14

5.1K 322 9
                                    


Demian menyandarkan punggungnya pada kursi yang terbuat dari kayu yang terletak ditaman belakang gedung, pria ini mengusap wajahnya kasar saat ia mengingat kembali pertunagan Rizky dengan Dinda.

Namira—putri kecilnya—selalu merengek ingin bertemu dengan Dinda yang disebut-sebut Mommy oleh putri kecilnya.

Pria itu tak terbayang saat Namira menangis ingin bertemu Dinda, dan masalahnya sekarang Demian harus meminta izin jika putri kesayangan ingin bertemu Dinda, yang tak lain Rizky lelaki yang berstatus sebagai tunangan Dinda.

Demian seolah tak bertenaga untuk pergi dari tempat itu, tapi ia harus segera pulang kerumah, karena Namira selalu menanti kepulangan-nya, juga selalu menceritakan tentang Dinda saat putri kecilnya hendak tertidur. Pria itu berjalan lamban kearah depan gedung untuk mengambil mobil miliknya.

***

"Daddy..." ucap Namira berlari kecil kearah Demian, membuat pria itu tersenyum memghampiri Namira yang menunggunya didepan pintu.

"Kenapa belum tidur?" tanya Demian pada Namira dan mengelus rambut panjang anak kesayangannya.

Namira tersenyum menggemaskan. "Namira nunggu Daddy.." Namira berteriak kegirangan yang mampu membuat Demian tertawa lepas seolah melupakan kejadian yang membuat-nya kesal.

"Daddy tau? besok ada pentas seni disekolah Namira, dan Namira harap Daddy sama Mommy dateng kesana yah.." ucap Namira dengan tatapan memohon yang membuat Demian tak tega melihatnya.

"Soalnya kedua orang tua temen-temen Namira mau pada dateng masa Daddy sama Mommy nggak bisa nyempetin waktu sebentar buat dateng kesekolah Namira.." celoteh Namira bawel lagi-lagi memandangnya dengan tatapan  memohon.

"Gimana kalo Daddy sendiri yang dateng kesekolahnya Namira.." usul Demian mengelus pipi mengembang Namira.

Namira yang mendengarnya memberengut marah dan tak setuju dengan apa yang dikatakan Demian.

"Namira nggak setuju," kesal Namira dan membelakangi Demian memasang wajah cemberut.

Demian yang melihatnya tersenyum geli dan mengelitiki tubuh mungil Namira membuat Namira tak bisa menahan gelak tawanya.

"Stop Daddy geli," ucap Namira berteriak membuat Demian ikut tertawa.

Namira kembali mentap Demian marah. "Kokonya Namira mau Mommy dateng kesekolah Namira," ucapnya ketus.

"Kalo nggak Namira marah sama Daddy," gadis kecil itu berlari kearah kamarnya tanpa mendengar jawaban yang keluar dari bibir Demian.

"Namira dengerin Daddy dulu," teriak Demian dengan wajah yang tampak frustasi.

"Namira nggak mau tau," ucap gadis kecil itu. Yang sudah masuk kedalam kamar tidurnya, yang bernuasa biru, karena jujur saja Namira sangat menyukai benda-benda yang berwarna biru.

Demian mengalah dan membiarkan Namira tertidur dahulu, dan besok ia akan membicarakannya.

Pria itu, berjalan kearah kamarnya dan mengobati tangan kanan-nya yang masih berdarah agar terhindar dari infeksi.

***


Rizky melirik Dinda yang tersenyum menatap para tamu dari kalangan rekan-rekan bisnisnya, lelaki itu terus tersenyum menatap wajah Dinda dari samping yang tak percaya jika Dinda bisa menerimanya.

"Kamu kenapa ngeliatin aku terus," ucap Dinda yang sudah merona merah ketika melihat kearah samping lelaki itu menatapnya lekat-lekat.

"Enggak, kamu cantik banget malam ini," ucap Rizky mengombal membuat Dinda memalingkan wajah yang sangat memerah ketika mendengar perkataan Rizky.

Rizky tersenyum manis dan memegang dagu Dinda agar kembali menatapnya.

"Apa alasan kamu nerima aku sebagai tunangan kamu.." ucap Rizky melembut, membuat Dinda mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali.

Rizky yang melihatnya tersenyum dan secepat kilat mengecup pipi kanan Dinda, membuat gadis itu terperangah dan menyentuh kulitnya yang dicium Rizky.

"Ke ... kenapa!" ucap Dinda menjadi gagap plus menahan malu.

Para tamu yang melihat kemesraan pasangan baru bertunangan itu, tersenyum dan bertepuk tangan kopak. Membuat Rizky dan Dinda secara bersamaan menatap para tamu yang tersenyum kearahnya, yang tak diketahui keduanya bahwa sedari dari para tamu memperhatikan mereka.

Dinda menakup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha mengusir malu oleh para tamu-tamu yang menatapnya.

Dinda menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Rizky, dan menundukan kepalanya. "Kamu kenapa?" bisik Rizky tepat pada telinganya membuat Dinda mengusap telingannya kegelian.

Dinda mengangkat kepalanya menatap mata hitam pekat Rizky. "Aku malu.." ucap gadis ini sangat pelan dan kembali menyandarkan kepalanya pada bahu tegap lelaki yang sudah bertunangan dengannya.

Rizky mengelus kepala Dinda dengan kasih sayang.

Cup.

Satu kecupan singkat ia landaskan dipuncak kepala gadisnya.

***

Ehem, Up lagi ah ..

TBC!


The Maid My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang