bar mah bagusnya didatengin pas malem." Celoteh Jovita ketika mereka sudah berada di bagian rooftop dan selesai memesan makanan.
"Kelamaan kalau nunggu sampai malam." Daniel menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, "Jo..." Daniel memanggil Jovita yang sedang melihat pemandangan sekitar.
Jovita memfokuskan pandangannya kepada lawan bicaranya.
"You said that regret never sounds great. I do agree." Daniel merogoh sesuatu di saku celananya dan meletakkan sebuah kotak kecil yang berhasil ia keluarkan, "I already regret once, I don't want regret for the second time." Daniel membuka kotak kecil yang ternyata berisikan dua buah cincin yang dulu sempat tersemat di jari manis mereka masing-masing, "Jo, will you marry me? Aku janji kalau aku-"
YOU ARE READING
When Worst Become Best
General Fiction[COMPLETED] Maybe this is the worst decision that they've made, but they promise that they won't regret their decision