MusimSemi-11

16.8K 1.7K 85
                                    

🍁🍁🍁

Tanggal 10

"Nae, Si Jin Ifrit sudah di Indonesia?"

Dua wanita itu sedang berjalan beriringan menuju kantor Jamal and Partners Law Firm di lantai 11. Sebelum masuk ke bangunan ini, Naela tertahan cukup lama di halaman depan. Banyak teman-teman lama (meski tidak satu profesi, tapi sama-sama berkantor di bangunan ini) menyapa.

Mereka saling bertukar kabar. Tidak lupa Naela memberikan undangan kepada mereka. Begitu membaca nama calon pengantin pria, sebagian besar tidak setuju. Siapapun yang mengikuti berita tentang Naela setahun lalu, secara otomatis pasti kenal Sam. Pandangan mereka kepada Sam sudah terlanjur buruk, jadi wajar banyak di antara mereka yang marah perihal Naela yang sudi menerima Sam.

Hanya ada satu-dua orang yang setuju dengan nama pria yang tertulis di kertas undangan, mereka ini adalah orang-orang yang percaya sepenuhnya kepada Naela.
Lalu di pintu depan Naela juga berbincang cukup lama dengan Pak Adrian, sekuriti yang dulu paling akrab dengan Naela. Ada sekitar 30 lembar undangan yang ditinggalkan Naela di pos jaga Pak Adrian. Ia menyerahkan hak kepada lelaki paruh baya itu untuk memberikan undangan kepada siapapun yang diinginkan.

"Terakhir dia WA pagi kemarin. Seharusnya kalau dia jadi berangkat, malam tadi sudah sampai. Tadi pagi aku coba hubungi, nomornya sudah nggak aktif." Naela mengangkat bahu. Wajahnya terlihat murung.

Dua wanita itu masuk ke dalam lift yang kosong. Sekarang masih pukul 07.12. Belum banyak staf yang datang.

Jawaban Naela cukup membuat Mariam histeris. "Ya Tuhan, Nae. Kamu ingat kan sekarang sudah tanggal 10? Tinggal 4 hari lagi. Dia pikir ngurus dokumen di kedutaan itu mudah?"

"Aku nggak tahu, Mariam. Aku juga bingung kenapa Sam tiba-tiba lost contact."

"Kamu punya nomor rumah, kantor, atau teman-temannya?"

Naela menggeleng. Bahkan nomor Paman Jono pun dia lupa untuk memintanya dari Sam.

"Dulu aku punya kartu namanya. Tapi sudah hilang."

Mariam menepuk jidat, gemas, "Kan bisa buka internet, Nae. Bodoh banget sih kamu. Firma hukumnya Sam pasti punya website."

🍁🍁🍁

Tanggal 13

"Kak Nae, kenapa Om Dad nggak datang-datang?" tanya Fatih sambil membolak-balikkan buku di tangan. Bocah itu sedang duduk menghadap meja.

Saat ini pertanyaan tentang Sam adalah yang paling sulit untuk dijawab Naela. Sejak tiga hari lalu dia selalu berusaha menelepon ke nomor kantor Sam, dan staf customer service hanya mengatakan bahwa saat ini firma mereka belum bisa menerima klien baru. Mereka berjanji akan mencatat nomor Naela dan akan menghubungi begitu firma sudah available. Tidak ada informasi lain. Bahkan ketika Naela memohon berkali-kali agar teleponnya dihubungkan ke ruangan Sam, tetap saja staf wanita itu tidak mau diajak kerja sama.

Sam sama sekali tidak mengaktifkan ponsel. Pesan yang dikirimkan Naela sejak tanggal 9 malam masih belum terkirim, hanya satu centang. Umi dan Mariam sudah terus-terusan mencaci Sam. Katanya mereka sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Sam itu bukan pria bertanggung jawab, bajingan, khianat, tidak punya hati, tidak bisa dipercaya, belum sempurna taubatnya, dan lain-lain. Wajar mereka seperti itu. Naela tidak menyalahkan siapa pun. Lagipula siapa yang tidak cemas dalam situasi seperti ini? Undangan sudah disebarkan, dokumen-dokumen izin menikah dari RT dan RW sudah ia dapatkan, pihak wedding planner sudah menyiapkan segalanya, bahkan keluarga Naela dari Jawa Timur sudah duduk dalam kendaraan yang membawa mereka menuju Bogor.

Di Tepian Musim Semi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang