"aku masih ingin denganmu" kata joy yang bergelayut manja dipangkuan v. Mereka berdua ada diruangan v.
"saat ini aku sedang tidak mood, lebih baik kau menyingkir."ucap v.
"menyingkir? Waeo? Apa karena aku sudah tidak menarik dimatamu."ucap joy sambil mengendus leher v yang terlihat menggoda.
"menyingkirlah, aku sedang tidak ingin melakukanya denganmu." ucap v.
Joy akhirnya turun ia kesal, untuk pertama kalinya v menolaknya, menolak sentuhanya. "baiklah aku akan pergi, aku kecewa padamu."
V mendesah frustasi, kenapa selalu irene yang ada dipikiranya belakangan ini, apa karena ia melakukanya dengan irene. Baginya sekarang semuanya tampak tak menarik kecuali irene.
"sialll, kenapa aku terus memikirkanya."kata v.
.
.
.
Hari ini pengunjung cafe sangat banyak, para karyawan sedang sibuk membuat pesanan para tamu, kecuali sang bos yang masih menatap potongan roti kemarin yang dimakan gadis tak jelas tersebut.Minho menatapnya sambil tersenyum-senyum sendiri. "kau tahu aku berharap bertemu lagi denganmu."
Para karyawan yang melihat sang bos berbicara sendiri pun hanya menggelengkan kepala.
"apa kau pikir bos kita gila?"
"kurasa dia memang gila."
"apa karena dia terlalu lama sendiri?"
"menurutku juga begitu"
"aku sedih melihatnya, dia tampan, kaya, tapi tak ada satupun wanita yang menarik perhatianya."
"hemm kau benar, sudahlah kita kembali bekerja."
Para karyawan tersebut akhirnya kembali dengan tugasnya masing-masing.
Dikediaman v, entah kenapa irene tersenyum-senyum sendiri, ia mengingat v memperlakukanya dengan lembut setelah melakukan hubungan intim tersebut.
Irene meraba leher, wajah, bibir, serta matanya saat v mnyentuhnya.
"apa aku sudah gila, kenapa aku memikirkan lelaki iblis macam dia."Lalu irene mengambil syalnya dan menutupi warna merah-merah yang sangat jelas dilehernya.
Pada malam harinya v pulang, ia melihat irene yang berada didapur sedang menyiapkan makan malam untuknya.
Ada sesuatu yang aneh dari pandangan v. Ia menghampiri irene. "kenapa kau memakai syal dimalam hari?"
Irene kaget dengan suara bariton tersebut, ia tak menyadari jika v sudah pulang.
V lalu menarik syal tersebut dari leher irene. Ia melihat bekas memar merah yang masih terlihat dileher putih irene.
"berikan padaku, aku malu."ucap irene.
"aku tak akan memberikanya, lagian kenapa kau harus malu, aku bahkan sudah melihat semua tubuhmu." ucapan v sukses membuat wajah irene memerah.
V menyeriangai, inilah kesenangan yang baru baginya, menggoda irene jauh lebih baik daripada harus menyiksanya.
"biarkan seperti itu, aku suka, jika hilang aku akan memberinya lagi." ucap v sambil pergi menuju kamarnya.
Setelah kepergian v, irene merosot kebawah, ia malu, sangat malu. "kenapa dia enteng sekali berbicara, bahkan aku sangat malu jika bertemu denganya."kata irene.
Didalam kamar v menaruh syal tersebut dimeja, ia tersenyum mengingat wajah irene yang memerah seperti tomat.
"dasar polos."ucap v.
Skip
Malamnya v makan dengan tenang tanpa berbicara apapun, biasanya ia kan mengomel mengatai masakan irene yang tidak enaklah kurang enaklah dsb.
Irene pun juga merasa ada yang aneh pada diri v. "kenapa kau tidak mengomentari masakanku?"
"kenapa aku harus?" kata v.
"apa kau menyukainya?" tanya irene.
"lumayan."kata v.
Entah kenapa irene lega mendengar perkataan v, untuk pertama kalinya ia memuji masakan irene.
"boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya irene dengan hati-hati.
"katakan." ucap v.
"bahan makanan menipis, dan juga aku membutuhkan sesuatu."kata irene.
"sesuatu? Apa yang kau butuhkan?"tanya v.
"pembalut wanita."kata irene sambil melihat ekspresi wajah v.
"baiklah, kita akan berbelanja besok." kata v dengan tenang.
"kita? Maksutmu kau mengajaku berbelanja?" kata irene.
"asal kau tidak kabur lagi, kalau kau berniat kabur, kau akan tahu hukuman apa yang akan kau terima."ucap v.
Dalam hati irene senang sekali, karena ini pertama kalinya ia berbicara pada v, mengutarakan pendapatnya pada v, dan untuk pertama kalinya juga v mengajaknya berbelanja.
Irene sangat senang, tampak sekali diwajahnya yang berseri-seri, tanpa irene ketahui dari tadi v memperhatikanya, v tersenyum sangat tipis, bahkan mungkin hanya v yang bisa merasakanya.
Skip
Saat mereka akan berangkat menuju supermarket v mengamati leher irene. "sepertinya sudah mulai pudar, jangan tutupi lagi dengan syal sialan itu." ucap v ia berjalan dan masuk ke dalam mobilnya.
Irene masih mematung. "cepat masuklah." teriak v dari dalam mobil.
Sesampainya dimall, v dan irene memilih barang-barang yang mereka butuhkan. Lalu tiba-tiba saat v dan irene tengah berjalan beriringan joy melabrak irene.
"menyingkirlah darinya." teriak joy
V kaget bagaimana bisa joy tiba-tiba muncul dan mendorong irene.
"yak, apa-apaan kau." teriak v kepada joy.
"kau membentaku, v kau sudah berubah, apa karena dia?" tanya joy sambil menunjuk kearah irene
Irene hanya diam saja. "kau, apa kau memeletnya sehingga dia mau bersamamu." tuduh joy kepada irene.
"cukup, jangan membuat keributan disini, ayo irene lebih baik kita pergi." kata v sambil menggandeng tangan irene.
"brengsek, dia kurang ajar, berani sekali dia mengabaikanku." ucap joy.
Mereka pulang dalam keheningan. Lalu irene memberanikan diri bertanya pada v saat ia sedang sendirian.
"apa kau baik-baik saja denganya?" tanya irene.
"hemm begitulah, aku sudah tidak ingin melihatnya lagi."kata v.
"benarkah, lalu kenapa kalian tidak membicarakan masalah kalian?" tanya irene.
"aku sudah mengatakanya kemarin, dan aku ingin memecatnya dari kantor, karena dia tidak kompeten sekali, dia juga bermain dengan lelaki lain selain aku, dia juga sudah banyak menghabiskan uangku."kata v.
"kenapa kau membelaku tadi?" tanya irene.
"entahlah, karena aku ingin."kata v.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSWER
General Fictionkenapa harus aku? kenapa tidak orang lain, kenapa harus aku yang dipilih? Apakah ini sebuah Takdir?