VOMMENT BODO AMAT GAMAU TAU
🙂🙂Coba kasih adinda golok. Biar gue gorok sekalian Om Jongin ini.
SEMBARANGAN AJA DIA.
"LAA—-"
Baru gue mau protes. Matanya udah melototin gue.
Ini ada apaan sih? Apa yang sedang terjade?
"Calon istri? Haha wow?"
"Gue udah jawab pertanyaan lo. Sekarang lo jawab pertanyaan gue."
"Gue kesini cuma bawa pesan Bunda. Lo di suruh pulang dan tentunya...." ucapan cowok itu tergantung dan kepalanya menengok ke arah gue. "Membawa calon istri lo."
"Bilang Bunda, secepatnya gue bakalan bawa."
"By the way, umur lo berapa?" Cowok itu bertanya ke gue.
"Mau ngapain lo nanya-nanya?!" Nyolot gue.
Dia melotot.
Baek-baek tu bola mata kabur.
"Tinggal jawab ribet?"
"Gue gak mau jawab. Kenapa lo?!"
"Umur lo berapa?!" Tanya dia lagi.
Lah kita jadi nyolot-nyolotan gini.
YA ABIS INI ANAK MINTA GUE TEBAS APA GIMANA.
"Sembilan belas tahun." Yang jawab Om Jongin.
"What? Sembilan belas?! You must be kidding me right?! Gak mungkin dia calon istri lo."
"Kalau dia bukan calon gue. Ngapain gue suruh dia tinggal disini?"
"Gue gak percaya."
"Bunda pernah ngomong kan. Kalau dia ngebolehin cewek tinggal disini. Tapi satu, dia bakal jadi istri gue nantinya."
Oke, gue makin gak ngerti. Tapi satu hal yang jelas, gue pengen tau ini siapa dan gue udah capek.
"Om Jongin. Ini siapa lo?"
"Om? Lo?" Tanya Lucas sedikit curiga.
Mampus gue lupa.
"Maksudnya, Mas Jongin, ini siapa?"
WTF, GUE MANGGIL PAKE MAS? WOY?!
"Gue Lucas."
"Lo siapanya Mas Jongin?"
"Lo mau tau banget?" Tanyanya.
IH BODO AMAT BEOL.
KESEL.
"Lo gak mau ngenalin gue ke calon istri lo ini?" Tanya Lucas ke Om Jongin.
"Dia Lucas. Adek aku."
"Adek?!"
"Kok lo kaget? Emang Mas tersayang lo ini gak pernah cerita ke calon istrinya kalau dia punya adik seganteng gue?"
Waduh bentar ye, oke deh muka gak buruk banget. Tapi gayanya tengek banget woy?
Dan juga, gue sedikit risih ketika Lucas terus-terusan ngomong calon istri.
"Ini calon istri lo beneran apa cuma bohongan? Cuma buat kibulin gue?"
"Lo cuma disuruh sampein itu doang kan?" Akhirnya Om Jongin mengeluarkan suara.
"Enggak. Ada satu lagi."
"Apa?"
"Bunda suruh gue nginep disini. Karena dia harus ke Jogja sama Ayah."
Setelah Lucas ngomong, disitu gue tau. Hidup gue makin gak tenang selama Lucas nginep di rumah ini.
Awalnya Om Jongin gak mau dan sempat menyuruh Lucas untuk tinggal di rumah Niniknya aja. Tapi Bundanya Om Jongin menelpon.
"Halo? Iya Bun."
"Lucas nginep di rumah Ninik aja."
"Bun....."
"Iya."
"Bunda sama Ayah hati-hati."Dan setelah itu menerima telpon dari Bunda nya, Om Jongin mukanya bete.
"Tidur di kamar bawah. Kamar atas udah ada cewek gue." Ucap Om Jongin sambil menarik gue untuk naik ke atas.
Om Jongin genggam tangan gue gak santai. Sakit gini gue ngerasainnya.
"Ih sakit! Kuda!"
"Maaf, maaf." Ucapnya sambil mengambil tangan gue yang tadi dia genggam erat lalu mengelusnya.
Kita berdua ada di kamar gue. Mukanya Om Jongin kusut dan bete banget.
"Terus lo ngapain disini?" Tanya gue. "Suruh gue untuk berpura-pura jadi calon istri lo?"
Om Jongin menatap gue yang sedang melihat dia dengan tangan yang bersedikap di dada.
"Iyaa."
"Ketika Mami gua adalah calon istri lo beneran?"
Walaupun gue masih gak mau dia jadi bokap gue. Dan tentunya Mami gue nikah lagi. Tapi gue juga gak mau dong Mami gue dimainin gini?
Om Jongin bukannya menjawab dia malah berdiri dan melewati gue. Mata gue fokus mengikuti kemana arah Om Jongin. Gue kira dia bakal pergi dari kamar. Tapi dia menutup bahkan mengkunci pintu kamar gue dan setelahnye membawa gue duduk di kasur.
"Saya gak di bolehin nikah sama Mami kamu."
Oh God, thankyou.
Gak tau kenapa gue selega ini ketika mendengar dia dan Mami gak di restuin.
"Bunda aku gak mau aku nikah sama Mami kamu karena ya kamu tau. Mami kamu sering nikah. Dan dia udah ngecap yang enggak-enggak gitu."
Mau marah juga tapi ya kenyataan.
Mau begimandose?
"Bertahan aja. Selama Lucas disini. Setelah itu, saya akan cari cara biar saya sama Mami kamu akan bersatu."
"Emang lo pikir gue restuin?" Nada suara gue meninggi.
Seharusnya dia udah tau, gue gak bakal biarin Mami gue nikah lagi. NEVER.
Om Jongin menghela napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
"Intinya, tolong bantuin saya. It's not just for me but for you too."
"Kalau gue gak mau?"
"Harus mau."
"Gak mau sayangnya tapi."
"Harus mau atau saya sekarang bawa kamu ke Bunda saya dan kita langsung nikah di KUA."
"LAH AP—"
"Kamu harus bantu saya. Titik." Dan setelahnya dia pergi dari kamar gue.
Fix sih. Kayaknya gue harus beneran cabut dari rumah ini. Gue lama-lama bisa stress anjir.
Gue langsung mandi dan setelahnya gue tiduran di kasur dengan keadaan yang udah seger. Gue baru aja mau memejamkan mata guna beristirahat. Tapi gagal, suara pecahan piring terdengar kencang sampe ke kamar gue.
PRANG!!
Gue berlari keluar buat sampai di tempat tersebut. Dan ternyata si Lucas yang mecahin piring di dapur. Gue melihat Lucas dan akhirnya dia buka suara.
"Sorry, gak sengaja. Tadi gue mau makan eh piringnya jatoh."
"Beresin." Ucap gue dan gue memutar balikan badan buat kembali ke kamar gue. Tapi suara Lucas menghentikan gue.
"Lo lah! Kan lo cewek. Gue gabisa beresinnya."
Apa hubungannya kampret?!
"Ya lo punya tangan. Kenapa gak digunain?"
"Lo kan mau jadi istri si Jongin. Lo masa gini aja gamau?"
Kamprettttttt.
Asli sih gue kesel.
"Lo udah besar. Bukan anak-anak lagi." Ucap gue. "Masa ginian aja harus gue?"
"Yaudah kalau lo gak mau beresin. Tunggu aja biar Jongin yang beresin ini nanti."
Babi aer.