MusimSemi-06

19.4K 1.8K 70
                                    

Patrick berhenti begitu sampai di depan pintu masuk. Ia memberi kode agar tamunya masuk sendiri.

Sam mengangguk, melangkah tanpa ragu.

Rumah dengan kemegahan di atas rata-rata atau yang lebih dikenal dengan mansion ini memiliki ruang depan yang sangat luas. Rumah milik Sam di Houston sudah bisa dikategorikan mewah, namun ini jauh lebih mewah. Lantainya dilapisi kaca kualitas terbaik, pilar-pilarnya dibubuhi bebatuan mulia, demikian juga segala jenis furniture yang pertama di kelasnya.

Sam bukan kolumnis real estate. Dia sama sekali tidak tertarik untuk me-review segala hal yang ada di rumah ini. Sam juga sama sekali tidak bermimpi untuk membangun yang serupa suatu hari kelak.

Dulu ketika umurnya masih di bawah 15, ia menyangka bahwa kegilaan para miliarder dalam membangun rumah itu hanya ada dalam buku-buku konspirasi. Begitu ia tumbuh dewasa dan berinteraksi dengan banyak kalangan elit, melakukan banyak perjalanan ke berbagai negara, dan menghadiri banyak pesta kalangan superclass, ia menyaksikan sendiri bahwa kegilaan para miliarder dalam menghabiskan uang itu benar-benar nyata.

Baru-baru ini sebuah lembaga anti-kemiskinan, Oxam, yang berbasis di Prancis mengumumkan laporan tentang kekayaan 85% dunia hanya berputar-putar di lingkaran 1% elit. Fakta menarik lagi bahwa 42 orang terkaya di dunia memiliki kekayaan yang setara dengan kekayaan separuh dari penduduk bumi.

Crazy!

Sam mendengus.

Ia terus melangkah melewati ruang demi ruang, pintu demi pintu, kemudian masuk ke sebuah lift. Ia menekan tombol nomor tiga.

Lift tersebut naik.

Tiga puluh detik kemudian, pintu terbuka. Sam tidak terkejut sama sekali begitu keluar langsung disambut oleh dua orang gadis muda. Usia mereka di bawah 20 tahun. Semunya cantik dan eksotis. Satu dari mereka berambut pirang lurus, dan sisanya berambut hitam pekat yang hampir sama dengan warna kulitnya.

Mereka ini gadis-gadis yang dikontrak untuk waktu tertentu. Pekerjaannya adalah apa saja yang diperintahkan. Selama waktu kontrak tersebut, mereka tidak diperbolehkan untuk pergi kemana pun. Cukup berkeliaran di rumah ini saja. Apabila pria di dalam sana sudah tidak tertarik lagi, kontrak bisa saja dihentikan sepihak. Namun gajinya akan diberikan dua kali lipat. Tapi apabila pria di dalam sana merasa masih membutuhkan satu atau lebih dari mereka, maka ia akan memperpanjang kontraknya.

"Biarkan saya bantu melepaskan jaket Anda, Sir." Wanita pirang hampir menyentuh jaket Sam.

Lelaki itu buru-buru menolak dengan isyarat tangan. "No please. Thanks. Aku ingin tetap memakainya."

"Baik," jawab perempuan itu.

Sam terus berjalan menuju ruangan yang sudah ia ketahui sebelumnya. Dia berdiri di depan pintu selama wanita kulit hitam menekan bel. Sedetik kemudian, pintu yang terkoneksi dengan remote control itu bergeser ke kiri dan ke kanan.

"Tuan Dmitry," panggil Sam begitu ia telah melangkah ke dalam.

Ruangan ini tidak begitu luas. Barangkali hanya seukuran lapangan volley dan semua dindingnya dijadikan rak buku. Tidak ada satu jengkal pun yang tidak diisi buku, kecuali sisi dinding yang ada lemari pendingin isi minuman dan sisi kanan ruangan yang berdinding kaca. Dari dinding kaca itu terlihat hamparan pepohonan dan padang rumput di bawah sana. Di bagian tengah ada satu set meja kerja dan sebuah kursi tebal kualitas pertama di dunia. Kemudian ada satu set sofa memenuhi sisi yang lain.

Pria yang dipanggil Tuan Dmitry itu berdiri di tepi dinding kaca. Ia memandang jauh ke depan. Entah kemana. Itu hanya pura-pura. Sebenarnya dia hanya menunggu disapa terlebih dahulu oleh Sam.

Di Tepian Musim Semi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang