Disuatu tempat yang di dominasi warna orange, berkumpulah ribuhan, oh tidak, tapi jutahan manusyiah. Mereka menunjukan raut wajah tidak bahagiah dan berteriak meminta penjelasan. Diantara mereka ada yang membawa garpu taman, gergaji, bor listrik dan ... cemilan.
Mereka berkumpul mengelilingi sebuah rumah produksi film. Bukan, bukan prusahaan besar, hanya sebuah gubuk kecil, yang menjadi saksi bisu pembuatan naskah ceritah paling penofenal berjudul, Antara Duren dan Durjana.
"Kembalikan WAKTU kami yang terbuwang sia-sia!!"
"Ending KAGAK JELAS!!"
"LANJOT! LANJOT!"
"Arg, dompet gua ilang?!"
"Kembalikan KOUTA kami SEPERTIH SEMULA!!"
"Kembalikan PAPAH!!"
"Lu, yang ngambil dompet gua yah?!"
"Dasar NEWBIEH, gak KOMPETEN nulis ceritah!!"
"Gua gak ngambil dompet lu!!"
"Siapa itu ZEIN, penyanyi religi atau mantan personil Wan Deksyen?!"
"Dasar kau pencuri, jangan lari ...!"
"Lanjut kagak loh, THORRRR!"
Wat heppen? Ada yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka ingin menuntut si penulis naskah ceritah penofenal tersebut??
"BAKAR! BAKAR! BAKAR!"
Suasana makin ricuh dan mulai tidak kondusif. Kenapa tidak ada yang keluar memberi mereka PENJELASAN??
BRAKKKK
Seseorang menendang pintu rumah dari dalam, hingga pintu reot tersebut terpental beberapa meter. Bocah tampan dan mapan(woy!) keluar dengan angkuhnya, di dampingi seorang bocah yang sepertinya seumuran. Kedua bocah keceh itu berdiri menatap dingin lautan manusyiah di depannya.
"Ehem," bocah tersebut membersihkan tenggorokannya, "TENANG SAUDARA-SAIDARAH!!"
"WAS WES WOS ..."
"WAS WES WOS ..."
"Coba lo makan ini." bocah satunya lagi menawarkan permen berwarna hijau kearah teman sebayanya.
"Makasih, Dre." ujarnya mulai memakan permen heksos tersebut.
"Sekarang lo teriak, Lang."
"...." Bocah bernama Lang itu mengangguk. Merentangan kedua telapak tangannya kedepan dan menarik napas dalam-dalam.
"SETOPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP!"
"?"
Hening. Tidak ada lagi yang membuka suara, semua mata tertuju kepada dua bocah tersebut.
"Tokcer banget, Dre!" katanya memberi cap jempol pada kawannya.
"Yo-i."
Kembali kerumunan ...
"Kami keluarga besar ADDD mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa!"
Plakk. Seseorang dari dalam rumah melempar tutup botol icip-tan kearah kepala bocah yang di panggil 'Lang' tersebut.
"Ngomong yang bener!" seru suara misterius dari dalam rumah.
"Begini ... ceritanya memang udah tamat. Mau bagaimana lagi ... udah tamat?!"
"... namanya juga DURJANA, kan gak bahagiah."
"...."
"Emangnya kalian pengen ceritah ituh bagaimana?"
"Di lanjut?!"
"Author bilang, Insya Allah, kalau mau lanjut nunggu habis lebaran**"
"Kok ada tanda dua bintang di tulisan lebaran sih?!"
"Biasanya itu, berarti ... syarat dan ketentuan berlaku."
"Hebat, seratus buat anda ... karena author menunggu followers-nya ribuan."
*hening*
"Lang, lo yakin author gak habis ngelem?!"
"...."
"So ... harap bersabar, saudara-saudara."
"Ada pertanyaan?"
"Was wes wos ... was wes wos..."
"Baguslah jika tidak ada."
"Sttttt, Gilang, Andre," bisik seseorang di balik jendela.
"Apa?"
"Nih, baca!" Ia menyerahkan selembar kertas kepada Andre dan kemudian di serahkan pada Gilang.
Gilang mengangguk dan kembali mengadapi para readers ADDD, yang di dominasi oleh silent readers.
"Ada pesan dari Author ... Akuh yang punya pen name ZimOhara pengen bilang ... Makasih buat semua partisipasinya ... buat vote, buat comen, buat follow, buat reading list's ... sekali lagi makasih dan maap endingnya gak sesuai perkiraan kalian..."
"... Untuk meredakan ke-galau-an kalian dan kebetulan kalian sedang berkumpul. Author sengaja mengundang boy band untuk menghibur kita semua... nama boy band-nya EKSO!"
"Was wes wos ..."
"Di karenakan, kekurangan biaya, hanya empat orang saja yang datang. Selamat menikmati. Salam hangat, Author Newbie!"
CEKREK
Usai kalimat yang dibaca oleh Gilang. Lampu-lampu konser di balkon lantai dua(tidak berpagar), menyala, kerlap-kerlip, menari-nari beraturan. Ada Empat orang pria di atas sana. Lengkap dengan baju seragam alias sama model, tapi beda warna.
Suara berisik dari speaker mulai terdengar. Ke empat personel itu, mulai mengeluarkan suara emas mereka. Menari dengan penuh semangat mengikuti irama lagu yang di mainkan. Keren dan mempesuna, pemirsah.
🎶 Kau bidadari jatuh dari surga ...
Tepat di hatiku ... E-akk ... 🎶Para readers pun menjatuhkan barang-barang berbahaya di tangan mereka, bahkan mereka tidak peduli lagi dengan cemilan yang sudah di bawa. Merentangkan tangan ke atas, hanyut dengan konser dadakan EKSO.
"BABANG HENDIII !"
"ARISSS, LOVE YOU!"
"ZEIN, ZEIN !"
Mereka berseru memanggil personel EKSO dadakan tersebut.
.
.
.
"Keren banget yah." ujar Gilang."Hu'um." setuju Andre yang berdiri di sebelahnya.
"Itu yang baju merah muda dan pakai masker operasi, siapa ... Kok gerakannya aneh sendiri??" tanya Gilang.
"Masa kamu gak tau sih?!" ujar Dimas yang datang menghampiri mereka, mengandeng Alia.
"PAPAH, SALAH GANDENG ... ANDREA DITINGGAL!" seru Andrea, mencak-mencak.
"Upst, sorry." Dimas segera melepas tangan Alia yang wajahnya memerah.
"Lah, itu bukan Papah!!" seru Alvin dan Andre bebarenagan.
"Bukannya Papah dari tadi di sebelah kamu." ucap Papah mengetok kepala Alvin, pelan.
"Lalu itu siapa?"
"Harusnya kamu kenal ..." jawab Alia, yang mendapat anggukan dari Umi yang mendorong kereta bayi si kembar.
"... itu kan, Abi kita."
"Hah?!"
— TAMAT —
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]
Humor#15 in Humor (07/05/2018) #20 in Humor (04/05/2018) #23 in Humor (02/05/2018) Orang bilang Cinta Pertama itu sulit untuk dilupakan, terlalu Spesial. Hal tersebut juga dialami Alia, seorang gadis manis yang sulit move on dari Sang Cinta Pertama dan s...