Part 7

1K 185 11
                                    

☁☁☁

Marah atau khawatir, semua tentang kamu, tidak sulit membedakannya.

☁☁☁

LucasWong: Min, nitip susu beruang.

MinaKang: ok.

Lucas menaruh ponselnya disaku setelah memberikan pesan kepada Mina. Ia menoleh untuk melihat Yeri yang masih membenamkan wajahnya diatas meja dengan kedua lengan yang menutupi wajahnya.

Untuk saat ini Yeri tidak mau terlihat oleh orang lain. Bahkan jika bisa, ia ingin mengubur dirinya di bawah tanah. Seingatnya tadi, ada beberapa anak basket sedang latihan, ditambah jam ramai murid-murid lain keluar dari kelas saat jam istirahat. Bagaimana cara menjelaskannya jika ia sangat malu?

Yeri merasakan ada sebuah lengan yang mendarat di punggungnya. Tak usah dilihat pun, ia sudah tau siapa orangnya. Itu pasti Lucas.

Yeri melirik sekilas ke sebelah kirinya, di mana Lucas berada. Ia melihat garis rahang itu mengeras, sorot mata yang biasanya jenaka, sekarang menyirat tajam dan dingin meski di sana juga ada kekhawatiran yang kentara. Bukan Lucas sama sekali.

“Ish! Ngapain sih pake gendong-gendong segala!? Kan tadi udah bilang nggak usah.” omel Yeri pada Lucas masih membenamkan wajahnya di antara kedua lengannya.

Yeri marah karena Lucas tidak mendengarkan permintaannya. Ditambah lelaki tinggi itu ingin membawa dengan menggendong Yeri ke UKS atau bahkan langsung ke rumah sakit.

Berlebihan, itu pendapat Yeri. Ia hanya pusing karena dihukum berdiri di lapangan sambil menghormat ke bendera sekitar hampir 3 jam oleh Pak Joe, guru bahasa inggrisnya. Dan itu karena ulahnya sendiri. Yeri tertidur dikelas saat guru itu datang dan berbicara sesuatu yang ia tidak dengar. Dan lagi, pasti sehabis ini akan ada gosip-gosip ‘alay’ mengenai dirinya dan Lucas. Pasti! Meskipun ia terlihat tidak peduli, tapi mendengar gosip aneh tentang dirinya selama 1 tahun ini, bikin dia gerah juga.

Lucas hanya melirik Yeri sekilas dan terdiam. Ia marah, tapi tidak benar-benar marah. Ia hanya khawatir. Ia tau Yeri tidak dapat tidur dengan tenang semalam, dan bangun pun di pagi-pagi buta. Dan ia merasa tersinggung saat gadis boncel ini menolak niat baiknya. Jadilah sekarang ia hanya diam. Bodo amat.

Tapi lengannya masih menempel pada punggung Yeri meski si pemilik punggung sudah menepisnya berkali-kali.

Yeri mengangkat kepalanya yang terasa berat, melihat sekitar. Untung saja ia hanya ada mereka berdua dikelasnya ini, yang lain pasti sedang menghabiskan waktu istirahat mereka di kantin. Lalu, tangannya bergerak perlahan untuk mengobrak-abrik tasnya. Sampai ia menemukan kotak bekal, ia tersenyum tipis. Lalu memberikan kotak itu pada Lucas.

“Nih, ada sandwich, pasti laper kan?!”

Lucas hanya meliriknya sebentar lalu membuang mukanya ke arah lain, terserah ke mana saja asal bukan ke wajah dengan tatapan penuh harap itu.

“Ish, jangan maraaaahhh...” ucap Yeri dengan nada suara dibuat mendayu-dayu, merayu Lucas. "Kan seharusnya gue yang marah!"

Lucas menghela napas, tanda ia menyerah. Hatinya tidak kuat. Berlama-lama marah itu hal tersulit yang di lakukan cowok itu, istilah jamannya bucin, budak cinta.

Cowok berkulit agak gelap itu membuka kotak bekal dan memakan sandwich yang ada di dalamnya. Melihat itu Yeri jadi tersenyum tipis melihat itu. Lucas itu mirip dengannya, tukang ngambek dan keras kepala. Tapi, ia tau kalau cowok itu tidak akan pernah mengabaikannya.

Standstill✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang