Sembilan Belas

17.9K 1.3K 148
                                    

Darahku berdesir saat Gery membuka kaosnya. Nampaknya pahatan tubuh sempurna Gery yang nampak atletis dan seksi. Dia juga melepas celananya sehingga menyisakan celana boxer merah menyala yang semakin membuat jantungku berdegup kencang. Aku hanya melepas bajuku saja. Takut kalo ikutan buka celana nanti jendolan di celanaku dia lihat terus Gery pun sadar deh aku nafsu—maksudku cinta sama dia.

Melihat tubuh Gery entah kenapa membuatku semangat untuk pergi ke tempat gym. Meski mustahil bisa sepertinya, yang jelas aku ingin membentuk otot lengan, dada dan perutku supaya enak dilihat.

"Ayo, dek sini. Abang udah siap nih."

Siapa yang dapet ikan duluan, dialah yang menang. Dan bagi yang kalah harus telanjang bulat sambil memeragakan iklan shampo. Aku ingin segera memenangkan pertandingan ini. Jika Gery kalah, sumpah aku akan merekamnya! Persetan jika dia marah. Itu akan menjadi best moment dalam hidupku.

"Tunggu, bang."

Kini kami berdua sama-sama ada di aliran sungai yang cukup jernih. "Seriusan ada ikannya, Ir?"

"Serius, bang."

"Ikan cupang ada?"

"Gak ada. Ada tapi di balong yang ada di sana noh."

"Ikan impun?"

"Ada."

"Buyur?"

"Gak ada." Kami berdua saling berhadapan. Jendolan perkakasnya nampak menggunung meskipun sedang tidak berdiri. Napasku lagi-lagi memburu. Danar memang super seksi. Tapi Gery jauh lebih seksi. Gak kebayang suer jika aku bisa memiliki hati dan tubuhnya. "Kita langsung mulai aja ya bang."

"Oke."

Kami berdua mulai mencari ikan. Sebenarnya aku sudah memperhatikan satu ikan berwarna orange. Ikan itu terlihat sedang berenang ke area belakang Gery. Dasar. Bahkan ikan saja tertarik sama pantat Gery.

Kakiku bergerak lalu berhenti tepat di belakangnya. Dasarnya cowok, ya bawaannya mesum. Gery aja sering mesum kalo nemu cewek cantik. Bahkan setahuku, pikiran Gery lebih jalang dariku. Dia pernah curhat soal fantasi liarnya bersama ibu PNS. So, sip. Jalang adalah tabiat para cowok. Nah sekarang pantat Gery ada di depanku. Jadi aneh aja kalo aku gak berpikiran aneh-aneh. Tapi aku harus fokus. Kalo kalah kan bisa berabe. Serius, cuy. Berabe! Otongku dipastikan bakal ngaceng 100 % dan aku gak mau Gery melihatnya dan memandangku cowok aneh.

Byurrr!

Aku kelabakan. Tiba-tiba saja tubuhku terhantam sesuatu yang sangat berat. Kepalaku masuk ke dalam air, dan rasanya cukup sesak karena sebagian air itu masuk ke dalam hidungku. Saat kepalaku ada di udara, ternyata Gery jatuh dan menindihku. Punggungnya yang lebar menyentuh dadaku. Darahku berdesir lagi. Posisi ini membuatku bisa berdempetan langsung dengannya namun hanya sebentar karena Gery keburu bangkit dan tertawa keras. "Hahahaha lu gak bilang banyak batu licin, Ir. Sialan, kaget gue."

"Di mana-mana batu yang ada di sungai itu licin, kampret! Njir sakit nih badan gue elu tindih!" Padahal aslinya seneng.

"Ada yang patah gak tulang lu?"

"Tulang pantat gue patah nih!"

"Mana coba liat?"

Oke, aku salah ucap. Atau aku kasih liat aja pantatku yang belum kucukur?

"Ogah. Nanti lu nafsu sama gue, bang."

Gery semakin tertawa ngakak. "Elu emang ganteng, Ir. Si Karin aja sampe maksa minta nomor lu sama gue setiap malem. Tapi sorry aja, gue gak minat sama pantat haha. Geli, broooh. Ew!"

IRGI [MxM] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang