MusimSemi-22

14K 1.6K 32
                                    

❇❇❇

Sam pulang sekitar pukul lima sore. Dia shalat Asar di rumah, kemudian beristirahat di kamar Fatih.

"Dua bulan lagi kita bisa mendaftarkan Fatih ke Taman Kanak-Kanak, Naela." Sam berkata sambil tiduran memangku kepala di atas karpet. Di hadapannya Fatih sedang fokus belajar merapikan tulisan huruf-huruf. Anak itu bahkan sudah bisa baca-tulis, meskipun belum lancar.

Naela sedang melipat pakaian Fatih yang baru diangkat dari jemuran. Wajahnya tampak kelelahan, padahal seharian ini dia hanya melakukan pekerjaan ringan seperti mencuci, menjemur, membersihkan kamar dan kamar mandi, lalu bantu-bantu di dapur. Tidak bisa dibayangkan andai dia harus merapikan semua isi rumah. Tadi dia juga sempat turun ke basement, dan ternyata ada banyak ruangan di sana; mulai dari tempat gym, gudang, hingga kamar tidur untuk Bibi Diana dan Anne.

Bagian belakang basement itu menghadap ke taman yang ada di belakang rumah, jadi udaranya sama sekali tidak sumpek. Barangkali karena kontur tanah yang tidak rata, jadi basement itu seperti ruang bawah tanah yang tidak tampak dari depan. Namun jika seseorang datang dari belakang, rumah ini terlihat tiga lantai.

"Sam, kau harus menambah hafalan surah pendekmu. Jangan cuma Al Ikhlas." Naela menasehati.

Pria itu duduk, mengembuskan nafas. "Baiklah." Dia mengangkat bahu. "Nak, kau punya mushaf Al Quran? Bisa tolong kau bawakan kemari?" bisik Sam di telinga Fatih.

Fatih tidak keberatan. Dia berjalan riang mengambil Al Qur'an yang tergeletak di atas bufet, kemudian menyerahkannya pada Sam.

"Sini duduk di sampingku." Naela menunjuk sofa di samping dengan isyarat mata.

Sam menurut saja. Dia duduk di samping Naela, lalu menyerahkan mushaf pada wanita itu. Naela membuka halaman belakang.

Surah Al Falaq.

Dia membaca satu ayat, lalu meminta Sam untuk mengikuti. Berkali-kali diulang. Tidak lupa juga dia meminta Sam untuk mengingat-ingat terjemahannya.

"Ini surah untuk memohon perlindungan dari berbagai keburukan. Kau baca surah Al Ikhlas yang sudah kau hafalkan itu 3 kali, surah ini 3 kali; setiap pagi-sore dan sebelum tidur. Lalu sehabis shalat masing-masing 1 kali saja. Kau paham, Sam?" Naela hanya menyebut dua surah, karena Sam belum hafal surah An Naas.

Sam belum sempat merespon ketika Fatih berseru. "Dad tahu nggak bagaimana sejarah surah itu diturunkan?" tanyanya sambil asik terus menulis. Bibirnya terbuka, sesekali sampai ngences.

"Ceritakan padaku."

"Surah itu dan surah An Naas diturunkan saat Rasulullah terkena sihir," kata Fatih.

Ini berita yang cukup mengejutkan Sam. "Bagaimana bisa seorang Nabi terkena sihir?"

Naela menyahut. "Nabi juga manusia, Sam. Beliau jadi sering berhalusinasi sebab sihir seorang Yahudi bernama Labid. Hingga Allah menurunkan dua surah ini, satu surah lagi belum kau hafalkan, lalu dibaca oleh Ali bin Abi Thalib di sumur tempat penyihir itu menjatuhkan buhul-buhul sihirnya."

"Setelah itu Nabi kembali sehat?"

"Iya, alhamdulillah."

"Tapi... benarkah sihir itu ada? Aku tidak begitu yakin dengan hal-hal seperti itu."

Naela menggeleng. "Aku tidak tahu kalau di Amerika. Tapi di Indonesia masih banyak praktek perdukunan dan paranormal, akibatnya masih banyak sihir."

"Tiba-tiba aku teringat Harry Potter. Apa penyihir Indonesia punya tongkat sihir?"

"Bukan sihir seperti itu, Sam!" bentak Naela sebal.

Di Tepian Musim Semi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang