Story 27

2.9K 336 39
                                    

Author POV

Hampir tengah malam, dan Se Ri masih senantiasa membantu Jimin dengan laporan-laporan kantor nya.
Dengan lengan kemaja yang di gulung ke atas, dua kancing bagian atas kemeja sengaja tak di kaitkan, rambut panjang nya yang di gulung sembarangan, sungguh menambah kacantikan nya.
Bahkan Jimin yang sedari tadi hanya duduk diam di samping Se Ri, tanpa sadar terus memperhatikan leher mulus di hadapan nya itu.

Merasa di perhatikan, Se Ri pun diam-diam melirik Jimin yang berada di samping nya, melalui ekor matanya.

"Kenapa? Kau ingin mencicipinya?", tanya Se Ri sambil terus memperhatikan layar laptop di hadapan nya.

Jimin sedikit terlonjak kaget, tetapi berusaha untuk tetap terlihat tenang.

"Dalam mimpi mu.", jawab nya ketus.

Se Ri terkekeh pelan, kemudian menghentikan kegiatan nya dan beralih menghadap ke Jimin.

Jimin menatap nya bingung, sambil menaikkan sebelah alis nya. Detik berikutnya, Se Ri telah merangkulkan kedua tangan nya di pundak Jimin.
Kejadian nya terlalu cepat, sampai-sampai Jimin pun terkejut.

"M-mau apa k--"

"Lakukan lah"

Jimin semakin bingung, dan gugup.
Ini bukan pertama kali nya ia dihadapkan dengan situasi seperti ini, tetapi rasanya seperti baru pertama kali baginya.

Yang Jimin ingat berikut nya adalah, hidung mancung nya telah bersentuhan dengan leher mulus Se Ri.

"Aku tau kau ingin, jadi lakukan lah", ucap Se Ri yang seketika membuat tubuh bagian bawah Jimin kembali bereaksi.

Jimin sedikit mengangkat kepalanya, mengarahkan bibir nya ke telinga Se Ri. Membisikkan sesuatu.

"Kau tau, kali ini kau tak akan bisa menolak, Se Ri-ssi"

Se Ri kembali terkekeh. Kemudian ia sedikit menaikkan kepalanya. Bergantian dengan Jimin, kini ia lah yang membisikkan sesuatu.

"Dan aku juga tau, kau dan para jalang-jalang mu itu tidak ada beda nya. Sama-sama murahan, Jimin-ssi"

Jimin sudah mengepalkan tangannya, bersedia kapan saja untuk memukul Se Ri. Sedangkan Se Ri, masih setia dengan smirk yang terpampang jelas di wajah nya.

Tetapi, smirk itu tidak bertahan lama saat ia tiba-tiba merasakan nyeri dan nikmat menjadi satu di area leher nya. Benar saja, Jimin dengan emosi dan hasrat nya yang telah mengebu, tengah menghisap sesekali menjilat daerah di leher sebelah kiri Se Ri, meninggalkan tanda merah keunguan.

"Jim... ngghh... Jim--in", panggil Se Ri yang sedikit tertahan dengan desahannya, sambil mencoba menjauhkan kepala Jimin dari leher nya.

Tapi gagal, tenaga Jimin lebih kuat dari Se Ri.

Ceklek

Keduanya membeku, menoleh ke arah pintu yang terbuka itu.

"Eo-eomma-"
"Eommonim-"

Di depan pintu itu, ibu Jimin juga sama syok nya dengan mereka, setelah melihat adegan yang anak nya dan calon menantu nya lakukan.

"A-appa!", teriak ibu Jimin memanggil suami nya, kemudian berlari menuju tempat suaminya berada-ruang kerja-.

"Eomma!"
"Eommonim!", teriak Jimin dan Se Ri bersamaan. Karena panik, Jimin tak sengaja mendorong, menjauhkan tubuh Se Ri dari tubuh nya. Tetapi naas, Se Ri harus merasakan pinggang nya terbentur meja kerja Jimin.

"Akh!", Se Ri merintih sembari menyentuh pinggang sebelah kanan nya.

"Aish! Semua ini gara-gara kau!", ucap Jimin dengan emosi yang mengebu, jangan lupakan jari telunjuk nya menunjuk-nunjuk wajah Se Ri.

Yes, Master ㅡ Jimin BTSWhere stories live. Discover now