Ch 24 (part2)

6.5K 492 32
                                    

Di sebuah warung angkringan di pinggir jalan. Dua orang manusia berbeda gender tengah mengobrol akrab. Sesekali mereka tertawa dan saling mengejek satu sama lain.

"Hahaha, lu kan dulu cupu gila ... Sekarang lo, masih cupu aja!"

"Sial!" Melempar kulit kacang kearahku. "Elu yang cupu, gue dari dulu sampai sekarang tetap keceh!"

"Bukannya dulu elu pernah nangis di sekolah." Aku mengingat bocah dengan rambut belah samping yang menangis saat ketahuan memberi tip-x pada bangku guru.

"Hadohh, itu kan masa kecil. Masih imut-imut ... sekarang tetap sih." Dia tertawa memasang tampang imut dengan mengkedip-kedipkan mata besarnya.

Aku balas melempar kulit kacang, "Tetap suka nangis maksudnya?!"

"Amboi ... sebegitu membekasnya diriku di ingatanmu, so sweet sekali ..." ujarnya dengan nada manja.

Zeinal Al Ghifari, atau yang sering di panggil Zein adalah teman semasa kecilku, satu angkatan. Saat kecil kami sering bermain bersama, baik di sekolah maupun sepulang sekolah. Dulu dia tinggal di kompleks sebelah, makanya kami selalu berangkat dan pulang sekolah bebarengan naik sepeda.

Sampai akhirnya, seusai kelulusan SD(Sekolah Dasar) Zein dan keluarga pindah keluar kota. Entah dengan alasan apa, bahkan dia tak memberitahuku sama sekali. Ketika itu nomernya ponselnya juga nonaktif. Dia hilang begitu saja, tanpa jejak, bagai pulpen yang ketinggalan di atas meja sekolahan, lenyap.

"Ngapain lo ke Pontianak?!" tanyaku. Kami waktu SD memang menggunakan bahasa elo-gue, yah, kurang lebih sama seperti adikku sendiri. Hahaha.

"Sebenarnya gue udah lama tinggal di Pontianak."

"Oh ya?"

"Gue kuliah di Untan." katanya, menyebutkan salah satu Universitas favorit di kota ini.

"Hm, kenapa lo gak nemuin gue ...?"

"Haha, kagak inget!"

"Kurang ajar!"

"Udah nikah Al?" tanyanya.

"Belom?!"

"Lo gak laku yah?" tanyanya,  membuatku melempar es batu kearahnya. "Tau gak Erni teman kita waktu SD itu ... anaknya udah dua. Duuaaaa" ujarnya sing a song di akhir kalimat.

"Iya aku tau ... lo sendiri?" tanyaku pada lelaki keturunan indo arab itu.

"Hahaha, menurut lo?!"

"Lo kayak orang gila kesurupan!"

"Makasih pujiannya ..."

Aku mengeleng, dan kembali meminum teh esku. "Sibuk apa lo sekarang?!"

"Ah, sebernya gue belum lulus kuliah?"

"Hah, jadi ceritanya elu mahasiswa abadi?"

"Hahaha, begitulah kira-kira." Ia menggaruk rambut gondrongnya, "keren 'kan gue?"

"Umur dua empat belom lulus S1 lu bilang keren? Ish ish."

Zein mengosok hindung bangirnya, "Ck, sebenarnya gue baru selasai sidang. Btw, lu kerja apa?"

"...."

Kami pun mengobrol hingga hampir kehabisan topik. Dari kejadian memalukan masa kecil sampai harapan masa depan. Ternyata Zein nge-kos di sini, sementara keluarganya ada di Jogja. Sungguh aneh dia malah kuliah dikota ini, padahal Jogjakata punya sebutan Kota Pelajar. Lebih anehnya lagi dia malah menginap di hotel dengan alasan, ingin melihat bintang lebih dekat.

"Btw, lo udah berapa hari gak tidur?" tanya Zein, "mau saingan sama panda?!"

"Biar mirip 'L' Lawliet." jawabku menyebutkan karakter fiksi serial animasi Death Note.

"Hmm, lo kabur dari rumah yah?"

"Eng-gak."

"Takut di jodohin?" tebaknya lagi.

"Sok tau ente!"

"Bukan sok tau, kemarin gue abis kerumah lo. Kebetulan lewat sih sebetulnya."

"Seperti diriku ini percaya saja." ucapku datar.

"Lucu banget, lo punya adik masih SD." Zein tertawa, "gue kira anak lo."

Ternyata dia benar datang ke rumah.

Aku mendengus, "Demi apa gue nikah seumuran anak SMP."

"Ya siapa tau, lo terinspirasi dari ... gadis ingusan yang bersedia menjadi istri ketiga dari syekh tua kaya raya."

"Itu mah keluarga elu!"

"Kurang asem!" Zein menendang kakiku di bawah meja, "pulang lah,  Al ... keluargamu juga kacau disana."

"Lalu kenapa mereka tidak menghubungi atau mendatangi kantor atau mencari keberadaan gue?!"

Kecuali Gilang,  adikku yang terus menghubungi dan meng-chat nomerku, meski tak pernah ku balas.

"...."

"Mereka gak peduli kan?"

"Bukan gitu ... baik lo dan keluarga lo sama-sama keras kepala, menunggu siapa duluan yang meyerah ... padahal kalian sama-sama tersiksa."

"...."

"Lo bisa nikah sama gue, kalau lo mau."
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung di chapter24 part3 😋👍

Btw, cover gue emangnya jelek banget yah?

Gue ganti gambar orang korea kali yah, biar kayak lapak sebrang... Bakal ramai juga kagak ya...

Poto na Gong Yoo si paman-paman ituh,  misalnya. Kalo ada semi naked... biar nendang  😳😳😳

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang