14. Kencan Berujung Malapetaka

7.2K 522 41
                                    

"... HINGGA BATINKU TERSIKSA ... TUHAN TOLONG AKU JELASKANLAH PERASAANKU BERUBAH JADI CINTA ... WOWOOO~" Aku merasa sangat kesal saat penghuni kamar sebelah alias Gilang dengan tidak berkepri-kakak-an karoke lagu fun, saat Kakaknya sedang terjangkit virus galau.

"Hey, Kecilin napa! Berisik tau!" tegurku saat melihat adikku tengah menghayati menjadi vokalis band.

"Sorry, gue lagi jatuh cinta. You know, perasaan berbunga-bunga." jawab bocah sembilan tahun itu dengan senyum merekah.

Mentang-mentang ortu gak ada di rumah, Gilang jadi tak terkendali. Terlalu malas berdebat, aku memutuskan untuk ke halaman belakang rumah, lebih sunyi.

Aku duduk di ayunan yang sengaja di buat Abi saat aku masih kecil, ayunan sederhana yang diikat di pohon belakang rumah. Menikmati angin sejuk dan langit sore yang cerah.

Aku melihat kekanan dan kekiri, memastikan tidak ada siapa pun, "Waktunya memainkan lagu galau, biar lebih men-jiwa-i," gumamku mulai menghidupkan mp3 player ponselku.

Jauh dilubuk hatiku
Masih terukir namamu
Jauh didasar jiwaku
Engkau masih kekasihku
Tak bisa kutahan laju angin
Untuk semua kenangan yang berlalu
Hembuskan sepi merobek hati

"Aris, aku harus bagaimana? Aku bingung," gumamku pada diri sendiri.

Meski raga ini tak lagi milikmu
Namun didalam hatiku sungguh engkau hidup
Entah sampai kapan
Kutahankan rasa cinta ini

"Apa semua akan baik-baik saja?" aku bertanya pada rumput yang bergoyang.

"Apa semua akan kembali seperti dulu?" tanyaku pada langit tua, langit tak mendengar.

"Galau amat Neng?!"

Aku panik, langsung meraih ponselku dan mematikan mp3 player, "Haha, jiwa melankolis lagi kambuh. Hmm" jawabku, membersihkan tenggorokan.

Dimas meletakkan telapak tangannya didagu dan sikunya dipagar yang menjadi pembatas rumah kita.

"Butuh bantuan?" tanyanya, melompati pagar pembatas.

"...."

"Tenang, Mas ini sudah berpengalaman dan rahasia dijamin aman." kelasnya.

Harus kah aku bercerita, bahwa aku mantan Aris, sepupunya itu. Batinku.

"Enggak Mas, bukan masalah serius." sebaiknya jangan.

"Hm, luka kamu cepat sembuh juga ya." ujar Dimas saat melihat luka ku yang kering.

"Iya, aku juga heran. Mungkin Umi belajar jurus pengobatan dari Tsunade." jawabku, menyebutkan salah satu tokoh kartun bohay favorit Hendi.

"Haha, berhubung kamu lagi galau, kita ke Mall yuk?" ajak Dimas.

"Berdua?" tanyaku antusias.

"Sama anak-anak, ajak adikmu juga."

Aku menghela nafas pelan. Jalan-jalan dengan keluarga besar?

"Kalau kamu ingin jalan berdua aja, ya ayuk!" ujarnya setengah tertawa.

"Ya, kali Mas, anaknya mau di-kemana-in." jawabku, inilah salah satu masalah duda dengan banyak anak, susahnya waktu berdua-an, Kagak Ada Momen Romantis.

"Habis magrib kamu dan Gilang harus udah siap," katanya dan kembali melompati pagar, pulang.

«««ADDD»»»

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang