Prolog

57.1K 1.7K 178
                                    

Ps. Karakter si Irgi jantan. Di bab awal-awal agak cowok lembut, itu karena saya belum ada waktu buat ngedit.

Tahu apa hal yang sangat aku benci? Ngekos saja yang ngantar sampai puluhan orang! Ditambah itu lemari, teve, komputer, kenapa musti dibawa segala? Bukannya aku gak senang, hanya saja, kenapa Mama sama Papa sampai mengajak warga kampung?

"Kamu teh meuni bawel pisan, Gi. Nya teu nanaon atuh. Kamu teh hiji-hijina lalaki anu berhasil masuk kuliah negeri di kampung." Atau intinya, aku telah membuat warga kampung bangga karena aku berhasil masuk universitas negeri. Si Teteh bahkan sampai nangis terharu saking bangganya. Aku juga terharu sih. Mama langsung bikin acara tumpengan lalu warga kampung antusias datang ke rumah. Mereka seperti itu karena kampung tempat aku tinggal terpencil, jauh dari teknologi dan kehidupan urban, jadi ya sekalinya ada yang berhasil masuk kuliah negeri, ramenya sampai berhari-hari. Secara kan sekolah di kampung itu kumuh dan jeleknya minta ampun. Guru saja pada males ngajar, apalagi kita sebagai siswa?

"Minyak telonnya dibawa, kan? Awas ya kalau sakit gak nelpon Mama!" Aku mengangguk bosan. Meskipun aku diam dan tinggal di kampung, bukan berarti aku gak tahu kehidupan kota. Justru alasan aku belajar rajin supaya aku bisa kuliah di kota dengan biaya murah. Karena apa ya? Karena aku gay mungkin. Aku ingin tahu dan mencari jati diriku. Kalau aku diam di kampung kan setelah lulus SMA sudah pasti aku bakal berjibaku di sawah. Aku gak mau itu. Aku masih ingin nge-explore dunia ini. Aku masih ingin berhubungan dengan orang-orang.

Akhirnya mereka pergi setelah barang-barang sudah aku rapikan. Langit-langit kosan ini sudah bernoda. Tak masalah. Yang terpenting, kehidupan aku sebagai mahasiswa akan dimulai.

Awalnya aku mau langsung tidur di kasur. Namun aktivitasku terganggu ketika mendengar suara ribut dari luar. Tentu aku keluar dan melihat apa yang telah terjadi. Ternyata, Ibu kos sedang bersitegang dengan pria sangar yang penuh tato di bagian perutnya. Aku bisa melihat tatonya karena pria itu melepas jaketnya lalu menyerahkannya pada Ibu kos.

"Gak bisa, Gery! Kamu sudah nggak bayar kos 2 bulan!" Ketika Ibu kos itu bersuara sepertinya aku tahu apa yang mereka ributkan.

"Gimana sih! Jaket cincin tunangan saya sudah saya jaminkan! Nih kancut saya kalau Ibu kurang puas!" Aku melongo. Pria itu langsung membuka celananya namun gak jadi karena Ibu kos itu langsung masuk ke dalam rumahnya.

"Iya-iya! Ibu kasih waktu 1 minggu, Ger! Kamu gak bisa bayar, saya nggak peduli sama janji kamu pokoknya kamu harus pergi!" Seseorang yang dipanggil Gery menjambak rambutnya. Dia tendang pot yang ada di pinggir rumah kemudian berjalan ke arahku dengan tatapan tajam. Aku langsung takut seketika. Parah! Mukanya menakutkan sekali. Bahunya lebar, dadanya bidang, cambang menghiasi dagu dan pipinya. Lalu saat dia berdiri di depanku, dia mendengus lalu menyuruhku menyisi.

"Kamu yang tadi pindahan rumah ke sini kan?" Dan suaranya nge-bass sekali. Bodohnya mataku malah penasaran menatap matanya. Dari situ aku telah melakukan kesalahan fatal, karena ketika mata kami bertemu, aku menyadari dia tampan sekali. Sifat sangar dan gayanyalah yang membuat ketampanan dia tertutupi. Ditambah rambutnya acak-acakan. Seperti preman, namun aku tahu dia adalah mahasiswa karena di bahunya tersampir jas almamater universitas yang akan aku masuki. "Aku bilang minggir, oon! Kamu gak denger hah?"

Aku menelan ludah beberapa kali. Dengan ragu aku menyisi. Dia langsung masuk ke kamarnya lalu membanting pintu dengan keras. Aku masih terpaku. Seumur hidupku, aku baru melihat cowok sesangar dia. Sifatnya pun urakan. Bisa aku pastikan, dia pasti kuliah jurusan olah raga soalnya tubuhnya bagus sekali.

Ini tidak bagus. Ini tidak boleh dibiarkan. Karena apa? Karena dia adalah tipe aku banget. Tipe-tipe sangar dan liar. Pria seperti dialah yang selama ini aku idam-idamkan untuk menjadi pendamping hidupku. Namun, aku cukup sadar diri. Aku hanya bisa mengagumi dia dari jauh. Tidak mungkin cowok sepertinya belok juga kayak aku. Gak mungkin juga aku berusaha mengejar dia. Mungkin bisa, tapi setelahnya aku langsung mati dihajar dia habis-habisan.

IRGI [MxM] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang