crazy 1.2

160 15 0
                                    

SADINA Side

     Aku memang bukan manusia suci, aku brengsek, aku selalu melakukan hal semau ku, tapi setidak nya aku juga manusia yang memiliki jiwa ibu-ibu, alias aku mau punya anak. Tolong ya aku mau punya anak, kalo Keola bilang tolong kondisikan.

Aku ngerasa kayak hidup aku bakalan rame banget kayak Vanilla yang memang sebahagia itu memiliki bayi di dalam perut nya, seperti pagi ini, aku kebagian ikut mengantar Vanilla senam hamil, Gerda tentu aja ikut, tapi semenjak kejadian Laras marah besar dan mungkin benci ke aku, Vanilla jadi kayak apapun harus dengan ku, iya karena dia juga sekarang kan berada di Bali.

Senyum Vanilla cerah wajah nya basah oleh keringat, rambut nya di ikat asal seperti tidak pernah disisir tapi aneh nya dia kelihatan lebih cantik dengan rambutnya itu.
Gerda masih meminum secangkir kopi nya langsung tersenyum penuh cinta kepada Vanilla. How lucky. Shit jadi ingin.

"hai Bi, gimana senam hari ini?" tanya Gerda sembari mencium gemas sang istri, sang istri langsung perotes sembari melotot.
"mas Gerda nih, udah tahu aku keringetan, malah di cium." Gerda cengengesan dan malah memeluk erat sang istri, seolah kayak apa ya? Aku bingung bilang nya, seolah kayak apa ya? Sengaja nyatuin keriget Vanilla ke tubuh Gerda, duh!

"aku bau ketek nih, udah ah." celetuk Vannila kesal, aku mendengus. "inget kali, disini ada gue. Kesel gaakan mau lagi gue anterin." dan sejurus kemudia Vanilla langsung mendorong paksa Gerda hingga lepas, Gerda menggeram dan langsung mendelik pada ku tajam. Apa peduli ku?

"sirik aja lu, Jomlo!" hina Gerda membuat aku langsung memutar kedua bola mata.

"mampus aja luGer, ini semua juga gara-gara temen lu, si Frisky." Gerda tertawa.

"denger-denger dia deketin kamu lagi, ya ?" tanya Vanilla, bu perawat kuh yang selalu lemah lembut, aku mengangguk. "dia kata nya nyesel enggak pilih aku. Yeah, minta second change tapi belum cerai, gimana ya? Ya aku kan enggak mau di bilang pelakor. Mending jomlo dah lagi pada jadi pelakor." jawab ku panjang lebar, Gerda tanpak mendengarkan. "nanti, biar gue yang bilang ke Frisky buat jaga sikap. Lo tenang aja, terus by the way kenapa lo enggak sama Keola aja?" dan apa kata Gerda tadi? Keola? Tuhan LARAS mau se benci apa lagi ke aku? Mau sebagaimana marah nya lagi dia?
Apa kata Gerda tadi?

"becanda kali, lo! Inget dong yang sadar, Keola punya Laras." balas ku marah sembari menonjok bahu Gerda.

"lo selalu begitu, berfikir kalo semua lelaki di sekitar zona lo dan Laras adalah milik Laras, padahal mereka tuh lelaki bebas lho. Bukan yang bisa seenak nya aja di milikin Laras. "

Aku diam. Memang di otak ku sudah selalu begitu. Lelaki di sekitar kita adalah selalu punya Laras dan tertarik pada Laras..lagi pula Keola adalah satu-satu nya cowok yang selalu stay dengan Laras paling lama. Iya Keola. Dan aku selalu berfikif kalo sekarang Laras enggak pacaran dengan Keola bukan berarti suatu hari mereka tidak berjodoh. Yah nama nya juga permainan Tuhan. 

"ya tapi, kenapa harus Keola sih? Ada yang lain enggak? Rama misal nya?" tanya aku asal, duh Rama sih sama  suka main cewek nya kayak Gerda zaman dulu dan Keola.

"iya, kalo lo mau ya boleh. Gue bantu, sekarang kita mau ketemu mereka." WHATTT KENAPA AKU MERASA DI JEBAK?!

-----

Tolong, ingatkan aku agar tidak pernah ngomong yang aneh-aneh kepada Gerda. Benar, hari ini ketemu Rama bahkan Keola. Ya tuhan ku, sekarang aku sedang sibuk menutup wajah saat mendengar Gerda yang bilang kalo aku mau sama Rama. Tuhan, Gerda gila kan? Tolong, kata kan iya!

Rama terkikik, aku masih tidak tahu gimana reaksi dia, karena sekarang aku sedang menutupi wajah dengan buku menu.

Vanilla sudah cekikikan tidak tahu diri.

"ayo dong, beb Gerda jangan malu-malu in aku. Aku kan udah bilang mau jadi simpenan kamu, biar di belanjain terus." celetuk ku mencoba mencairkan suasana. Sedangkan Gerda langsung bergidik ngeri.

"eh buset, bocah, geli amat lu ngomong aku -kamu. Macam apaan, dan najis gue punya simpenan kayak lo. Big no!"  aku ketawa. Dan memukul Gerda keras. Bodo amat deh, bini nya aja malah ikut ngetawain, dan malah ikutan mukul Gerda waktu itu orang ngadu ke Vanilla gara-gara di pukul  aku.

"jadi, kamu mau sama aku nih?" tanya Rama membuat aku langsung menoleh  ke arah nya, dan Crap! Holly shit . "eh?enggak itu, si Gerda aja kak Rama, enggak itu eh apasih kok mendadak bego kalimat, sih?" ucap ku malah jadi makin stupid tolong dong, tolong.

"yah, kirain mau, jadi aku bisa  melepas masa jomlo. " duh! Rama tuh emang lumayan hot sih, tapi gimana ya?ah dia gitu sih pokok nya. Repitasi nya makin gila akhir-akhir ini. Mana di bolehin Sadewa, ya?


Aku cuma bisa terkekeh, kemudian meminum  matcha ku lagi.

"kalo sama Keola, kenapa enggak mau?" tanya Vanilla membuat aku langsung mendelik sebal, tolong lah, kenapa juga sih? Dia tahu aku selalu berantem dengan nya, terus Keola itu akan membuat aku berurusan dengan Laras, TIDAK!

"tolong lah, Keola itu enggak suka aku. Aku juga, terus ya, dia punya Laras, mau semarah apalagi dia sama aku? Kamu tahu sendiri lah ya, si Laras kalo ngamuk kayak apa, dan ya duh jangan sampai deh aku sama dia, enggak bisa sama dia." jelasku sembsri memutar kedua bola mata, aku ngomongin Keola seolah-olah tidak ada dia di sana. Perduli ku apa?

"kenapa? Kenapa enggak bisa?" tanya Keola tiba-tiba, oh serius, dia mau bahas ini? Aki menatap nya, maksud nya menyelidik memperhatikan rawat wajah nya serius, sembari mengangkat sebelah halis nya.
Bingung. 

"ini... Haha kenapa sih? Kok jadi bahas gini?" tanya ku sembari menyuapkan pasta ke melut, mencoba tenang. Padahal sudah sangat dongkol.
Tolong, ini benar-benar di ambang kesal.

"jawab aja, itu pertanyaaan gampang, Sadina." aku menatap Keola dan menghela nafas berat. "karena lo sama gue terlalu beda, dan berat untuk bareng. Tolong, kamu terlalu glamour, mewah, dugem, dan yeah, terlalu kaya. Lalu apa ya? Yang penting adalah, gue enggak pernah mau berurusan lagi sama Laras. Sorry to say tapi lo pasti marah denger nya, gue kayak capek sama kelakuan Laras yang drama, pasti apapun gue yang salahm dia egois, emosi mulu, gue jadi apa ya? Bisa apa? Gue cuma mau menghindari dia, udah bagus dia marah ke gue, dan cuma tampar waktu itu, tapi waktu itu dia pasti lagi ada mood bagus, jadi dia santai dan tampar aja, kalo besok? Tolong lah, dia monster, dia bisa hancurin hidup gue. Gue masih mau hidup damai." jelasku panjang lebar, yang lebih mirp seperti pidato sih sebener nya.


"nikah sama gue, gue mau bener-bener lepas dari Laras, dan lo mau lepas dari tekanan istri Frisky, kan? Jadi partnert, sampai mereka benar-benar pergi, gimana?"


"i know you are guys, mean Gerda and lo, tapi serius, jangan gilaaaaaaaaaaa!!!"


love my food, or you?(sequel With You) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang