19

4.3K 290 12
                                    


Sudah direvisi ...


.
.
.

Namira memasang wajah cemberut didepan Laras-sang nenek. "Kamu kenapa?" tanya Laras sambil mencubit pipi Namira membuat gadis kecil itu meringis pelan.

"Aku sebel sama Mommy.." jawab Namira menempelkan kedua tangannya didepan dadanya dengan raut wajah marah. "Emangnya Mommy kenapa?"

"Namira mau beli bunga sama Daddy buat Mommy. Saat Namira liat keluar Namira liat Mommy sama Om Rizky disebrang jalan dan Namira terus manggil-manggil Mommy tapi Mommy nggak nenggok kearah Namira.."

"Mungkin Mommy nggak denger suara kamu sayang,"

"Tapi Namira kesel.."

"Namira jangan cemberut terus, nanti nenek bantuin Namira buat ketemu sama Mommy.." raut wajah Namira berubah menjadi berseri-seri.

"Beneran, Nenek nggak bohong kan.." Laras menganggukan kepalanya membuat Namira memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan wajah yang sangat ceria.

"Namira sayang nenek," ucap gadis kecil itu membuat Laras tersenyum. "Nenek juga sayang sama Namira.."

Gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap mata Laras. "Jadi kapan Namira ketemu sama Mommy.."

Laras tersenyum dan mengelus puncak kepala cucunya. "Sekarang," ucap Laras membuat Namira tersenyum dan bersorak gembira.

***

"Aku harus berkata jujur pada Dinda secepatnya.." Demian bertekad ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Dinda secepatnya. "Apa pun hasilnya aku akan meneriman nya.."

Demian menatap lurus kedepan dimana ia menemukan Dinda tengah berada dikantor milik Rizky. Gadis itu tampak sedang membawa bekal, ia bisa menebaknya pasti itu untuk Rizky.

Demian berjalan beberapa langkah untuk menghampiri Dinda, ini waktu yang tepat untuk Demian berbicara dengan Dinda untuk membicarakan perasan nya. Untung nya hari ini Rizky ada meeting jadi Demian bisa mengambil kesempatan untuk berbicara berdua dengan Dinda.

"Dinda.." panggil Demian membuat gadis itu menoleh kearahnya dengan senyuman. "Ada tuan Demian," ucap Dinda disertai senyuman nya.

"Jangan memanggilku tuan panggil saja Demian," ucap Demian yang ingin lebih akrab jika berbicara dengan Dinda. "Tapi-"

"Kau harus bisa," tegas Demian membuat Dinda hanya tersenyum tipis.

"Baiklah D-demian.." ucap Dinda agak sedikit ragu. "Aku ingin berbicara sesuatu padamu, apa kau bisa.."

Dinda tersenyum. "Aku bisa," ucap Dinda membuat Demian tersenyum. Tangan Demian memegang tangan Dinda dan menariknya keruangan yang lumayan tampak sepi. Awalnya Dinda terkejut melihat tangan kekar pria itu menariknya-tapi akhirnya Dinda hanya terdiam dan mengikuti Demian.

Mereka duduk disofa yang berada diruangan itu. "Demian, apa ada hal penting yang ingin kau bicarakan.." Dinda menatap kearah samping melihat Demian yang menatapnya kala itu.

"Ada, ini sangat penting.."

"Hal apa,"

"Perasaanku.."

Dinda mengernyitkan bingung ketika Demian ingin membicarakan perasan nya, gadis itu tampak masih belum mengerti dengan apa yang ingin di katakan Demian. "Maksudnya??"

Demian mulai menghembuskan nafasnya pelan dan menatap mata Dinda dengan serius. "Mungkin ini terlalu cepat untuk kau mengetahui nya.." ucap Demian, tangan pria itu memegang tangan Dinda.

"Tapi-"

Mata Demian menatap lekat-lekat mata Dinda membuat jantung gadis itu merespon nya dengan.

"Kenapa?"

"Apa mulai-" Demian memotong ucapan nya, sedangkan Dinda menunggu apa terusan ucapan Demian.

Demian melepaskan tangan Dinda dan berdiri membelakangi Dinda. "Aku-"

"Mulai menyukaimu Dinda.." Mata Dinda membulat ketika Demian menyukainya.

Dinda menutup mulutnya dan mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali.

"A-k-u-"

***

TBC!

The Maid My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang