Gadis itu tersenyum dan mempersilah—kan Rizky untuk duduk dikursi yang berhadapan dengannya. Setelah itu ia langsung duduk lalu tersenyum—yang lagi-lagi membuat Rizky kembali menatapnya lekat.
Ia meneliti setiap inci wajah gadis itu yang terlihat cantik dimata-nya. Kedua manic coklatnya yang bulat, cerah dan lebar. Pipi tirus, bulu mata yang lentik, bibir tipis dan ranum, dan ah ... terlalu sempurna untuk diungkapkan.
"Kapan kamu mau masuk kerja?" tanya Rizky pada inti—tak ingin berbasa-basi.
"Hari ini juga saya mau." jawabnya tak lepas dari tersenyum.
Rizky hanya mengangguk paham.
"Yasudah kamu bisa bekerja hari ini juga." ucap lelaki itu. Membuat Dinda tersenyum lebar dan memegang tangan Rizky."Makasih tuan." ucapnya sambil menguncang-guncangkan tangannya.
Rizky melirik tangannya yang dipegang
gadis yang berada dihadapannya— dan itu mampu membuat Rizky merasakan hal yang berbeda dalam dirinya.Tapi apa?
Dinda mengerti apa yang dilihat Rizky, buru-buru ia melepaskannya. "Maaf tuan saya terlalu senang hingga saya begitu lancang memegang tangan anda.." ucapnya merasa tak enak hati.
"Yasudah sekarang kita langsung kerumah saya—karena Omma saya sudah menunggu."
"Baik tuan." ucap Dinda paham.
Rizky sudah berdiri dan berjalan keluar caffe diikuti dengan Dinda yang berada dibelakangnya. Sialnya lagi degup jantungnya berdetak begitu cepat seolah ia tengah lari marathon.
***
Rizky masuk kedalam rumah miliknya diikuti Dinda yang membawa satu tas besar berisi pakaian-pakaiannya."Kamu tunggu dulu disini, saya mau panggil Omma dulu." ucap Rizky, membuat gadis itu mengangguk mengerti.
Rizky berjalan kekamar Ommanya dan Dinda menunggu Rizky diruang tamu. Dinda sedikit terpukau dengan isi rumah mewah yang dilihatnya, jujur saja ini pertama kalinya ia menginjak—kan kakinya dirumah mewah seperti ini.
Disisi lain gadis ini memikirkan bagaimana dengan kakaknya. apakah kakaknya akan mabuk-mabukan lagi seperti malam itu.
Dinda mengambil ponselnya dari dalam cardigan dan mulai mengetik pesan lewat Aplikasi line.
dindakirana : Kak, aku mohon kakak jangan minum-minum lagi.
Seperti itulah isi pesan yang dikirim Dinda pada kakaknya. Sebelum Dinda menyetujui untuk bekerja—ia mengajukan syarat tertentu kepada kakaknya untuk berjanji tidak akan meminum lagi dan kakaknya sudah berjanji akan hal itu. Tapi tetap saja kakaknya termasuk orang yang tidak bisa menepati janji.
Dinda memasukan ponselnya ketika mendengar derap langkah kaki mendekatinya. Ia menatap lurus kedepan ketika wanita paruh baya berjalan kearahnya bersama Rizky.
***
Kiki tengah bersiap-siap untuk menuju club bersama teman-temannya. Kiki tersenyum senang, ketika tidak ada lagi yang bisa menasehatinya lagi dan ia bebas melakukan apaa pun.
Kiki merasakan ponsel yang dimilikinya bergetar. Buru-buru Kiki membuka lockscreen dan ternyata pesan dari adiknya—Dinda.
Kiki memang sudah berjanji akan hal itu. Tapi ia tidak bisa menepatinya, bagaimana pun ia sudah menjadi pecandu yang tidak bisa berhenti jika berjauhan dengan minuman keras yang selama ini selalu diminumnya.
Lelaki itu memutuskan untuk menghiraukan pesan dari Dinda.
"Maafin gue Dinda, gue nggak bisa nempatin janji yang lo ajuin. Gue udah terbiasa sama minuman beralcohol." Batin Kiki tak bisa sepenuhnya menuruti janji yang sangat sulit ia tepati.
Drt ... Drt ...
Ponselnya kembali bergetar dan itu telpon dari Andre.
Andre : Lo lagi dimana Ki. Gue sama yang lain udah sampai nih. Lo jadikan hangout bareng kita-kita.
Kiki : Sebentar lagi gue kesana.
***
"Omma ini namanya Dinda—dia gadis yang bakalan jadi maidnya Rizky ..." ucap Rizky—membuat Omma tersenyum kearah Dinda.
"Dinda cantik yah Ky." ucap Maya menyenggol Rizky membuat pipi Dinda bersemu merah.
Lelaki itu—hanya tersenyum tipis. Walaupun didalam hatinya ia mengiyakan ucapan sang Omma.
"Iya, Omma dia emang cantik." Batin Rizky.
"Salam kenal Omma." ucap Dinda, membuat Maya mengingat anak perempuanya yang sudah meninggal dunia.
Kedua mata Maya berkaca kaca seketika ketika mengingat Rika. Ibunya Rizky.
"Omma kenapa?"
Membuat Rizky menatap Ommanya. "Omma, mengingat Ibu kamu Ky." ucap Maya lirih dengan mata masih menatap Dinda.
"Boleh Omma. Peluk kamu."
Dinda hanya menganggukan kepalanya. Maya berjalan satu langkah dan mendekap tubuh Dinda dengan begitu erat menyalurkan kerinduannya pada putrinya yang sudah meninggal.
Sama halnya dengan Dinda—ia mengingat ibunya yang entah ada dimana karena Dinda ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dipanti asuhan. Dan saat itu Dinda bertemu dengan Kiki yang sudah dianggap sebagai kakaknya kandungnya sendiri. Mungkin inilah saatnya Dinda membalas kebaikan Kiki yang telah menyayangi dirinya layaknya seorang ayah walaupun kakaknya tadinya seorang brandalan dijalanan.
"Omma kangen, sama Anak perempuan Omma satu-satunya ..." ucap Maya memeluk Dinda erat.
Gadis yang berada dipelukan Maya hanya tersenyum dan membalas pelukan Maya tak kalah eratnya.
Maya melepaskan pelukannya, dan mengelus kepala Dinda lembut. "Maaf yah. Omma nangis dipelukan Kamu." ucap Maya. Entah datang dari mana tiba-tiba kasih sayang itu datang untuk Dinda seorang maid dari cucunya.
"Nggak papa kok Omma. Aku ngerti sama perasaan Omma ..." ucap Dinda, mengelus tangan Maya lembut.
Rizky yang melihat kejadian itu. Hanya tersenyum mengingat wajah berseri Ommanya ketika bertemu dengan Dinda untuk pertama kalinya.
"Boleh Omma tau nama orang tua kamu." tanya Maya.
Dinda mengangkat kepalanya berusaha mengusir air matanya agar tak terjatuh saat mengingat kedua orang tuanya yang entah dimana—ia sama sekali pun tak tahu siapa nama kedua orang tuanya dan dimana keberadaan mereka.
"Kamu Kenapa." tanya Maya membuat Dinda menatap Maya dan mengusap kedua matanya, tak ingin menunjukan kesedihannya didepan orang lain.
Dinda tersenyum menujukan lesung pipinya. "Nggak Papa Omma." ucap Dinda menatap Rizky yang sedari tadi menatap setiap gerak-gerik apa yang dilakukan olehnya.
"Kenapa tuan?" tanya Dinda membuat Rizky buru-buru memalingkan wajahnya kearah lain. Rasanya ia seperti terpergok karena sibuk memperhatikannya hingga ia tak sadar bahwa dia melihat kearahnya.
"Omma. Rizky mau kekamar dulu." ucap Rizky berusaha mengindar dari penglihatan Dinda. Lelaki itu berjalan melewati Dinda dan juga Maya dan menaiki satu persatu yang akan menunju kekamarnya.
**
Rizky menghempaskan nafas beratnya, saat ia menatap Dinda kenapa ada perasaan lain yang dirasakan dirinya.
Rizky berkacang pinggang menatap pantulan dirinya di depan cermin dan sialnya lagi-lagi senyuman Dinda memenuhi pikirannya.
Rizky mengeleng-gelengkan mengusir senyuman manis itu tapi tetap saja bayangan itu terus muncul.
"Gue kenapa?" tanya Rizky kepada dirinya sendiri yang tak begitu mengerti dengan perasaannya saat kali ini.
***
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maid My Wife [END]
RomanceRank# [01082018] # 1 in Dindakirana. [01082018] # 2 in Rizkynda. [03042020] # 1 in Rizkynazar. [07082020] # 4 in Maid. **** "Nothing is impossible in this world ... " .. Dinda tidak percaya dengan perubahan dirinya, kala ia bekerja dirumah besar mil...