03. Perubahan Sikap Daniel

218K 11.4K 1K
                                    

Warning!
Dahulukan vote sebelum baca
Happy reading!

🍁🍁🍁

Selesai pulang sekolah Daniel pergi ke kafe sekedar nongkrong bersama teman-temannya menghilangkan rasa penat selama seharian berada di sekolah.

"Niel, tadi lo di panggil ke ruang bimbingan konseling lagi?" tanya Raihan.

Daniel hanya berdeham sambil menyesap minumannya.

"Sekarang masalah apa lagi yang membuat lo masuk ruangan BK?" tanya Saka penasaran.

"Tadi gue ribut sama Bobby." jawab Daniel dingin.

"Bobby? Ribut gara-gara apa?" Bevan ikut bertanya.

"Gue cuma mau nolongin adik kelas yang lagi di palak sama si Bobby, cuman yang namanya Bu Susi, mana percaya dia sama gue lebih baik gue diem daripada gue ceritain semua kejadiannya sambil berbusa juga kalo Bu Susi gak percaya sama gue ya gimana lagi."

"Tapi ini gak bisa dibiarin Niel, lo itu cuma nolongin ade kelas lu bukan ngajak ribut kan?" Raihan seketika emosi.

"Udahlah biarin aja kali, toh gue juga udah terbiasa di panggil keruang BK." 

"Tapi pasti lu dapet surat peringatan kan dari sekolah? terus bokap lu gimana?" Saka khawatir.

"Udah tenang aja lagian, surat sekolah udah bejibun di kamar gue tapi ini peringatan terakhir supaya bokap datang ke sekolah besok. Mau gak mau gue bakal ngasih surat itu ke bokap gue." lirih Daniel.

"Udah jam sepuluh malem, gue balik deh belum ngerjain tugas matematika. Saka, pake otak lo buat ngerjain matematika, kalo gak bisa nanya, kerjain semampu lu dulu." ucap Daniel lalu mengambil kunci motor nya, sebelum pergi mereka bersalaman ala lelaki setelahnya Daniel pergi keluar menuju parkiran.

  🍁🍁🍁  

Genangan air menghiasi jalanan, motor Daniel melintas melewati pepohonan besar yang rindang, ditemani oleh lampu jalanan yang sudah remang. Rumah Daniel masih lumayan jauh, butuh waktu lima belas menit untuk tiba dengan menggunakan motor dengan kecepatan rata-rata.

Sesampainya di pekarangan rumah, Daniel melepas helm full face nya lalu ia memberikan kunci motornya kepada Pak Tono yang bekerja sebagai satpam di rumahnya.

Daniel memasuki rumahnya, ia berjalan ke arah ruang tengah. Setibanya ia di ruang tengah sudah ada Arsen sang ayah sedang duduk di kursi sofa sambil membaca koran kabar.

"Dari mana saja kamu baru pulang jam segini?" tanya Arsen dingin.

Daniel hanya diam menatap datar sang ayah.

"Daniel! papa bicara sama kamu, jawab!?" kesal Arsen.

"Memangnya apa peduli papa? setau saya papa gak pernah tuh peduli sama saya apalagi perhatiin saya. Lalu buat apa saya kasih tau papa?" 

"Daniel jaga ucapan kamu, papa gak pernah ya ngajarin kamu gak sopan kayak gini!" 

Daniel tertawa hambar lalu memutar bola matanya malas.

"Waktu kapan papa ajarin saya sopan santun? bahkan papa lebih banyak waktu bersama pekerjaan papa di banding dengan saya."

"Daniel!!" 

"Oh ya, tumben papa pulang biasanya papa gak pulang." sinis Daniel.

"Daniel, kamu harusnya senang papa pulang bukannya malah seperti ini!!"

Possessive Daniel ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang