4: Keluarga Kecil Dimas

11.1K 777 13
                                    


"Rea," gumam Dimas lirih, ternyata dia langsung masuk begitu mendengar teriakkan Andrea.

"Aku memang Ayah yang payah." lanjutnya.

"Assalamualaikum. Ada apa ini kok pada galau?" tanya Abi yang baru datang dari toko. Kami memiliki toko kain atau tekstil yang cukup besar warisan kakek dari Abi, karena Abi anak tunggal otomatis menurun ke Abi. Kami memiliki beberapa pegawai juga disana, jadi Abi atau Umi hanya datang mengontrol saja.

"..." Tidak ada yang menjawab. Kita hanya bisa mendengar suara tangis Andrea didalam sana. Bahkan baby Nevan dan Nessya mulai ikut menangis.

"Sepertinya aku benar-benar ssudah merepotkan kalian, maaf, " ucap Dimas lemah, dan menghampiri Umi untuk mengambil alih Nessya.

"Kemari, ikut Bapak.." belum sempat menggapai Nessya, Abi sudah menarik Dimas ketaman belakang rumah, mungkin Abi ingin bicara lebih pribadi sesama Papah.

"Cup cup, jangan nangis." Aku dan Umi berusaha menenangkan si kembar Nessya dan Nevan.

"Andrea, kakak masuk ya," izin Andre sambil membuka pintu kamarku yang tak dikunci.

"Ini semua salah Alvin. Mamah meninggal gara-gara Alvin.. dan sekarang, hiks hiks, " bocah empat tahunan itu lagi-lagi menangis.

"Sudah, ini bukan salah kamu kok. tidak baik terus menyalahkan diri sendiri, apa lagi menyesalkan masa lalu. Kita harus berusaha menjadi orang yang lebih baik, untuk masa depan yang indah. " jelas Gilang lembut, mengacak-ngacak rambut Alvin. Hah, adek imutku ini gentle juga ternyata.

"Hiks, kakak.. " Alvin memeluk Gilang, galau.

«««AD3»»»

Rumah Dimas

"Makasih ya," ucap Dimas tulus, sambil menutup pintu kamar dimana Alvin, Nessya dan Nevan yang tidur. Masih sore memang, mungkin karena mereka tidak tidur siang jadi tidur lebih awal. Sedangkan Andre dan Andrea berada di kamar masing-masing.

Setelah ngobrol sama Abi, Dimas memutuskan membawa anaknya pulang dan aku menawarkan diri membantunya. Perjalanan dari rumahku kerumah Dimas rasanya aneh banget, seperti keluarga besar.

Aku menggendong baby Nevan dan menggandeng Alvin yang masih sesegukan. Sedangkan Dimas menggendong baby Nessya sambil mendorong kereta bayi. Dan dibelakang kami Andre menggandeng Andrea yang masih sesegukan juga. tidak kebayang gimana hari-hari Dimas merawat mereka sendirian, pasti capek banget.

"Jangan sungkan-sungkan," jawabku akhirnya.

"Ayo, duduk dulu, kamu mau minum apa?!"

"Ah, aku mau langsung pulang aja.. "

"Maaf, " lagi-lagi dia meminta maaf, aku jadi tidak enak hati.

"Tid-

"Alysha Cassandra, itu nama mendiang istriku," ia memperkenalkan nama istrinya, tangannya mengelus bingkai foto yang ada didinding sebelah kami. Foto yang cukup besar disana terdapat gambar Dimas, Andre, Andrea, Alvin dan.. istrinya yang tengah mengandung. Aku melihat wajah istri Dimas lebih teliti, pantas saja Alvin memanggilku Mamah wajah kami sangat mirip, hanya saja aku memiliki rambut yang lebih pendek.

"Dia adalah teman sekelasku semasa SMP, dan ia adalah Istri keduaku.."

"Istri kedua," beoku agak terkejut. Tidak hanya memiliki lima anak ternyata Dimas sudah menikah dua kali.

"Istri pertamaku pergi meninggalkanku dan Andre, saat ia menemukan pria kaya dan menikahinya." ia duduk di sofa ruang tamu, dan memberiku isyarat untuk duduk juga.

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang