Story 26

3.6K 456 43
                                    

Author POV

"Aku pulang", ucap Jimin setelah memasuki rumah nya.

"Permisi", disusul Se Ri di belakang nya.

"Jimin sudah pulang? Eh! Se Ri", setelah mendengar ucapan ayah Jimin, ibu Jimin yang awal nya sibuk dengan urusan dapur nya, langsung berlari pelan ke arah Se Ri berdua kemudian memeluk nya.

"Se Ri-chan ku!", ucap ibu Jimin kegirangan.

"Eommonim!", Se Ri membalas pelukannya yang semakin erat. Kemudian ibu Jimin melepaskan pelukannya, menangkup pipi Se Ri.

"Ada apa Se Ri tiba-tiba kemari?", tanya ibu Jimin kepada Jimin dengan tangannya yang masih setia menangkup pipi Se Ri.

"Dia kemari hanya untuk membantuku menyelesaikan pekerjaan ku"

"Kenapa tidak di apartement mu saja?", tanya ibu Jimin lagi.

"Eomma, kau tau kan jika aku tak mengizin kan sembarangan orang memasuki apartement ku", jawab Jimin sambil melepas sepatu nya dan mengganti nya dengan sandal rumah.

"Se Ri bukan orang lain, Park Jimin. Dia calon istri mu", ucap ibu Jimin yang terdengar sangat kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Tidak apa, eommonim", ucap Se Ri menggenggam lengan ibu Jimin dengan lembut, berusaha meredakan emosi calon ibu mertua nya itu.

"Eomma dengar sendiri kan dia bilang apa? Aku akan menggunakan ruangan kerja appa", ucap Jimin yang kemudian berlalu menuju ruang kerja ayah nya.

"Appa akan menggunakan ruangan hingga tengah malam, kau gunakan saja kamar mu", baru saja ia melangkahkan kaki nya masuk ke ruang tengah, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ucapan ayahnya yang masih fokus ke iPad di tangannya.

"Mwo?!"

Ibu Jimin yang seakan mengerti, segera menghampiri putra nya itu.

"Sudah-sudah, benar kata appa, sebaiknya kau gunakkan saja kamar mu", ucap ibu Jimin sambil mendorng pelan tubuh putranya menaiki tangga menuju kamar nya.

Akhirnya dengan berat hati, Jimin pun naik ke lantai dua rumah keluarga nya menuju kamar lamanya, meninggalkan Se Ri yang masih terdiam di depan pintu masuk.

"Se Ri? Mengapa kau diam saja? Sana, pergi susul Jimin ke kamar nya", ibu Jimin yang kebingungan dengan tingkah Se Ri pun berusaha menahan tawanya.

"A-ah, baiklah eommonim", segera Se Ri melangkah kan kaki nya menaiki anak tangga menuju kamar Jimin.

"Ah! Se Ri-yya", merasa terpanggil Se Ri pun menghentikan langkah nya di anak tanggak ke tujuh, kemudian menoleh ke arah ibu Jimin.

"Nde, eommonim?"

"Dan jangan melakukan hal-hal yang terlarang ya, kalian masih belum resmi menjadi suami-istri. Jika hanya sekedar berciuman, itu tak apa", ucap ibu Jimin disertai dengan cengiran khas milik nya yang hampir membuat Se Ri terpeleset.

"Eo-eoh, baiklah eommonim", segera Se Ri melangkah kan kaki nya lagi menuju kamar Jimin. Awalnya Se Ri sempat bingung karena lupa menanyakan letak kamar Jimin. Se Ri hanya berjalan terus, melawati pintu-pintu ruangan yang entah mungkin salah satu nya adalah kamar Jimin, hingga kaki nya berhenti di ruangan paling ujung. Ruangan terakhir.

Di pintu ruangan itu tertulis '박지민' di depan nya juga ada pintu ruangan dengan tulisan '박지민 closet'.
Tanpa ragu, Se Ri membuka pintu yang ia yakini adalah kamar tidur seorang Park Jimin.

Ceklek

Detik itu juga tubuh Se Ri seakan membeku, matanya membulat sempurnya, dengan bibir tipis yang sedikit terbuka, memperlihatkan sedikit gigi atasnya yang rapi.
Di hadapan nya, kini, seorang Park Jimin, tengah membuka kemeja nya.
Otot punggung, dan lengan nya yang nampak di hadapan Se Ri, membuatnya sedikit menelan saliva nya.

Se Ri POV

'Aku bersumpah jika itu bukan Park Jimin, aku akan menyerang nya', batin ku dalam hati.

"Yak!", bentakan Jimin membuatku tersadar dari lamunan ku yang kotor tentang tubuh nya.

"Kau mengintip ku ya?!", tanya nya dengan nada kesal, seperti biasa.

"H-hah? Mengintip mu? Untuk apa aku mengotori mata ku dengan mengintip mu? Hey Park Jimin-ssi, aku lebih baik mengintip kucing yang sedang bercinta daripada dirimu! Lagian eomma mu yang menyuruh ku segera menyulus mu kekamar", ucap ku panjang lebar, dan menahan sedikit kegugupan ku.

Benar-benar seperti ketahuan sedang mengintip dirinya yang sedang berganti pakaian. Aku sangat gugup.

"Lalu? Jika eomma yang menyuruh mu, kau tak mengerti cara mengetuk pintu terlebih dahulu? Yoo Se Ri-ssi.", Jimin semakin mendekat, otomatis aku semakin memundurkan tubuh ku, melangkah kan kaki ku semakin kebelakang tanpa sadar ada pintu yang menghalangi ku.

'Fuck this Jimin's closet door!'

Aku merutukinya, karena Jimin semakin dekat. Detik berikutnya ia telah mengurungku, kedua tangan nya telah berada di samping kanan-kiri kepala ku.

Ia mendekatkan tubuh nya dengen tubuh ku. Tubuh bagian atas yang tak mengenakan apapun, hingga aku dapat merasakan dada ku telah bersentuhan dengan kulit nya yang sedikit lembab karena keringat. Jangan lupakan ereksi nya yang mungkin sudah sedari tadi ia tahan, karena ini sudah sangat mengeras di balik celana bahan milik nya. Sejujurnya, aku tak ingin memikirkan itu, tapi si sialan Park Jimin ini dengan sengaja mendekatkan ereksi nya sehingga menyentuh paha ku yang masih tertutup oleh rok.

"Ekhem!", sontak Jimin dan aku menoleh ke sumber suara yang menggagalkan aksi si sialan Park Jimin ini.

Disana eommonim dengan cengirannya, dan nampan yang terdapat banyak sekali camilan yang mungkin untuk kami.

"Jimin-ie, sebaiknya kau tahan dulu hasrat bercinta mu itu, nak. Tapi, setidak nya bila kau tak bisa menahannya, lakukan lah di kamar mu", ucap ibu Jimin dengan santai.

Cepat-cepat aku mendorong tubuh Jimin.

"A-ah! Harusnya tidak usah repot-repot, eommonim", ucap ku gugup sambil berjalan menghampiri ibu Jimin, dan mengambil alih nampan yang ia bawa.

"Aish! Untuk calon menantu, ini sama sekali tidak merepotkan, Se Ri-yya", balas nya sumringah.

"Kalau begitu, eomma tinggal dulu ya", ibu Jimin menepuk pelan pundak ku. "Kalian semangat menyelesaikan pekerjaan ya. Fighting!", lanjut nya lagi dengan kedua tangan yang di kepalkan di depan dada, menyemangati aku dan Jimin.

Baru beberapa langkah, ibu Jimin membalikkan badannya.

"Ah! Jimin-ie", spontan aku mengikuti arah pandang nya ke Jimin.

"Nde, eomma?", Jimin terlihat bingung.

"Jika dikamar nanti kau tidak bisa menahannya. Jangan lupa gunakkan kondom, arra?", lanjut ibu Jimin sambil memberikan 'ok' sign dengan jari-jarinya.

"Eomma!"

"Semangat kerja nya~", ucap nya lagi sambil berlari kecil meninggalkan aku dan Jimin. Wajah nya merona.

'Aww... he's so cute'

TBC

01:10 A.M
Tuesday, 5th june 2018
○Elix Dominic○

Hi, do you miss me?
Anyway, next chapter will be privated😈


Votemment for next story.

Yes, Master ㅡ Jimin BTSWhere stories live. Discover now