17

4.6K 300 11
                                    

Sudah direvisi ..

.
.
.

Dinda tersenyum senang ketika Rizky membawanya jalan-jalan menikmati harinya berdua, lelaki itu sangat posesif lihat saja ia berjalan sambil memeluk pinggang Dinda begitu erat seolah tak ada hari esok lagi untuk bersama.

Bagi Dinda ini hari yang paling bahagia ketika menikmati hari-hari bersama dengan orang yang paling kita sayang.

"Menurutku ini hari yang paling bahagia," ucap Dinda membuat langkah Rizky seketika berhenti.

"Memangnya kenapa," tanya Rizky, dengan posisi yang berhadapan.

"Mau tau alasannya?" tanya Dinda mengelus tangan Rizky.

"Cepat katakan alasannya.." ucap Rizky yang menarik pinggang Dinda kearahnya.

Gadis itu tersenyum sangat manis, Dinda mengalungkan kedua tangan pada tengkuk Rizky.

"Kau," ucapnya.

"Aku.." tanya Rizky dengan senyuman yang mengembang. "Alasannya satu, yaitu kau.."

"Mengapa aku bilang hari ini paling bahagia, karena aku bisa bersamamu.." ucapnya dengan nada lembut.

Rizky menyeringai puas mendengar apa yang diucapkan tunangannya.

"Ouh, sekarang gadisku mulai menggombal.." ucapnya dengan senyuman khasnya.

Dinda melepaskan tangannya pada tengkuk Rizky dan berlari meninggalkan lelaki itu.

"Aku sangat mencintaimu.." ucapnya berbalik sebentar kemudian berlari kecil.

"Ouh, rupanya dia ingin bermain-main.." Rizky berlari mengejar Dinda yang berada jauh didepannya.

"Awas aku akan menangkapmu," teriak Rizky membuat Dinda berbalik sebentar dan menjulurkan lidahnya kearah Rizky dengan tatapan mengejek.

"Benarkah.."

"Aku pastikan akan menangkapmu," Rizky berlari mengejar Dinda yang telah mengejeknya.

"Kau tak akan bisa.." ucap Dinda yang masih berlari menghindari Rizky yang akan menangkapnya. "Dasar," desis lelaki itu.

"Berhenti disana atau kau akan merasakan apa yang akan kulakukan.." ancam Rizky, tapi tetap saja Dinda berlari dengan tertawa.

"Aku tak akan mendengarnya.." Dinda masih tertawa mengejek Rizky.

"Kau.."

"Kau akan tau akibatnya jika mengabaikanku.." Rizky berlari mengejar beberapa langkah lagi dirinya yang akan berada dibelakang Dinda dan—

"Kena kau.." teriak Rizky berhasil menangkap Dinda. Rizky mengangkat tubuh Dinda dan membopongnya membuat gelak tawa Rizky melebar.

"Aku berhasil menangkapmu," Rizky menyeringai nakal kearah Dinda dengan tatapan kemenangan.

"Apa kau tau akibatnya mengabaikan ku," tanya Rizky dengan mendekatkan wajahnya kearah Dinda. "A-pa yang a-akan kau lakukan," tanya Dinda dengan raut ketakutan.

"Terserahku,"

"Kau curang, kenapa secepat itu kau bisa menangkapku.." wajah Dinda cemberut sangat menggemaskan baginya.

"Kau berani mengejekku," ucap Rizky dengan mengelus punggung Dinda pelan.

"Aku akan—"

"Menggelitikimu.."

"Kyaaa.." Dinda menggulingkan tubuhnya ketika Rizky mulai menggelitiki tubuhnya, gadis itu tertawa keras dan berusaha menghindari Rizky.

"Cukup, kau membuatku kegelian," ucap Dinda yang menyandarkan kepalanya pada dada bidang Rizky dengan nafasnya yang terengah-engah.

"Uhh, kau nakal," ucap Rizky ketika Dinda mengelus-ngelus dadanya.

Dinda hanya tersenyum dengan wajah ceria. "Apa kau bahagia," Dinda menganggukan kepalanya dan memeluk tubuh Rizky erat. "Sangat.." ungkapnya membuat lelaki itu tersenyum dan membalas pelukan calon istrinya.

***

Namira tersenyum menatap Dinda yang berada disebrang jalan, yah Namira bersama Damian sedang berada ditoko bunga membelinya untuk diberikan pada Dinda, Namira tersenyum senang menatap Dinda bersama Rizky.

"Mommy, kenapa Mommy ada disana sama Om itu," ucap Namira, gadis kecil itu tersenyum dan berlari kearah Dinda namun sayang sikecil itu tak bisa melintasi jalanan yang terbilang cukup ramai.

"Mommy, Namira disini.." Teriak Namira yang berada ditrotoar jalan sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Mommy please liat Namira disini,"

"Mommy please liat Namira," teriakan Namira sama sekali tak terdengar oleh Dinda karena posisinya terbilang cukup jauh.

"Kenapa Mommy nggak liat aku," guman Namira dengan raut wajah sedih. "Apa Mommy nggak mau kenal lagi sama aku.." gadis itu salah mengartikannya.

"Mommy.." Namira menundukan kepalanya sudah beberapa kali dia memanggil Dinda namun hasilnya tetap sama Dinda sama sekali tak menoleh padanya.

Namira menundukan kepalanya dengan mata berkaca-kaca. Ia berlari menghampiri Demian yang tengah memilih bunga untuk Dinda.

Namira berlari dan menangis memeluk Demian, membuat Demian kaget.

"Dad," ucap Namira menangis sambil memeluk kaki Demian. "Kamu kenapa sayang," ucap Demian yang melihat putri semata wayangnya menangis.

Namira tak menjawabnya gadis kecil itu menangis. "Apa Mommy nggak sayang lagi sama Namira.." ucapnya dengan isakan-isakan kecil.

"Dad, apa benar Mommy nggak sayang lagi sama Namira. Jawab Daddy," Namira meraih tangan Demian meminta jawaban.

Demian tersenyum mengelus kepala Namira lembut. "Kok mau bicara kaya gitu,"

Namira melipat kedua tangannya dengan wajah cemberut. "Tadi Namira liat Mommy sama Om Rizky.." jawabnya dengan wajah cemberut.

"Namira udah panggil-panggil Mommy beberapa kali tapi Mommy malah nggak liat Namira sekalipun,"

"Mommy nggak mau ketemu Namira,"

"Kamu ketemunya dimana?"

"Disebrang jalan,"

Mereka berduaan. Batin Demian.

"Namira jangan marah gitu dong, mungkin aja Mommy kamu nggak denger teriakan Namira," ucap berusaha membujuk Namira yang masih cemberut.

"Tapi Namira udah teriakin Mommy beberapa kali, masa Mommy nggak dengar sih," desis Namira yang menatap jalanan.

"Namira jangan salah paham dulu,"

Namira menundukan kepalannya. "Kenapa sih Daddy sama Mommy nggak bisa tinggal berdua, jadi Namira nggak perlu nemuin Mommy dirumahnya Om Rizky.."

Demian tersenyum kecut mendengarnya. "Nggak bisa sayang.." Demian meraih tubuh mungil Namira kedalam pelukannya.

***

Uhuy up lagi nih ...

TBC!

The Maid My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang