EPISODE SPESIAL : Keputusan Alia (Part3)

9.1K 535 53
                                    


"Haduh, pusing ..." Alia sempoyongan.

"ALIA JANGAN PINGSAN...!" Dina mengoyang-goyangkan bahu Alia.

Alia menatap sobatnya, "Aku ... aku ... mau mati saja!" Alia mencekik lehernya sendiri.

"Astagfirullah Alia!" Dina berusaha mengehentikan kegilaan teman masa sekolahnya.

"Argh," Alia meronta-ronta seperti orang kesetanan.
.
.
.
Lima menit kemudian ...

"Udah baikan?"

"Hu'um" Angguk Alia menghirup Presker two in one, aroma terapi.

"...." Dina melirik Alia dari sudut matanya.

"Bagaimana?"

"Hm?"

"Bagaimana rupanya?" tanya Alia lagi. Bersandar di sandaran ranjangnya dan membiarkan kakinya selonjoran.

"Kamu akan melihatnya nanti." jawab Dina.
"...."

"Satu sampai sepuluh, berapa nilainya?" tanya Alia masih penasaran.

"Gimana sih kamu Al ... bukannya kamu sendiri yang mau langsung kawin." Dina mengalihkan pertanyaan.

"Aku khilaf ..." jawab Alia singkat.

Dina menghela napas, "Yang sabar yah." ujarnya, menepuk-nepuk paha Alia.

"Itu sama sekali tidak membantu!" seru Alia, kesal.

Dina tertawa, "Aku akan kembali kesana." pamitnya, beranjak menuju pintu keluar.

"...." Alia hanya menatap setiap gerakan Dina.

Sebelum kembali menutup pintu, Dina berbalik menatap Alia. "Kamu terlihat cantik Alia ... jangan kabur yah!"

"Huh, apa hubungannya cantik dan kabur." gumam Alia.

«««ADDD»»»

Entah sudah berapa menit Alia menunggu di kamarnya. Tidak ada seorang pun yang mendatanginya. Suara di luarpun sudah tak lagi terdengar.

"Kok sepi sih?" Alia mulai merasa ada yang tidak beres.

"...." Suara mobil menyala.

Beranjak dari atas ranjang. Alia membuka jendela kamar yang sempat di tutup Dina. Ia mengeluarkan kepalanya untuk melihat mobil siapa yang berlalu pergi dari halaman rumahnya tersebut.

"Mereka pergi, jangan-jangan gak jadi nikahan," gumam Alia, begitu tau itu adalah mobil yang tak dikenalnya.

Brmm bremmm

Alia melihat keluar kembali. Kali ini mobil orang tuanya juga ikut pergi. Disusul mobil Hendi yang mengikuti di belakang.

"Wat de hel?!" pekik Alia.

Brmmm

Terakhir sebuah motor gede keluar dari halamannya. Orang itu membuka kaca helm-nya. Melihat kearah Alia yang masih berdiri di jendela.

"ALIA ... SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU!!!" teriaknya.

"ZEIN ... KALIAN MAU KEMANA?!" teriak Alia, yang hanya di balas suara kenalpon yang melaju kencang.

"Ini apa maksudnya?!" keluh Alia.

Mengakat rok panjangnya agar mudah bergerak. Ia berjalan setengah berlari menuju pintu keluar kamarnya. Membuka knop pintu kasar.

"...." Gerakannya berhenti seketika, begitu kepala hampir menabrak dada bidang seseorang.

Seorang pria tinggi tegap mengenakan celana kain hitam, kemeja hitam yang balut jas berwarna coklat gelap, berdiri tepat di hadapan Alia.

"Hai." sapa pria itu.

Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Perlahan sudut bibir merah muda Alia tertarik keatas—tersenyum.

Alia mendongak perlahan, memastikan bahwa dia adalah orangnya. Seorang pria dewasa yang mengisi mimpi indahnya. Seorang pria yang ia harapkan menjadi imam keluarga kecilnya kelak. Seorang pria yang akan membuat hari-harinya lebih berwarna. Seorang pria yang wajahnya selalu ia rindukan. Seorang pria yang bernama ...

"Dimas."

— T A M AT [lagi] —

Bagaimana?

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang