300 vote auto update bab 14 :p
Danar benar-benar mengantarku sampai kosan, bahkan sempat mampir dulu sebentar. Katanya kalau aku kalau aku kabur lagi, dia akan mencariku di sini. Sip. Mustahil aku bisa kabur jika begini caranya.
"Kamu tinggal berdua, Gi?" tanya Danar sambil memperhatikan kosanku yang berantakan oleh barang-barang Gery.
"Iya, bang. Gue tinggal berdua sama abang gue."
"Ke mana dia sekarang?"
"Nginep di rumah temennya." Danar duduk sambil menyulut rokok di tangannya. "Nginep di sini aja bang kalau mau," kataku sedikit ragu. Habisnya, Danar baik banget hari ini.
"Boleh?"
"Boleh bang hehe."
"Bilang aja lu mau netek, Gi."
"Enak saja! Ya sudah sana pergi kalau gak mau," balasku ketus. "Lagian ya, gue suka sama seseorang dan bukan elu, bang." Orang itu adalah Gery. Pria straight yang mungkin mustahil kudapatkan saking lurusnya. But still, aku tetap berharap suatu saat nanti bisa memilikinya. Di buku tertulis ketika mencintai seseorang kau tidak boleh ragu-ragu dan harus mencitai dengan sepenuh hati. Dengan begitu mungkin perasaanmu bakal tersampaikan dan peluang untuk mendapatkannya jadi lebih besar.
Sebenarnya aku tidak akan memaksa Gery untuk mencintaiku balik. Aku mencintainya dengan caraku sendiri. Memandangnya penuh cinta, mengkhayalkan sesuatu bersamanya, bahkan mungkin kalau ada kesempatan seperti malam itu, aku akan mengulanginya kembali. Itu sudah cukup. Karena dia kelewat sempurna.
"Sama siapa?"
"Rahasialah."
"Cih. Gue gak peduli, tapi lo harus mau ya kalau gue lagi pengen dijilat."
"Kalau gue nolak?"
"Emang berani?" tanyanya tajam. Aku mengkerut.
"Kagak, bang."
Dia menyesap rokok di sela-sela jarinya sambil memandangku. "Gi elo pernah ngerokok?"
"Gak pernah."
"Sini." Aku kini duduk di samping Danar. "Buka mulut lo." Danar kembali menyesap rokok di sela jarinya kemudian mengeluarkan semua asap rokok di mulutnya ke dalam mulutku! Sontak aku batuk-batuk.
"Bang Danar!" seruku marah.
"Sekarang udah ngerokok haha," katanya sambil mengusap bibirnya karena sempat bersentuhan dengan bibirku. Aku sih senang-senang aja. Bibir hitam Datar empuk. Napasnya juga wangi meski dominannya asap rokok.
"Kampret. Napas gue jadi sesak nih!"
"Gue laper."
Dalam beberapa hal Danar mirip dengan Gery. Ah, andai cowok di depanku ini adalah Gery yang senang dijilat tubuh bagian atasnya.
"Oke, gue buatkan nasi goreng. Moga aja nasi sisa tadi pagi masih banyak." Setelah kulihat memang masih banyak. Itu karena Gery menginap di rumah temannya.
Apakah aku mengharapkan masa perkuliahanku akan seperti ini? Jujur tidak. Dalam bayanganku aku akan sibuk UKM, atau paling tidak sibuk kumpul dengan teman satu jurusan bukannya dengan Danar atau Gery. Takdir memang aneh kalau dipikir. Satu garis mengarah ke garis lain. Andai aku tidak bertemu Gery atau mungkin tidak menerima ajakannya sharing kamar, mungkin aku gak akan ketemu Danar.
Haha, lucu.
Kuambil wajan di samping wastafel lalu ...
PRANKK BRANK BRONK!

KAMU SEDANG MEMBACA
IRGI [MxM] [Tamat]
RomanceIni cerita gue tentang asam manisnya menyukai pria straight. Ya, tentang gue yang secara tak sengaja sharing kamar karena preman itu mengeluh biaya kosnya mahal sekali. Dialah Gery, pejantan straight yang sejujurnya telah membuat gue nyaris bunuh di...