MusimSemi-34

30.5K 2.3K 400
                                    

Sedang jam terakhir pelajaran, semua anak-anak masuk kelas, menyisakan taman yang benar-benar kosong. Berbagai fasilitas bermain anak berdiri hening di atas salju tipis, bagaikan perabotan tua yang telah ditinggalkan sekian bulan oleh pemiliknya. Di sana, di tengah lahan bermain ini, beberapa papan jungkit-jungkitan bergerak pelan tertiup angin; naik dan turun.

Naela merapikan syal berbahan wol tebal di leher Hussein. Pemuda itu diam saja. Selama seminggu terakhir, kedekatan di antara mereka terjalin tanpa disadari. Bermula dari cerita dan nasihat-nasihat Naela, perhatian wanita itu pada kesehatannya, Hussein seperti mendapat curahan semangat baru dari langit.

Rambut gondrongnya sudah dipotong rapi sejak lima hari lalu. Termasuk merapikan jambang yang beberapa waktu lalu berserakan tidak terurus. Naela yang mengantarkan ke barber shop terbaik di Spring.

Kini berat tubuhnya perlahan pulih. Dia tidak lagi berontak, pura-pura enggan bicara, atau berusaha bunuh diri, sebaliknya dia antusias untuk melahap makanan, minum obat, mulai melakukan terapi untuk kedua kakinya, membaca buku-buku bermutu, lalu berdiskusi panjang-lebar dengan Naela, atau bergurau bersama Fatih.

"Kak," panggil Hussein ketika mereka berjalan-jalan pagi di halaman rumah, "bagaimana jika kita mati nanti, kemudian mendapati bahwa surga dan neraka itu tidak ada? Seandainya hari kebangkitan itu hanya janji kitab suci yang tidak nyata, bukankah beruntung sekali orang-orang yang memilih bebas tanpa aturan dan bersenang-senang menikmati hidup?"

Naela yang berjalan di belakang mendorong kursi roda, seketika berhenti. Tapi kemudian, ia mulai berjalan lagi dengan lebih perlahan.

"Aku punya satu perumpamaan," mulai Naela, "di sebuah desa terdapat sebuah goa. Seorang laki-laki yang ditugaskan oleh leluhur mereka selalu berjaga di depan goa. Dia bertugas memanggil satu per satu nama penduduk desa untuk masuk ke goa ketika waktu yang ditentukan sudah tiba. Siapa saja yang sudah masuk, tidak bisa keluar lagi. Goa ini menjadi gerbang permulaan perjalanan ke tempat lain.

"Penduduk desa tersebut punya satu buah buku peninggalan leluhur yang menceritakan kehidupan di dalam goa dan perjalanan setelah itu. Berdasarkan cerita, buku panduan itu dikirim langsung oleh penguasa yang menguasai kehidupan luar dan dalam goa. Di dalam buku itu disebutkan berbagai persiapan yang harus dilakukan oleh setiap orang jika ingin perjalanan di dalam goa nanti menyenangkan tanpa ada aral melintang.

"Disebutkan dalam cerita ini dua orang pemuda. Salah satu dari mereka percaya pada buku panduan dan mengikuti semua petunjuk yang ada di sana. Dia yakin sekali nanti ketika namanya dipanggil oleh penjaga pintu goa, dia akan lewat dari pintu, kemudian menempuh perjalanan yang lebih panjang. Nasib perjalanan itu ditentukan oleh bekal yang dia siapkan sekarang, karena berdasarkan buku panduan, siapapun tidak lagi diperbolehkan mencari bekal setelah lewat dari pintu goa.

"Pemuda kedua tidak percaya pada buku panduan. 'Ah, kenapa kalian percaya sekali pada buku peninggalan leluhur. Itu hanya karangan leluhur kita untuk menakut-nakuti. Aku yakin setelah kita melewati pintu goa, siapapun akan lenyap. Segala kehidupan ini sirna. Kita akan kembali seperti sebelum dilahirkan. Dulu kita tidak ada, nanti kita akan kembali menjadi tidak ada. Jadi abaikan saja buku panduan itu. Nikmati saja waktu kalian sebelum penjaga goa memanggil nama kita,' ucap pemuda itu.

"Akhirnya, suatu hari, penjaga goa memanggil dua pemuda itu bersamaan. Ketika keduanya mulai masuk ke dalam mulut goa yang gelap, menurutmu pada momen ini, manakah di antara mereka yang punya perasaan lebih tenang?" tanya Naela.

Hussein tidak butuh berpikir demi jawabannya. "Tentu pemuda yang pertama."

"Mengapa demikian?"

"Sebab dia sudah punya bekal. Jika benar setelah mulut goa itu akan ada perjalanan yang lebih jauh, pemuda ini tidak akan kelabakan lagi. Bekalnya sudah tersedia. Sementara pemuda kedua akan didera was-was, cemas, takut, dan gemetar. Bagaimana seandainya yang dikatakan buku panduan selama ini benar, sementara ia tidak punya bekal sama sekali?"

Di Tepian Musim Semi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang