Sudah direvisi ...
.
.
.
"A—ku pusing," Dinda menarik-narik tangan suaminya yang tertidur agar terbangun."Hn ... Kenapa?" tanya Rizky menggeliat kecil dan menatap Dinda yang terus saja memijit kepalanya.
"Kenapa sayang .." Rizky bangkit dari tidurnya dan mendekat ketubuh Dinda.
"Aku pusing!" ucap Dinda dengan nada lemas membuat Rizky sangat khawatir dengan keadaan istrinya.
"Tunggu disini aku mau panggil dokter du—," ucapan nya terpotong kala tangan Dinda mengenggam jemarinya. "Aku nggak mau ditinggalin," regek Dinda dengan memeluk tubuh Rizky. "Tap—," lagi-lagi ucapan nya terpotong.
"Jangan pergi! Aku hanya sakit kepala besok juga pasti sembuh, kau tidak perlu khawatir aku tidak papa kok," ucapnya dengan pelan.
"Tapi aku sangat khawatir dengan keadaanmu," Rizky kembali mengelus rambut Dinda.
"A—aku mual," Dinda menutup mulut nya dengan muka yang memerah—menahan perutnya yang mulai kembung. Rizky mengelus tengkuk Dinda lembut agar mual yang diderita sang istri nya reda.
"Muaal," Dinda turun dari ranjang dan berlari kedalam kamar mandi dengan tergesa-gesa.
Rizky benar—benar khawatir dengan keadaan sang istri, ia berjalan mengikuti Dinda.
"Mukamu pucat ..." tangan Rizky menyentuh wajah Dinda dengan penuh kekhawatiran.
Kepala Dinda terasa berputar ia mencengkram bahu suaminya dan detik itu pun ia kehilangan kesadaran nya tapi untungnya tangan Rizky menangkap pinggang sang istri.
"Bangunlah jangan membuatku khawatir," Rizky menepuk-nepuk kecil istrinya.
"Bagaimana ini," Rizky mengangkat tubuh sang istri dan membaringkan diranjang tak lupa ia menyelimuti tubuh sang istri. "Sayang," Rizky benar-benar panik.
Rizky mengambil ponsel nya dan ia menelpon seorang dokter pribadinya agar segera datang kekediaman rumah miliknya.
"Hello! Dokter bisakah kau datang kerumahku, istriku tiba-tiba saja pingsan aku benar-benar khawatir padanya. Tolong cepatlah datang kemari.."
"Baik,"
Tuth!
Rizky menutup telpon nya dan ia berjalan menatap istrinya yang terbaring kaku.
Pria itu duduk disamping Dinda, tangan nya membelai kening penuh kasih sang istri.
"Kau membuatku khawatir," bisik Rizky tepat ditelinga Dinda.
"Aku mencintaimu," bisiknya dengan perasaan yang benar-benar tercampur aduk.
***
Omma berjalan kearah kamar cucunya. Ia panik ketika Rizky memberitahu jika Dinda pingsan saat dikamar mandi.
"Ky! Bagaimana keaadaan Dinda! Apa dia belum siuman." ucap Omma menghampiri Dinda yang masih tidak sadarkan diri.
"Belum Omma." ucap Rizky yang masih setia berada disamping Dinda.
"Sudah menelpon dokter?" tanya Omma.
"Sudah," ucapnya.
"Ke——,
"Selamat malam pak Rizky!" ucap wanita paruh baya itu.
"Syukurlah dok, kau sudah datang.." ucap Rizky.
Omma tersenyum melihat gurat kecemasan dalam diri Rizky ketika melihat istrinya yang masih belum sadarkan diri.
Seorang dokter itu mulai memeriksa tubuh Dinda dan ia tersenyum ketika ia tau apa penyebab yang terjadi pada istrinya Rizky. Dokter itu beralih menatap Omma yang tersenyum lebar.
Dokter itu bisa menyimpulkan jika Omma sudah tau apa penyebab nya.
"Bagaimana dok," tanya Rizky menatap Omma nya yang terus tersenyum.
Dokter itu menjabat tangan Rizky dan tersenyum. "Selamat sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah, karena itrimu kini tengah hamil.."
"Benarkah dok," Rizky tersenyum lebar mendengar penuturan sang dokter.
Rizky berlari dan memeluk tubuh Omma dan bibirnya terus tersenyum—karena kecemasan dan kekhawatiran itu sudah berganti dengan kabar yang membahagiakan.
"Omma juga senang mendengar kehamilan istrimu," Omma mengelus punggung Rizky. Pria itu pertama kali nya menangis karena mendengar kabar yang sangat-sangat membahagiakan.
"Apa Omma sudah tau sebelumnya?" tanya Rizky melepaskan pelukan nya.
"Omma sudah tau lebih dulu, tapi Omma tak mengatakan langsung kepadamu," ucap Omma mengelus bahu cucunya.
"Kalau Omma sudah tau kenapa tak memberitahuku,"
"Rahasia," jawab Omma membuat cucu nya kesal.
"Baiklah pak Rizky saya turut bahagia atas kebahagian anda!"
"Pak Rizky karena ini kehamilan yang pertama bagi istri anda! Anda harus bisa menjaga nya dengan baik, jangan biarkan ia kelelahan karena itu akan membuat hormon nya menurun," ucap sang dokter membuat Rizky menganggukan kepalanya.
"Ini obat vitamin yang harus diminum istrimu," wanita paruh baya itu menyodorkan satu kantung kecil vitamin untuk Dinda.
"Baik," Rizky tersenyum dan menuruninya.
"Terimakasih dok, kau sudah datang kemari! Maafkan aku jika aku menganggu waktumu," ucap Rizky.
"Kalau begitu saya permisi,"
***
"Terimakasih ..." Rizky mengecup tangan Dinda beberapa kali sebagai ungkapan bahagia nya terhadap Dinda.
"Cepatlah tumbuh ... ayah sudah tak sabar melihatmu.." guman Rizky sambil mengecup perut Dinda yang masih ramping.
"Ayah menyayangimu," Rizky beralih mengecup dahi istrinya yang masih terlelap.
Dinda menggeliat kecil dan mulai membuka kedua kelopak mata nya. "Aku kenapa?" tanya Dinda yang ingin bangun tapi terlebih dulu Rizky menahan nya.
"Tetaplah berbaring," ucap Rizky dengan lembut membuat Dinda menurutinya.
"Terimakasih kau telah memberikan hadiah yang begitu besar bagiku,"
Dinda bingung dengan ucapan suami nya. "Ha—hadiah," ucap Dinda dengan bingung.
"Maksudnya?" tanya Dinda.
"Kau hamil," jelas Dinda membuat wanita itu melebarkan kedua mata nya dan tersenyum bahagia—air mata nya pun mengalir.
Rizky membantu Dinda bangun dan memeluknya dengan begitu erat sedangkan Dinda tak bisa membedung tangisan nya sambil kedua tangan nya mencengkram pakaian yang dipakai Rizky.
"Aku sangat bahagia mendengar hal itu," ucap Rizky dengan mengelus punggung Dinda penuh damba.
Kedua nya berpelukan dengan begitu erat ketika kebahagiaan itu mulai hadir ditengah—tengah keluarga kecilnya.
***
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maid My Wife [END]
RomanceRank# [01082018] # 1 in Dindakirana. [01082018] # 2 in Rizkynda. [03042020] # 1 in Rizkynazar. [07082020] # 4 in Maid. **** "Nothing is impossible in this world ... " .. Dinda tidak percaya dengan perubahan dirinya, kala ia bekerja dirumah besar mil...