Jauh

504 35 12
                                    


Belakangan ini Deka sedang mengurangi kebucinannya dan lebih serius dalam belajar. Gitu-gitu juga, Deka mau kaya orang-orang yang bisa masuk universitas impiannya. Mana anak-anak kelasnya yang tadinya bobrok udah pada tobat. Terlebih Hima, cowok yang ia taksir sekian lama malah membuatnya kecewa. Ini bermula dari kejadian minggu lalu. Dimana Hima udah keterima SNMPTN, dan dia menyia-nyiakan kesempatan itu. Malahan, ia memilih untuk lintas jurusan padahal Deka sendiri menginginkan posisi itu.

DK : tau gitu kenapa nggak masuk ips dari awal

Him💕 : tapi kan gue udah mengundurkan diri dari snmptn
Him💕 : lagian siapa yang tau endingnya kayak gini

DK : lo yang bikin ending sendiri bego

Him💕 : ya mau gmn lagi
Him💕 : harus bersaing secara sehat dong

DK : ihh kesel gue sama lo
DK : semoga sukses 🖕

Him💕 : eh kok gitu?
Him💕 : sori De

Sejak itu Deka jadi lebih jauh dari Hima. Mereka udah nggak pernah chattingan ataupun ngobrol-ngobrol kayak dulu lagi. Kalau nggak sengaja ketemu pun, paling negur doang habis itu udah. Dulu aja, menghapus jarak diantara mereka susahnya kayak apa. Harus ada drama-drama dulu sebelum akhirnya bisa sedekat itu. Lalu mereka sibuk di dunianya masing-masing, dan jarak kembali terbentang.

Siang itu Deka benar-benar sakit perut, maklum hari pertama haid. Harusnya ia mengikuti pengayaan ekonomi, tapi Deka sudah tidak kuat menahan dan berakhir di UKS.

"Eh, ada lo," Ucap Seorang cowok

Sial. Batin Deka, disaat moodnya lagi jelek begini Hima malah berada di UKS juga. Cowok itu masih mengenakan pakaian olahraga, pergelangan kakinya disangga bantal. Entah cedera atau apa, yang jelas Deka memilih untuk tidak peduli.

"Iya hehe, lo sakit apa?" Tanya Deka basi-basi

"Capek aja," Jawab Hima singkat

Ini Hima kenapa jadi serem gitu sih, dingin-dingin ngeselin gitu -Deka

"Owalah kirain, kipas anginnya mau dinyalain atau--"

"Nyalain aja nggak apa-apa," Jawab Hima

Saking saltingnya Deka malah belagak nawarin kipas angin, jatohnya jadi kayak pembantu dong T_T

"Ini gue disini nggak apa-apa kan?" Tanya Deka

"Iya, atau lo mau disini juga nggak apa-apa," Ucap Hima seraya menepuk-nepuk bantal di sebelahnya

"Mau gue gampar?" Ancam Deka

"Habisnya kaku banget, kenapa sih?" Tanya Hima sambil tertawa kecil

"Biasa aja tuh. Kalau mau keluar jangan lupa tutup pintu," Ucap Deka lantas membalut tubuhnya dengan selimut.

Ngusir alus nih :))- Hima

"Lo doang emang, panas-panas selimutan," Gumam Hima seraya tersenyum simpul.

Beberapa menit berlalu, Deka sudah benar-benar terlelap. Sedangkan Hima, ia masih bisa mendengar suara-suara dari luar meski matanya terpejam. Hima pun mengganti posisi tidurnya, miring ke kiri. Tidak sengaja ia berhadapan dengan wajah Deka, untungnya gadis itu belum juga bangun. Hima asyik memperhatikan wajah Deka, hingga gadis itu sedikit tersentak mungkin mimpi kepleset di indomaret. Eh. Hima segera memalingkan wajah, dan memainkan ponselnya.

"Hima! Dicariin ternyata lo disini?" Tanya Vega sambil menggendong tas Hima.

"Lo ngapain? Siniin tas gue," Ucap Hima

"Udah gue buatin surat izin, lo boleh pulang sekarang,"

"Lah? Abis ini juga gue balik ke kelas,"

"Anjirlah! gue udah capek-capek minta tanda tangan guru!" Seru Vega

"Diem apa! Ganggu orang istirahat aja," Sahut Deka ketus

Hima dan Vega sama-sama menoleh, terlebih Vega yang menolehnya nggak santai setelah menyadari bahwa cewek yang lagi tiduran itu Deka. Ia tahu bagaimana hubungan Deka dan Hima, tapi memang belakangan keduanya renggang sehingga Vega punya sedikit celah untuk menyusup ke dalam hati Hima.

"Ohh, lo pura-pura sakit biar bisa berduaan sama Deka?!" Tanya Vega

"Iyain,"

"Hima! Ditanya bener-bener juga!"

"Males ah. De, gue balik duluan ya?" Ucap Hima beranjak meninggalkan Deka dan Vega.

"Tungguin!" Seru Vega

Selain berhasil membuat Deka kecewa, rupanya Hima juga sudah menemukan pengganggu yang baru. Peran Deka yang biasa mengusik hari-hari Hima mulai tersingkirkan sejak Vega berani selangkah lebih maju. Lagipula langkah-langkah Deka dan Hima tak lagi seirama.

"Deka! Buruan cabut, ekonomi kosong," Ucap Ratu yang sudah menggendong tasnya. Ia memang menunggu Deka karena berniat untuk nebeng.

"Demi apa?! Kuylah,"
***

Sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak pada Deka hari ini. Ia dan Ratu dicegat satpam sekolah dan diinterogasi lebih dulu. Padahal biasanya pulang tinggal pulang, tapi karena sedang banyak tawuran remaja maka keamanan sekolah diperketat.

"Mana ada cewek macem kita ikut tawuran," Ucap Deka

"Takutnya kejaring satpol pp, nanti nama sekolah ini yang kena," Ucap Pak Nawir

Deka dan Ratu masih saja mengeyel sambil memohon-mohon pada Pak Nawir. Padahal teman-teman mereka yang lain sudah pulang daritadi, tanpa sepengetahuan Pak Nawir. Gara-gara Deka tidur di UKS, mereka jadi ketinggalan rombongan. Dari kejauhan Hima tampak membonceng motor temannya, hendak keluar juga.

"Pak, izin mau fotokopi," Ucap Caleb

"Fotokopi dimana?" Tanya Pak Nawir

"Depan situ, bentar doang kok, Pak," Jawab Caleb

"Kalo mereka dibolehin, kita juga nekat," Ucap Deka sambil bersiap-siap menyalakan motornya.

"Nanti aja, Mas, daripada ini berdua ikutan kabur. Udah dibilangi jam segini itu nggak aman, banyak tawuran pelajar," Ucap Pak Nawir

"Iya kita kan nggak lewat daerah yang rawan, Pak," Ucap Deka sedangkan Ratu hanya membeo.

"Deka, astaghfirullah lo itu terbuat dari apa sih? batu banget dibilangin," Gerutu Hima

"Terbuat dari tulang rusuk lo," Jawab Deka

Ratu menabok lengan Deka, mengingatkan bahwa ia dan Hima sedang perang dingin. Deka segera tersadar dan merutuki dirinya sendiri yang kebiasaan menggoda Hima. Lagipula ia kembali mengingat-ingat bahwa Hima saat ini sudah punya Vega.

"Tapi boong," Tambah Deka seraya meleletkan lidahnya meledek Hima.

"Ya udah gini aja, Pak, saya sama Caleb anterin mereka sampai rumah. Kita bakal pastiin mereka aman," Ucap Hima

"Tapi kalo ada apa-apa kalian nggak boleh bawa-bawa sekolah ini," Ucap Pak Nawir.

Jadilah Hima memboncengkan Deka, sedangkan Caleb memboncengkan Ratu. Memang jarak rumah mereka ke sekolah tidak terlampau jauh. Mula-mula mereka beriringan mengantar Ratu terlebih dahulu, kemudian mengantar Deka pulang. Sepanjang perjalanan Deka dan Hima sama-sama diam, sibuk mencari topik namun takut akan menimbulkan konflik.

"Makasih udah nganterin," Ucap Deka lantas mengambil alih motornya.

Hima pun mengulurkan tangannya, Deka menjabat tangan Hima karena ia mengira itu hanya salaman perpisahan.

"Gue minta maaf," Ucap Hima

"Udahlah jangan kayak orang marahan, kita ini baik-baik aja,"

"Justru kita ini kayak baik-baik aja, padahal nggak,"

"Apasih lo, serius amat. Udah sana, hati-hati pulangnya,"
***

Nggak kerasa aqu udah menghilang setengah tahun, semoga masih inget part sebelumnya ya kalo lupa baca lagi lah dari awal :v

Follow ig @inggilbd nggak pelit follback kok anaknya, thanks for reading jangan lupa vote :*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Insane #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang