Ch 24: Ketika Si A & Si Z Bertemu Lagi(part1)

6.7K 484 29
                                    

"Sebenarnya mau kamu itu apa sih??"

"...."

"Yang tampan?!"

"...."

"Yang mapan?!"

"...."

"Dengan Pak Ustad? Jadi istri Pak Ustad itu rawan di poligami?!"

"...."

"Hmm, mau sama suami orang? Biar lebih greget gitu?!"

"...."

"Oh ... nikah dengan Duren beranak banyak?! Biar bisa jadi ibu tiri yang jahat kayak di TV itu?!"

"...."

"Jawab Teddy!" seruku, "jawab aku, wahai gumpalan kapuk yang dibungkus kain berbulu coklat."

Aku mengerakkan tangan kecil Teddy, "Akuh tidak mengertihh ... akuh ... hanyalah bonekah penunggu kamar 118 inih."

"Kamu penunggu kamar ini?!" Aku terperanjat dan refleks melempar Teddy Bear, boneka yang memang sudah ada di kamar ini.

DUGH. Boneka tak berdosa itu menghantam dinding dan terjatuh tak berdaya di lantai.

Mengelus tengkuk. Aku jadi takut sendiri dengan dialog absurd antara aku dan ... diriku. Meringkuk kembali ke dalam selimut, berharap tidak ada kejadian aneh ... Teddy Bear terbang, misalnya.

Tak lama aku duduk kembali, "Arghhhh ..." Mengacak-ngacak rambut, gusar.

Aku mengedarkan pandangan menatap sekeliling ruangan. Tidak ada yang menarik. Aku pun beranjak dari kasur dan menuju jendela sekaligus pintu menuju luar balkon.

Wusss

Angin malam perkotakan menerpa wajahku. Sekarang aku berada di lantai tiga belas balkon hotel. Semua lampu terlihat kerlap-kerlip dari atas sini, kontras dengan pekatnya langit malam tanpa bintang. Kendaraan masih meramaikan jalanan, karena ini masih pukul delapan malam.

"Sekarang mereka sedang apa yah?!" tanyaku, menerawang letak rumahku yang jauh di bawah sana.

Entah ini hari keberapa. Yang jelas, aku tak kembali lagi kerumah saat terakhir percakapanku dengan Umi. Kabur dari rumah atau ... kabur dari masalah.

Kekanak-kanakan memang. Tapi sungguh aku merasa takut dan bingung. Takut, jika Umi sunguh akan menjodohkanku, apalagi jika orang itu gak okeh. Bingung, dengan perasaanku sendiri, sebenarnya apa yang salah.

"Huff." Aku meringsut, terduduk menggenggam erat pagar besi bakon.

🎶 Dimana ... dimanaaa ... tinggalnya sekarang dimanaaa
Kekasih tercinta tak tau rimbanya ... lama tak datang kerumah ... 🎶

Aku mengedarkan pandangan, mencari siapa pelaku yang menyanyi lagu jadul milik Ayu Ting Ting tersebut.

Ternyata itu dari seseorang yang menghuni kamar sebelah. Seorang laki-laki yang sendang bernyanyi sambil bermain gitar di balkon kamarnya. Karena dia duduk membelakangi diriku, jadi aku tak bisa melihat rupa wajahnya.

🎶 Kesana kemari membawa alamat
(jreng jreng)
Tapi yang ku temui bukan dirinya
(jreng jreng) 🎶

Mendengarnya menyanyi lagu dangdut dengan cengkok ancur, membuat darahku berdesir cepat. Rasa gatal tiba-tiba menyerang seluruh tubuhku. Aku menggosok telingaku kasar.

Aku anti lagu dangdut!!

"Saaayang ... yang kuterima alamat pa-

"BERISIK WOY!!" teriakku, berdiri hendak melempar pot bunga kearahnya, jika boleh.

"Eh!" orang itu terkejut dan berhenti memainkan gitarnya. Ia memutar lehernya,menghadap ke arahku.

"Berisik tau gak!" seruku, bengis.

Laki-laki bertubuh kurus tinggi itu berdiri, menyipitkan matanya menatapku.

"Kalau kamu nyanyi lagi, kaktus ini akan mencium bibirmu." ujarku lagi.

"Alia!"

"Hah?!" Dia tau namaku?

Aku memperhatikan lagi laki-laki yang sepertinya berperawakan Arab. Penerangan yang minim(karena balkon di tempatnya mati) dan jarak kami yang lima meter membuatku tak dapat melihatnya dengan jelas.

"Hei, lo ... Alia Malik kan?!" katanya, berdiri mendekati ujung pagar. "Masa lo lupa sama gue?!" lanjutnya, menyisir rambut agak panjangnya kebelakang.

Aku menatapnya tak percaya, orang yang aku pikir sudah hilang di telan bumi datang kembali.

"Zein?!"
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung di chapter 24 (part 2)...

🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰🔰

±500 kata 😂😂😂
Biar gak nunggu lama-lama. Sebenarnya gue update 2hr sekali itu karena emang udah di ketik sejak lama. 😭😭😭

Pilih mana ?
Yang panjang tapi lama, atau pendek tapi cepat ? (panjang tapi cepat!!)

Bye bye 👋👋👋

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang