3.4 i have to

8K 1.5K 193
                                    

Hoho galo eberywan!
Vomment yaw!

Mungkin ini waktunya gue untuk sadar. Kalau gue gak akan pernah lebih sekedar calon anak. Ya kan?

Gue udah bingung harus gimana lagi sampai rasanya gue pengen besok pindah ke kost-kost an aja dan tentunya seperti gak mau kenal lagi dengan dia.

Because it's sucks when we can't do anything and all you do is getting hurt.

"Maaf ya?"

Dia memeluk gue dari belakang. Dia hanya bisa melihat belakang gue tanpa tau kalau gue sedang menahan tangis disini.

Gue gak menjawab apapun. Gue gak menjawab ya dan gue juga gak menjawab tidak.

Gue hanya melepas tangannya yang melingkar di leher gue lalu berkata

"Istirahat. Udah malem." Kata gue dan langsung menuju kamar tanpa melihat ke belakang.

Sesampainya di kamar gue hanya merebahkan badan dan menatap langit-langit kamar.

Ini seperti alarm kalau gue harus sadar dan gak boleh egois lagi.

"Halo, Dek?"

Iya, gue menelpon Mas Jonghyun. Tapi setelah dia angkat gue hanya berakhir diam.

"Dek?"

"Mas."

"Kenapa?"

"...."

***

Ini hari minggu, gue gak mau keluar kamar. Karena memang mungkin ini gue juga gak mau ketemu sama dia.

Tapi perut gue berkata lain, dia daritadi ngeraung aja minta asupan. Mau gak mau gue turun untuk mencari makanan. Walaupun gue harus bersiap kalau bakalan ketemu sama Om Jongin.

Ketika gue turun, gue mendapati dia di meja makan sendirian dengan makanan yang terpampang di depannya.

"Makan yuk?" Ajaknya ke arah gue yang gue angguki.

Selama dia meja makan kita juga diam aja. Gak tau juga gue harus bersikap seperti apa. Om Jongin juga daritadi mainin hape terus dan gue juga sih. Kita diam sampai kita mengeluarkan suara yang bersamaan

"Dufan yuk! Lagi promo!"
"Dufan yuk! Lagi promo!"

Kita berdua liat-liatan. Gue ngegaruk kepala karena bisa banget gue keceplosan kayak gini.

"Mau ke Dufan?" Tanyanya.

"Ha..?"

"Ayok ke Dufan!" Ajaknya dengan semangat.

Dari kemarin memang kita pengen ke Dufan tapi gak ada waktu yang pas.

"Ganti baju! Aku tunggu!"

Gue gak ngerti sama jalan pikiran gue. Sekarang gue udah berada di Dufan bersama Om Jongin dengan dia yang menggangdeng tangan gue.

Tadi sedikit ada perdebatan apakah gue pakai celana pendek apa boleh. Tapi berakhir boleh karena gue ngambek dan dia muncul dengan persyaratan kalau gue gak boleh jauh-jauh dari dia.

Sebenarnya sih gue seneng banget. Karena ya gue selalu suka kalau kesini.

Kita menaiki beberapa wahana. Walaupun promo, Om Jongin tetap beli yang VIP access karena katanya banyak banget yang dateng.

Ini aja gue walaupun VIP tetep ngantri. Mana panas banget sampe keringetan gini gue.

"Panas ya?" Tanyanya sambil mengelap keringan di kening gue.

Om JonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang