Author POV
Mentari telah menampakkan wujud nya, sinar nya mulai mengusik kedua insan yang tidur dangan saling berhadapan, dengan sebuah guling yang membatasi kedua nya.
Ya, semalam Se Ri dan Jimin kembali ke rumah orangtua Jimin. Mengapa Se Ri tidak kembali ke rumah nya bersama Ryo dan Yuko? Jawabanya, karena ibu Jimin yang memaksa Se Ri untuk tetap tinggal.Dengan perlahan namun pasti, Se Ri membuka mata nya. Yang pertama ia lihat adalah wajah tidur Jimin yang sangat tenang dan seperti anak kecil.
Tak berselang lama, Jimin membuka mata nya."Ck, sial", kemudian Jimin membalikkan tubuh nya memunggungi Se Ri.
"Masih pagi dan kau sudah mengumpat, Jimin-ssi", Jimin tidak menanggapi ucapan Se Ri dan kembali melanjutkan tidur nya.
Se Ri yang mengetahui Jimin kembali terlelap pun memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.Setengah jam Se Ri berendam dengan air hangat di kamar mandi Jimin, dan ia memutuskan untuk membilas tubuh nya. Setelah melilitkan handuk di tubuh nya, Se Ri tersadar bahwa ia tak memiliki pakaian ganti. Yang semalam ia gunakkan juga milik Jimin.
"Sial, harus nya aku meminta Ryo membawa pakaian ganti ku"
Mau tidak mau Se Ri harus keluar dari kamar mandi dan meminta langsung kepada Jimin, jika ia meneriaki Jimin dari kamar mandi, 100% Jimin tidak akan menggubris nya.
"Jimin, hey. Park Jimin", Se Ri menendang-nendang bokong Jimin di balik selimut putih itu.
Masih tidak ada pergerakan dari Jimin, Se Ri memutar. Berjongkok dan mensejajarkan wajah nya dengan Jimin."Jimin", masih sama. Jimin terlelap dengan tenang.
Namun Se Ri tidak kehabisan ide. Ia bangkit, kemudian mendudukkan bokong nya di kaki Jimin, mendekatkan bibir nya dengan telinga Jimin."Jimin sayang, ayo bangun, kau ingin melewatkan jatah mu pagi ini?", bisik nya dengan nada menggoda. Dan benar saja, Jimin terbangun dan langsung mendudukkan tubuh nya. Membuat Se Ri yang duduk di kaki nya hampir terjatuh kebelakang.
Jimin dengan matanya yang sudah terbuka lebar, menatap Se Ri yang duduk di kaki nya dari atas sampai bawah. Membuat sesuatu di balik celana nya itu bereaksi.
"Oh Jimin, ini bukan saat yang tepat untuk nafsu birahi mu. Cepat berikan aku baju, aku tidak memiliki pakaian lagi", Jimin sedikit tercengang dengan ucapan Se Ri. Oke, satu hal yang Jimin sadari tentang Se Ri. Wanita ini sangat amat peka. Bahkan Jimin merasa jika ia dan Se Ri bersaing untuk memecahkan sebuah kode, Se Ri lah yang akan menang.
"Pakaian yang semalam aku berikan padamu mana? Kan sudah aku berikan"
"Maksud mu baju yang mirip tank top itu? Oh yang benar saja Jim, kau ingin aku turun dan bertemu kedua orang tua mu dengan baju seperti itu? Bahkan lengan nya pun tidak menutupi bra ku", Jimin memutar mata nya malas. Ini terlalu pagi untuk telinga Jimin mendengarkan omelan-omelan seperti itu.
Karena tidak ingin mendengar celotehan Se Ri yang mungkin akan membuat telinga nya semakin panas, Jimin bangkit dari tempat tidur nya, dan menuju ke lemari milik nya.
"Nih, pakai ini saja. Setelah itu pulang lah"
"Selama eommonim tidak menyuruh ku pulang, aku tidak akan pergi", Se Ri mengambil baju di tangan Jimin.
"Kaos hanya oversize lagi?", Jimin mengangguk.
"Kau sepertinya sudah tidak waras Jim, ini rumah orang tua mu, bagaimana bisa aku keluar dari kamar mu dengan ini saja?"
"Tidak ingat kah tadi malam kau lebih gila? Lagian jika kau tidak ingin memakai nya, ya sudah telanjang saja sana", Jimin menarik kembali baju yang ia berikan kepada Se Ri tadi. Namun, Se Ri menahannya dengan kuat.
"Baiklah baiklah, aku akan pakai ini"
Jimin tersenyum, merasa diri nya menang dari Se Ri yang keras kepala itu.Se Ri memakai kaos yang telah Jimin berikn kepadanya. Kemudian melepaskan handuk yang melilit tubuh nya.
"Umm... Jim, sepertinya aku tidak akan turun sarapan dengan orang tua mu. Bisa kah kau membawakan sarapan ke kamar mu untuk ku? Dan juga bilang ke ibu mu—", ia menyilangkan kedua tangan nya di dada.
"Hah? Sudah ku beri baju itu, dan kau menyuruh ku membawakan sarapan mu? Lalu untuk apa aku meminjamkn mu pakaian ku? Lagian, memangnya kau tuan putri disini?", belum sempat Se Ri menyelesaikan kalimat nya Jimin sudah membombardir dirinya dengan omelan-omelan nya.
"Kau tak mengerti Jimin, ini memalukan!", Se Ri sedikit menaikkan nada bicara nya.
"Apa yang tidak ku mengerti?"
Se Ri hanya diam, tidak berani menatap mata Jimin. Ia hanya memilin ujung kaos yang ia kenakan.
"Cepat katakan!", Se Ri sedikit tersentak.
"I-itu, umm... saat ini aku..."
Jimin mengerutkan dahi nya, merasa tidak sabar menunggu Se Ri menyelesaikan kalimat nya.
"Saat ini aku tidak mengenakkan bra, aku tidak membawa nya bersama ku, dan kau tau kan pakaian ku semalam seperti apa? Jika kau tidak percaya, lihat lah", Se Ri merentangkan tangan nya. Benar saja, di balik kaos kebesaran milik Jimin, kedua nipple Se Ri tercetak dengan jelas.
Kali ini Jimin lah yang tak bisa berkata-kata. Bukan hanya terkejut, ia juga berusaha menahan ereksi nya di bawah sana."Oh gosh, Se Ri. Jangan memancing ku", sambil menutup matanya, Jimin perlahan berbalik memunggungi Se Ri.
"A-aku tidak memancing mu. Hanya saja, ini memang benar terjadi"
"Baiklah-baiklah, kau tidak usah turun untuk sarapan. Buka saja jendela itu", Jimin menunjuk ke arah jendela di samping nya.
"Untuk apa?"
"Makan saja angin yang masuk dari jendela itu"
"Yya!"
"Memang nya kau pikir rumah ku apa? Tidak ada! Jika kau ingin sarapan, kau harus turun"
"T-tapi bagaimana menutupi nya?"
"Aku ada ide"
•••
Jimin dan Se Ri melangkah kan kaki ke ruang makan. Disana ayah dan ibu Jimin telah menunggu mereka untuk sarapan.
"Good morning, lovely birds. Have you done your morning sex?"
"Eomma!"
"Hahaha, bercanda sayang. Jangan melakukan nya sebelum kalian menikah. Lagian kalian seperti nya sudah akrab ya? Iyakan, yeobo?", ibu Jimin melirik ke arah mereka kemudian ayah Jimin.
"Iya, padahal semalam kalian bertengkar terus. Sampai-sampai eomma dan appa bingung memikirkan cara untuk mempersatukan kalian", celetuk ayah nya. Se Ri dan Jimin hanya tersenyum menanggapi ucapan kedua orang tua Jimin itu.
Bagaimana orang tua Jimin tidak curiga, Se Ri dan Jimin turun ke ruang makan dengan posisi Jimin memeluk Se Ri dari belakang, tangan nya melingkar tepat di dada Se Ri untuk menutupi nya.
"Eomma, seperti nya aku dan Se Ri akan membawa sarapan ke kamar. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini, dan Se Ri akan membantu ku menyelesaikan nya", Se Ri sedikit takjub dengan ucapan Jimin yang tidak terasa seperti sedang berbohong.
"Hmm, okay. Tapi ada sesuatu yang ingin kami beritahu kepada kalian"
"Tentang apa eomma?"
"Eomma akan langsung to the point saja ya", Jimin dan Se Ri, kedua nya mengangguk.
"Pernikahan kalian akan di percepat, pernikahan nya akan di laksanakan pada akhir minggu ini"
"Akhir minggu ini?!"
TBC
05.17 A.M
Wednesday, 8 May 2019
•Elix Dominic•Ayo ucapin ga kelen?
![](https://img.wattpad.com/cover/110503894-288-k879070.jpg)
YOU ARE READING
Yes, Master ㅡ Jimin BTS
Lãng mạn[ON HOLD] ( Bahasa ) Park Jimin adult fanfiction. "He's your master. So, be a good girl" -s [!!]Not for Children[!!] 20180511#1 Rank on Bahasa 20180519#1 Rank on Nc17