Adegan panasnya nanti ya haha
Ini emangnya aku kegeeran karena saat kulihat ke belakang, Bang Danar masih sibuk berkutat dengan ponselnya lalu mengobrol dengan Bimo. Apa hubungan mereka berdua ya? Entahlah. Yang jelas aku harus hati-hati mulai sekarang kalau ketemu Bimo. Dia temenan sama Danar itu bisa membuatku kena masalah.
"Kenapa lari? Lagi asik-asiknya loncat juga," kata Karin ngos-ngosan.
"Ada musuh. Pokoknya kita harus lari sejauh mung-"
Buk!
Tiba-tiba di depanku Gery muncul. Sepertinya dia sengaja menghalangi jalanku. "Haha ngapain elu lari-larian di kampus, dek. Mana pegangan tangan lagi. Cie cie. Lu berdua sudah jadian ya?" Di samping Gery ada Siska. Seperti biasa, Siska selalu tampil cantik dan modis.
"Apaan sih bang. Kita berdua lagi cari kamu tahu."
"Buat apa?"
Gery benar. Buat apa?
"Anu ... ya nggak boleh emangnya? Temen-temenku pada nggak asik nih, kebanyakan dari mereka malah pulang."
"Oh gitu. Oke, ayo kita nonton. Sis kamu mau pulang kan sama Karin? Kalau gitu hati-hati ya, gue mau di sini dulu sama nih bocah." Siska mengangguk kemudian mengajak Karin pergi. Karin nampak cemberut entah kenapa.
"Hei aku sudah 19 tahun!"
"Mana ada bocah 19 tahun segede ini."
"Daripada elu udah kakek-kakek, bang. Apaan tuh kumis sama bewok. Hiiiiiii."
"Ish enak aja lu! Kayak yang nggak ada kumisnya aja, cah!" Kumis dan jenggotku memang sudah tumbuh tapi aku sering mencukurnya. Nah karena aku lupa bawa alat cukur, akhirnya ya aku biarkan tumbuh.
"Kamu keren kok dengan kumis dan janggut itu," sahut Karin.
Dengan somplaknya Gery mencie-cie diriku sambil mendorongku untuk mendekat ke arah Karin. Karena tenaga Gery sangat besar sekali, aku pin nggak mampu menahan tenaganya lalu aku dan Karin pun tabrakan. "Jiaaah main capluk aja nih bocah hahahaha. Kalem woi! Lu masih di bawah umur buat ngelakuin hal kayak gituan!"
"Abang!" seruku marah. "Sakit nih! Sorry, Rin. Aku nggak ada maksud buat ...," kataku menggantung. Gawat! Muka Karin merah sekali. Apakah dia marah?
"Cie cie hahaha. Karin simpen di sini aja, Sis. Nanti pulangnya dia dianter sama si Irgi aja."
Siska memandang Karin sebentar kemudian mengangguk. "Oke. Kalau gitu nitip Karin ya Irgi sayang." Dia mengecup keningku lalu melengos pergi.
"Tu-tunggu, a-aku pu-lang saja teh."
"Kenapa?"
"Teteh kan tahu aku ke sini cuma untuk wawancara dan nyelesain tugas kelompok. Aku harus langsung ngedit di rumah."
"Oh iya."
"Hahahaha kapan-kapan aja elu main ke kosan ya," kata Gery.
Sepeninggal mereka, Gery mengalungkan lengannya ke leherku. Aku selalu menyukai moment ketika Gery melakukan ini karena aku bisa menghirup aroma tubuh khasnya dengan bebas. Aroma kejantanannya. Aroma lelaki itu sudah kuduga memang hebat. Dia bisa mengobrak-abrik pikir dan hatiku dalam sekejap. Apalagi jika aku memilikinya?
"Gue juga males nih kalau nonton, nongkrong sama temen gue aja gimana?"
"Aku ngikut abang sajalah."
Akhirnya dia mengajakku nongkrong sama temen-temen deketnya. Nggak terlalu banyak, hanya ada 5 orang dan semuanya jurusan musik.
"Adek lu, Ri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IRGI [MxM] [Tamat]
RomanceIni cerita gue tentang asam manisnya menyukai pria straight. Ya, tentang gue yang secara tak sengaja sharing kamar karena preman itu mengeluh biaya kosnya mahal sekali. Dialah Gery, pejantan straight yang sejujurnya telah membuat gue nyaris bunuh di...