4

7.3K 410 19
                                    

Dinda merentangkan tangannya lebar-lebar ia melihat jam wacker yang menunjukan pukul enam. Gadis ini buru-buru turun dari ranjangnya dan membereskan tempat tidur. Setelah itu ia mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lima menit berlalu, dan gadis ini sudah keluar dengan pakaian khusus untuk bekerja.

Dinda berjalan keluar dari dalam kamarnya dan mulai membersihkan ruang tamu, dapur, meja makan dan tempat-tempat lainnya kecuali yang belum dibersikan olehnya kamar Rizky dan kamar Omma Maya.

"Dinda!" teriak Rizky dari dalam dikamarnya membuat Dinda berjalan kearah kamar Rizky.

"Iya, tuan!" jawab Dinda setengah berteriak.

"Cepet Kesini." teriak Rizky, menyuruh Dinda masuk kedalam kamarnya.

"Baik." serunya yang sudah berada di depan pintu kamar Rizky.

"Permisi." ucap gadis ini pelan sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Rizky.

"Masuk, pintunya nggak dikunci." suara dari dalam, mampu membuat Dinda memberanikan diri membuka pintu kamar Rizky dan menutupnya kembali.

"Ada apa tuan." tanya Dinda setengah menundukan kepalanya.

"Kamu bisa kan menjahit kancing kemeja saya." tanya Rizky menatap Dinda lekat-lekat yang membuat Dinda menganggukan kepalanya malu-malu.

Gadis itu maju beberapa langkah kedepan posisi Rizky sekarang. "Mana kemeja-nya Tuan." ucap Dinda pelan.

"Suara Dinda kok terdengar merdu yah, apa pendengaran-ku salah." Rizky sibuk dengan pemikiranya sendiri.

Dinda mengulanginya lagi. "Mana kemejanya tuan." ucap Dinda sangat lembut, yang mampu membuat Rizky terus tersenyum.

"Kenapa Tuan kok senyum-senyum terus." ucap Dinda, mampu membuat Rizky kelabakan dan mengalihkan penglihatannya kearah lain.

Rizky berusaha bersikap cuek terhadap Dinda. "Cepet jahit kemeja saya." ucap Rizky terkesan cuek padahal-mah cuma pura-pura cuek.

"Mana."

"Kemeja yang saya pakai." ketus Rizky, Dinda menaikan alisnya bingung dengan perubahan sikap Rizky.

"Yaudah buka saja kemejanya tuan." ucap Dinda, yang sudah memegang jarum dan benangnya.

"Tidak, saya tidak mau membukanya."

"Terus, saya jahitnya gimana." ucap Dinda tak mengerti.

Rizky menarik tangan Dinda kasar, membuat gadis ini meringis kesakitan.

"Cepet jahit." ucapnya memerintah dengan sedikit membentak.

Dinda hanya termangu, bagaimana mungkin ia bisa memasing kancing kemeja Rizky kalau kemeja itu masih dipakainya.

Walau agak ragu-ragu Dinda berdiri dihadapan Rizky, dan mulai menjahit kancing kemeja Rizky dengan hati-hati.

Rizky? Lelaki itu mengusap wajahnya kasar berusaha menetralkan detak jantungnya.

Dinda mengigit benang yang tersisa dikemeja Rizky. Telinga gadis itu mendengarnya-mata bulatnya menatap wajah Rizky sebentar. Saat lelaki itu menatapnya balik, buru-buru Dinda memisahkan diri dihadapan Rizky.

***

Rizky berjalan melewati karyawan-karyawan dikantornya dengan wajah berseri-seri. Aldo yang melihat itu merasa aneh. Entah wanita mana yang mampu membuat Rizky seperti itu.

Aldo mengikuti Rizky yang telah masuk kedalam ruang kerjanya.

"Ky, lo kok beda banget hari ini?" tanya Aldo ingin mengintrogasi.

Rizky hanya mengidikan bahunya acuh. "Beda gimana!" jawab Rizky, yang fokus pada berkas-berkas kantornya yang menumpuk.

"Bedanya hari ini lo jadi sering tersenyum." ucap Aldo dengan tatapan menyelidik.

"Bukanya bagus kalo gue selalu tersenyum." ucap lelaki dingin ini sambil mencoret-coret buku agendanya.

Aldo menatap Rizky kesal. "Tapi kali ini beda." ucap Aldo berkacak pinggang dihadapan Rizky.

"Ya terus." ucap Rizky memutar kursi duduknya.

"Gue mikirnya pasti ini ada kaitanya sama cewek gitu." Aldo yakin pasti ini ada kaitanya dengan gadis yang berada didalam lingkungan rumah Rizky.

"Sok tau lo." ketus Rizky.

Aldo dan Rizky mengalihkan penglihatannya ketika mendengar suara ketukan pintu.

"Masuk." seru Rizky, membuat Nadia masuk kedalam ruangan Rizky.

"Maaf saya menganggu Pak, saya mau bilang kalau lusa Pak Rizky diundang keacara peresmian kontrak kerja sama dirumah Pak Levin." ucap Nadia jelas.

"Baik." ucap Rizky tegas.

"Satu lagi Pak." ucap Nadia pelan.

Rizky menyipitkan matanya. "Apa lagi."

"Pak Rizky harus membawa pasangan."

"Saya permisi kedepan lagi Pak Rizky." ucap Nadia berlalu keluar ruangan Rizky.

"Lo dengar nggak Al, kalo Levin ngundang gue kesana. Tapi harus bawa pasangan segala. Gila nggak tuh Al?" teriak Rizky berkacak pinggang.

"Gue tau-gue kan denger." ucap Aldo.

"Gila si Levin, masa gue harus bawa pasangan. Lo tau sendiri kan kalo gue itu jomblo." ucap Rizky sebal sambil mondar-mandir dihadapan Aldo.

"Gue punya saran." ucap Aldo, membuat Rizky menatap lekat Aldo.

"Apa?" tanyanya penasaran.

"Ada deh ..." ucap Aldo menaik-turunkan alisnya kearah Rizky. Dengan senyuman yang sangat menyebalkan.

"Cepet bilang sama gue."

"Rahasia .."

"Yaelah pake bilang rahasia segala!" Ketus Rizky yang kembali sibuk meneliti berkas-berkas kantor miliknya.

***

TBC!

The Maid My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang