23. Thinking Again

572 158 16
                                    


Dua bulan telah berlalu semenjak Jovita dan Daniel mengubah status hubungannya.

Kedua orang tua Jovita tentu masih tidak bisa terima dengan keputusan yang anaknya ambil, tapi beruntunglah Jovita karena mamanya Daniel, Renata, menerima keputusan Jovita dengan lapang dada.

Jovita tidak tahu jelas dengan reaksi papa Daniel, Irvan, tapi yang jelas Renata sudah menghubungi Jovita dan justru menenangkannya.

Soal Daniel, beberapa kali ia berusaha menghubungi Jovita atau sekadar mengiriminya pesan. Namun Jovita selalu mengabaikannya. Daripada kembali terjadi pertengkaran, Jovita memilih untuk memutus sama sekali hubungannya dengan Daniel.

Tentu saja itu sulit bagi Jovita, ia amat menyayangi Daniel. Maka dari itu, sebelum perasaannya berubah menjadi benci, ia lebih memilih untuk mengubur dalam-dalam perasaannya pada Daniel.

"Ciee, yang Sabtu besok bakal dapat penghargaan dari pemerintah atas projeknya yang sukses besar." Rahayu menggelitiki Jovita yang sedang berdiri menunggu pintu lift terbuka.

Jovita balas menggelitik Rahayu yang lebih tidak tahan geli daripada dirinya, "Makasih ya, Yupiku, yang udah selalu nyemangatin gue." Tangan Jovita yang beralih ke pipi Rahayu dan mencubit kedua pipi tersebut.

Mereka berduapun memasuki lift ketika pintunya terbuka dengan beberapa orang lainnya yang tidak lupa menyapa Jovita terlebih dahulu sebelum ikut masuk kedalamnya.

Sesampainya di meja kerjanya, Jovita disambut oleh sebuket bunga mawar putih dan juga sebungkus cokelat putih. Degup jantung Jovita seketika berdetak lebih cepat dibanding biasanya, ia mengambil kartu yang terselip diantara buket bunga tersebut dan perlahan ia membukanya dengan nama seseorang yang sudah ia pikirkan sedari tadi.

'Congratulation for your successful project - D.R' Begitulah ucapan yang tertulis di atas kartu tersebut.

Ia meraba satu demi satu bunga mawar yang warnanya seputih salju, kemudian ia mengambil cokelat putih yang merupakan favoritnya. "Darimana lo tau?" Gumam Jovita yang amat clueless dengan hadiah yang diberikan oleh mantan tunangannya. Iya, siapa lagi inisial D.R kalau bukan singkatan dari Daniel Raditya?

Jovita bergegas menuju meja kerja seseorang yang ia yakini adalah dalang dari semua ini.

"Yu?" Jovita mengerutkan keningnya ketika sampai di meja kerja Rahayu dan menyodorkannya kartu ucapan yang baru saja diterimanya.

Yang ditanya hanya cengengesan. "Cuman ngasih info kok, Jo. Nggak nyangka dia bakal ngasih hadiah ke lo." Ucapnya yang kemudian menjulurkan lidahnya.

"Lo sering berhubungan sama dia?" Jovita tidak pernah tahu kalau Rahayu sudah dalam tahap mengirim informasi kepada Daniel.

Rahayu langsung mengibaskan kedua tangannya, "Nggak sering kok, cuman ya kadang dia nanyain kabar lo. Masa iya, gue abaiin?"

"Yu, lain kali diemin aja kalau dia nanya tentang gue..." Jovita menggunakan nada memohon kepada Rahayu. Entah sejak kapan matanya berubah menjadi berkaca-kaca.

Rahayu langsung meraih tangan Jovita dan mengajaknya ke ruangan Jovita. Meja kerja Rahayu tidak berada dalam ruangan tertutup, akan mengundang isu yang tidak-tidak kalau mereka berdua terang-terangan curhat disitu.

Ketika sudah masuk ke dalam ruangan Jovita, Rahayu menutup pintu ruangan terlebih dahulu sebelum kembali membuka suaranya, "Jo, status kalian memang udah bukan tunangan lagi, tapi masa lo mau mutusin hubungin lo gitu aja sama dia? Dia care banget loh sama lo, hampir tiap hari dia nanya ke gue tentang lo karena lo nggak pernah mau bales pesan atau panggilan dia."

When Worst Become BestWhere stories live. Discover now